Para Perempuan yang Bergelut di Bidang Ekonomi Kerakyatan

Puluhan barang kerajinan tangan berbahan eceng gondok menyesalti rumah berukuran sekitar 6 x 7 meter. Di setiap sudut ruangan, barang berbahan baku tanaman sungai itu berderet dengan rapi. Ada rak sepatu, topi, tas, kerangka hiasan lampu, keranjang, partisi ruangan, dan sebagainya.

Wiwit Manfaati baru mengontrak tempat showroom usaha handicraft tersebut sekitar dua bulan lalu. Lokasi itu tak jauh dah rumah kediamannya dj kawasan Kebraon Indah Permai. Dari usahanya yang dia tekuni bersama sang suami dalam lima tahun terakhir tersebut, akhirnya Wivvit Collection meraih predikat terbaik 1 untuk kategori Handicraft. Sedangkan penghargaan untuk kategori Fresh Food diraih UMKM Rosela dari Simokerto dan kategori Grocery Food dipegang UMKM Mandiri Sejahtera dari Genteng.

Wiwit menceritakan, UMKM yang dikembangkannya bukanlah UMKM dadakan. Meskipun berawal dari sebuah keisengan mengisi waktu luang. Ibu tiga anak itu menjelaskan, pada 2007 pemkot mengadakan pelatihan kerajinan tangan di kantor kecamatan dan Wiwit menjadiserta menyulam.

Itu pun dilakukannya hanya karena senang dan hasilnya untuk dipakai sendiri. Meski pada akhirnya dijual juga, namun dalam skala kecil dan dilakukan tidak secara profesional. “Sebenarnya, eceng gondok ini termasuk baru bagi saya. Waktu pertama mencoba, saya kesulitan. Membuat tas, anyamannya banyak yang menceng,” ujarnya.

Meski demikian, Wiwit tetap mencobanya terus. Ternyata. angka kesulitan menganyam eceng gondok tidak malah membuatnya menyerah. Bahannya yang tergolong ulet dan keras diakuinya memang berbeda jauh bila dibandingkan dengan merajut anyaman dengan bahan benang atau pita. Sebaliknya, dia malah tertantang. Apalagi, di belakang rumahnya ada waduk dan tempat itu dijadikan area pengepul bahan dasar eceng gondok kering. Jadi, dia tidak kesulitan untuk mencari atau membeli bahan bila inginberkreasi atau bereksperimen.

Lama-kelamaan Wiwit bisa membuat anyaman yang bagus. Awalnya dia tidak berpikir mau menjualnya. Yang ada di pikirannya membuat barang yang berkualitas sebanyak-banyaknya. “Sewaktu ada orang pemkot sedang road show acara green and clean, dia tertarik pada kerajinan yang sedang saya buat. Lalu barang-barang saya dibawa ke bappeko untuk dipamerkan,” jelasnya

Sekarang omzet penjualan kerajinan karya ibu tiga anak itu bisa mencapai Rp 15 juta perbulan. “Keuntungan bersihnya bisa setengahnya,” ungkap dia. Wiwit juga sudah bisa mempekerjakan ibu rumah tangga dari kampung sebelah.

Sejak pertengahan 2010, suami yang awalnya masih berprofesi sebagai wirausaha berbagai bidang, seperti jual kembang dan sepatu, bahkan sopir rental mobil, memutuskan untuk lebih fokus sepenuhnya di UMKM Wiwit Collection.

Usaha Iseng Berbuah Omset Rp 250 juta

Berawal dari menerima pesanan pin, kini penjualan Kretakupa selalu meningkat 200 sampai 400 persen per tahun.emulai bisnis tak selalu rumit atau harus bermodal besar. Simak saja apa yang dilakukan Andi Arham Bunyamin, Pemenang II Wirausaha Muda Mandiri 2010 Kategori Mahasiswa Program Diploma dan Sarjana Bidang Usaha Industri dan Jasa. Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Makassar ini memulai usahanya hanya karena iseng semata. Modalnya pun amat minim, tak lebih dari Rp SO ribu. Itu pun, uang milik temannya. .-

Semua berawal pada 2007, saat ia menunjukkan kemampuannya mendesain pin kepada rekan-rekan sekelasnya di SMA. Bak gayung bersambut, seorang teman memberinya “proyek” pencetakan 50-100 buah pin dengan uang muka Rp 30 ribu. Padahal, waktu itu Arham hanya piawai mendesain gambar pin saja. “Saya saat itu belum tahu sama sekali mau mencetak desain pin di mana,” kenang Arham.

Beruntung, setelah seminggu mencari-cari, secara tak sengaja ia menemukan gerai kecil yang menampilkan beberapa model pin, dan bisa mencetak pesanan pin. Maka, pin pesanan rekan-rekan sekelas Arhan pun bisa beres. Dengan modal Rp 3.700 per pin, dan Arham menjual ke temannya dengan harga satuan Rp 4.700.

Sejak itu, pria yang hobi main kom-puter ini kerap menerima lebih banyak order dari teman-teman SMA-nya di Makassar. “Dalam sebulan saya bisa dapat order 200-300 buah pin,” cerita Arham.

Kini, bisnis pencetakan pin yang begitu sederhana tadi ternyata berkembang sangat pesat. Lihat saja. Pada 2009, usaha Arham yang dinamakan Kretakupa itu sudah menerima pesanan dari Wajo, Sopeng, dan bahkan dari Kalimantan. Penjualannya pun meningkat sekitar 200 persen hinga, mencapai Rp 100 juta sepanjang 2010.

Tentu saja, sukses Kretakupa tadi ada resepnya. Arham selalu memutar otak untuk bisa memperluas pasar dan meraup laba lebih besar. Coba lihat. Ketika margin keuntungannya masih Rp 1.000 per pin, ia pun berkeras untuk bisa memiliki mesin pencetak pin sendiri. Dengan mesin sendiri, ia hanyabutuh modal bahan seharga Rp 1.000 per pin. Artinya, ia bisa memperoleh margin keuntungan Rp 3.000 per pin. Berkat keteguhanriya, tak sampai setahun kemudian Arham sudah punya mesin pin seharga Rp 2,7 juta.

Lalu, pasar ia perluas dengan cara jitu. Saat kuliah, ia mulai menggalang kerja sama dengan percetakan-perc-etakan yang tidak punya mesin pin. Perlahan tapi pasti, Arham pun mulai kebanjiran order baru di luar dari lingkungan teman SMA dan kampusnya. Pemuda usia 22 tahun ini juga menyewa tempat usaha di lokasi yang strategis di Makassar. Dengan begitu ia mampu “mencegat” pemesan baru yang lalu lalang di sana.

Tak hanya itu. Pemuda yang awalnya bercita-cita menjadi ahli komputer ini juga memperluas usahanya dengan mulai menjual bahan baku pin. Ba-han pin ia beli dari Bandung dengan harga hanya Rp 300 per pin. Padahal, di Makassar harganya Rp 1.000 per pin. Margin keuntungan produksi Arham menjadi lebih besar, plus ia bisa menjual bahan pin ke percetakan lain. Sejak menjual bahan, penjualan saya naik 400 persen.tuturnya.

Selanjutnya, bisnis Arham pun tambah melejit usai memenangkan penghargaan Wirausaha Mandiri 2010. Ini lantaran, sebagai salah satu pemenang ia mendapat fasilitas beberapa pelatihan bisnis dan road show pameran yang digelar Bank Mandiri. Dari hasil pameran ia bisa memperluas pasar sampai ke Kendari, Gorontalo, Maluku, bahkan ke Mataram. Produk yang diproduksi pu tak hanya pin, tetapi juga aneka merchandise, penerbitan buku, pembuatan undangan, id card, dan kebutuhan-kebutuhan publikasi.

Omsetnya pun makin melesat. Hingga bulan Oktober lalu, omset Kretakupa sudah lebih Rpl00 juta, melebihi omset 2010. “Hingga akhir tahun 2011, target omset saya sekitar Rp 250 juta,” papar Arham.

UKM ”Didgeridoo” Meraup Untung dari Alat Musik Tradisional

Berawal dari kecintaannya terhadap kesenian, terutama dunia musik, kini Sholeh Supriatna menjadi seorang pengusaha yang terbilang sukses di kampungnya. Hampir semua jenis alat musik dari berbagai negara mampu dia buat. Namun, di antara beragam alat musik, dia hanya menyukai satu jenis alat musik yang berasal dari Australia yang bernama didgeridoo.

Tak pelak, nama alat musik yang berasal dari suku Aborigin itu dijadikan nama usaha kecil menengah (UKM) yang dia dirikan sejak 1999. Didgeridoo sendiri adalah alat musik tiup berasal dari kayu, berukuran panjang lebih dari 1 meter dengan bentuk melengkung berdiameter 10 sentimeter.

Sholeh mengaku, kecintaannya terhadap suku Aborigin berawal dari keunikan suku ini dalam menciptakan sebuah alat musik. Menurutnya, hanya sebagian kecil manusia di dunia ini yang benar-benar bisa memainkan alat musik tersebut. “Biasanya orang kalau membeli ini hanya sebagai pajangan,” katanya, saat acara pameran Indocraft di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dalam memproduksi alat musik tersebut, Sholeh mengatakan tidak banyak kesulitan dalam hal pembuatannya. Selain sudah sering membuat, alat musik ini tidak memiliki bentuk yang sukar untuk dibuat. Selain dari bahan utama kayu jati, didgeridoo bisa juga dibuat dari kayu pinus, bambu, dan kayu suren.

Dengan pembuatan yang cukup sederhana dan tidak memakan biaya banyak, harga didgeridoo hanya berkisar Rp 150.000. Namun, Sholeh mengaku dalam penjualannya menemui kendala lantaran hanya mengandalkan pesanan dari para pembeli.

Sementara itu, untuk pasar di Australia sendiri, alat musik ini tidak bisa diperdagangkan secara bebas, lantaran Didgeridoo adalah alat musik sakral suku Aborigin. Sementara itu, untuk jenis alat musik lainnya serta berbagai kerajinan tangan buatannya harganya berkisar Rp 20.000 sampai jutaan rupiah.

“Kami tidak bisa menjual sembarangan ke Australia, tapi kami masih bisa masuk ke sana. Masuknya disatukan dengan produk furnitur yang diekspor ke Australia melalui agen-agen khusus yang sudah berlangganan dengan kami,” ujarnya.

Selain didgeridoo, Sholeh juga menjual alat musik Jimbe dari Afrika dan beragam patung-patung kebudayaan asli di Afrika. Meskipun begitu, Sholeh tetap mencintai kebudayaan dalam negerinya sendiri dengan memproduksi alat musik tradisional seperti angklung, gong, gamelan, suling, dan dendang, serta beragam cenderamata asli budaya lokal.

“Alat musik tradisional mancanegara jika dipadukan dengan alat musik lokal menghasilkan suara yang merdu. Jadi saya juga ciptakan alat musik Indonesia,” katanya. Sholeh menjelaskan, biaya produksi per bulannya bisa mencapai Rp 20 juta, bahkan lebih. Namun, dari hasil penjualan Sholeh mampu meraup laba kotor sebesar Rp 50 juta. “Itu juga kalau lagi banyak pesanan,” ujarnya.

Hanya saja, usaha Sholeh di Dusun Sadang RT03/09 Desa Cibeusi Kabupaten Sumedang sampai saat ini masih dihantui persoalan modal. Ketika sedang kebanjiran order, Sholeh malah kesulitan modal untuk biaya produksi.

“Kalau ada order kami jarang dikasih uang muka penuh, paling besar 50 persen, rata-rata 25 persen dari total harga yang disepakati. Sementara, kami sulit mencari pinjaman, sehingga dengan keterbatasan biaya kami tetap jalani produksi. Biasanya saya berkorban menjual barang berharga untuk menutupi kekurangan biaya produksi,” tuturnya.

Tidak mau menyerah dengan keadaan tersebut, Sholeh tetap berjuang melawan keadaan sembari mencari informasi untuk mencari tambahan modal. Beruntung teman-teman seprofesi di kampungnya menganjurkan Sholeh menjadi binaan PT Telkom.

Sholeh mengatakan, semenjak menjadi binaan Telkom usahanya mengalami perkembangan. Dari segi modal Telkom siap memberikan Rp 30 juta tambahan modal. Tak hanya itu, dari segi manajemen Telkom memberingan bimbingan manajemen sebuah usaha yang baik dan terarah, sehingga usahanya mampu terorganisasi dengan baik.

“Telkom juga sering mengajak saya ikut serta dalam pameran-pameran. Berkat itu semua usaha saya jadi lebih maju dan terkenal,” ucapnya. Namun, Sholeh menyesalkan ketidakseriusan pemerintah pusat maupun daerah untuk memberdayakan UKM yang ada di daerahnya. Dia bercerita puluhan UKM di daerahnya rata-rata bekerja sendiri-sendiri tanpa ada upaya pemerintah memberdayakan mereka. “Kami malah diperhatikan pihak swasta,” tuturnya.

Tip Sukses Menjadi Pelaku UKM

Memiliki  usaha menjadi Impian banyak orang. Sayangnya tidak banyak orang yang sukses membangun usaha. Apalagi di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat saat Ini. Belum lagi risiko yang harus dihadapi pelaku usaha dan mental untuk menghadapi berbagai kegagalan.

Tetapi, banyak cara dan tip yang bisa dipelajari untuk membantu pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) menjalankan usahanya. DI bawah Ini beberapa langkah yang perlu diperhatikan agar usaha bisa berjalan.

1.Fokus Mengembangkan Skill

Modal utama dalam menjalankan usaha adalah skill Pelajari apa yang menjadi kelebihan Anda dan tingkatkan kemampuan tersebut sebagai kekuatan utama untuk menjalankan usaha sebaik-baiknya. Fokuslah pada bidang yang disukai dan delegaslkan bidang Iain yang sekiranya kurang dipahami pada rekan kerja yang lebih ahli. Ini akan lebih efektif.

2.Prioritaskan Bisnis Anda

Bisnis yang sedang berkembang membutuhkan banyak waktu, tenaga dan perhatian. Prioritaskan urusan bisnis diurutan pertama, agar tertangani dengan optimal dan bisa berjalan dengan lancar. Jangan Jalankan bisnis setengah hati.

3. Rencanakan Kesuksesan

Sebagai pelaku UKM. tetap dituntut untuk memiliki visi yang besar dan sudah pasti didukung oleh perencanaan yang matang. Tulis tujuan dan rencanakan langkah-langkah pasti untuk mencapainya.

4. Selalu Optimis

Pelaku UKM harus memiliki pandangan Jauh ke depan dan selalu optimistis dengan target-target yang telah mereka tentukan. Hal Ini penting agar selalu yakin dengan keberhasilan dan termotivasi untuk bisa mencapai keber-hasilan-keberhastlan tersebut. Optimistis membantu mengalahkan hambatan yang muncul di tengah Jalan.

5.Buatlah Pembukuan Sederhana

Pelaku UKM Juga wajib membuat pembukuan sederhana untuk mencatat semua transaksi yang telah terjadi. Langkah Ini penting agar setiap pemasukan serta pengeluaran usaha bisa tercatat dengan balk serta bisa melihat untung rugi perusahaan. Tidak perlu membuat laporan keuangan yang rumit, yang sederhana cukup membantu asal benar dan rapi.

Limbah Jok Jadi Sepatu Beromzet Puluhan Juta

Jakarta dan sejumlah kota besar di Indonesia banyak direpotkan dengan mengurusi berbagai limbah dari pabrik atau rumah tangga. Kebanyakan orang memandang limbah dan sampah sebagai musuh. Tapi bagi orangkreatif mampu menyulap limbah menjadi rupiah dan peluang usaha yangmenguntungkan banyak orang. Mau bukti?

Datang saja ke Sentra Kerajinan Indonesia (SKI) di Thamrin City, sebagai pusat perbelanjaan dan salah satu grosir baju batik dan pakaian muslim di Jalan Kebon Kacang Raya. Jakarta Pusat. Dibawah kepemimpinan Jati Eka Waluya (JEW). SKJ yang berada Lantai I Blok G 12 No 2 Gedung Thamrin City Ini banyak menampilkan contoh produk kerajinan berbahan limbah yang bernilai Jual tinggi.

Bahkan. SKI yang sejak berdiri bertujuan menjadi komunitas yang fokus pada pemberdayaan pengrajin dan bisnis kerajinan yang fair trade serta ramah lingkungan ini, telah mampu membuktikannya. Kios-kios SKI yang kini telah berkembang menjadi 10 kios telah menjual berbagai kerajinan dari produk-produk kerajinan berbahan limbah.

DI kios-kios SKI ini, bisa dilihat bahwa ranting pepohonan telah disulap oleh para pengrajin menjadi hiasan bingkai cermin. Kemudian tempurung kelapa diolah menjadi gesper tall pinggang serta berbagai limbah kayu yang disulap oleh para pengrajin menjadi berbagai Jenis mainan seperti mobil-mobllan hingga helikopter mainan.

Sosok yang sukses dalam bisnis limbah ini adalah Suci Pristlwati (46) warga Jalan Nangka. Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Dia mampu menginspirasi masyarakat di sekelilingnya untuk mengolah limbah menjadi berkah. Perempuan yang akrab dengan panggilan Sud ini mampu menyulap limbah Jok mobil mewah menjadi berbagai Jenis sepatu modls dan elegan.

Ketekunan dan tangan dingin perempuan asal Malang Jawa Timur Ini. telah membawa sepatu yang berbahan limbah kulit oscar Ini menjadi sepatu berkualitas tinggi. Meski produknya berkualitas tinggi Suci membanderol harga sepatu produknya yang diberi merek “Pleasent” Ini dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat kebanyakan.

Konsumen sepatu “Pleasent” pun tak hanya berasal dari dalam negeri. Beberapa kali. Warta Kota menyaksikan dalam pameran, stand sepatu “Pleasent” ramai didatangi para pembeli dari luar negeri. Produknya, banyak diborong pembeli saat mengikuti pameran besar di berbagai kota, khususnya di Jakarta.

Menurut Sud dan sejumlah orang yang mengenal Suci, penghargaan masyarakat tak hanya diberikan karena kualitas sepatu buatannya. Menurut mereka apresiasi diberikan kepada Suci karena produk “Pleasent didasarkan pada semangat ramah lingkungan atau bersplrit go green.

Hal ini cukup beralasan, karena Suci mampu memberdayakan limbah menjadi produk fesyen yang dari segi kualitas tak kalah dengan sepatu produk luar negeri. Namun perlu dicatat baghwa limbah Jok mobil yang digunakan Sud memang bahan Impor. Maksudnya limbah kulit Oscar yang dipakainya adalah limbah yang bahan aslinya diimpor dari Korea Selatan. Selama Ini, Korea Selatan memang terkenal dengan produk Jok mobil berkualitas untuk berbagai merek terkenal.

Saat Warta Kota menjumpai Suci pada acara Pameran Fashion Craft beberapa waktu lalu di Hall A Jakarta Convention Center dan mencatat harga-harga yang dipamerkan Suci cukup murah. Bahkan beberapa Jenis sepatu dijual dengan potongan harga layaknya pemilik toko sepatu di berbagai pusat perbelanjaan melakukan aksi cuci gudang produk. “Untuk hari terakhir pameran biasanya kami lepas dengan setengah harga untuk grosir dan diskon 30 persen untuk pembelian retail,1 kata Suci.

Beromzet puluhan juta

Perjalanan usaha Sud menciptakan sepatu dari limbah Jok mobil tak lepas dari peran PT Aneka Tambang (Antam) yang membina sentra UKM yang dikelolanya. “Saya bangga bisa menjadi bagian dari bina lingkungan PT Antam. Sebab dengan menjadi mitra PT Antam saya punya kesempatan memasarkan produk sepatu dari home Industri bahkan mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak,” tutur Suci yang kini telah melibatkan belasan orang dalam pembuatan sepatu di rumahnya.

Sud berharap dirinya mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk meng-ikuti pelatihan usaha yang mampu membimbingnya menjadi pelaku UKM yang memiliki kemampuan mengelola usaha ini dari sisi hulu hingga hilir. Dia ingin melakukan perbaikan kualitas produksi, mode dan pengembangannya.

“Apalagi sekarang mulai ada permintaan untuk membuat sepatu olahraga, khususnya sepatu bola,” kata Sud sambil melayani seorang Ibu muda yang tengah membeli sepatu bola untuk anaknya. Kini dengan usaha pembuatan sepatu berbahan limbah Jok mobil. Suci mampu meraih omzet puluhan Juta rupiah per bulan. Saat Imi Suci Juga membuka kesempatan kepada masyarakat yang ingin bermitra usaha dengannya, yakni sebagai reseller atau dengan sistem keagenan.

Pengusaha Pribumi Palembang Giat Bina UKM

Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Kota Palembang di Sumatera Selatan, giat melakukan pembinaan kepada warga kota tersebut yang menekuni usaha kecil dan menengah (UKM). Pembinaan terhadap UKM itu, dilakukan dengan membantu penyediaan modal usaha, penyediaan tempat usaha, pengembangan usaha, pengembangan produk barang dan jasa, serta mencarikan pasar potensial, kata Ketua HIPPI Palembang, Yudi Farola Bram, di Palembang, Jumat (2/12).

Menurut dia, saat ini pihaknya sedang membina masyarakat yang menekuni usaha kerajinan rakyat tenun songket, makanan khas seperti pempek dan pindang, serta jasa menjahit pakaian. Pada saat berlangsung SEA Games ke-26 di Palembang pada 11-22 November 2011 lalu, sejumlah pengrajin songket binaan HIPPI difasilitas untuk menggelar barang dagangannya kepada pejabat dan pengusaha yang berkunjung ke daerah ini.

Begitu juga jamuan makan dan oleh-oleh pempek buat mitra kerja dan relasi HIPPI yang dibeli dari UKM binaan dimaksud, kata dia. Sedangkan pembinaan terhadap usaha jasa menjahit, permintaan (order) pakaian seragam diperoleh anggota HIPPI dari pemerintah daerah atau dari sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang ada di daerah itu, yang selama ini biasanya pengerjaannya diserahkan kepada pengusaha konveksi di Bandung dan kini telah diserahkan kepada penjahit binaan di daerah ini, kata dia lagi.

Yudi Farola menjelaskan, anggota HIPPI giat melakukan pembinaan terhadap UKM karena prihatin terhadap persoalan permodalan, pemasaran, dan pengembangan usaha yang selalu menjadi penghambat pengembangan usaha mereka. Padahal pengusaha pribumi yang tergabung dalam naungan HIPPI Palembang itu, memiliki kemampuan yang besar untuk mengatasi persoalan yang dihadapi tersebut.

“Anggota kami ada yang memiliki dana segar yang cukup besar, tempat usaha yang tidak terpakai, mitra kerja dan jaringan bisnis yang luas, potensi tersebut jika disinergikan dengan UKM akan menjadi kekuatan usaha yang besar di daerah ini,” ujar dia. Melalui upaya tersebut, diharapakn pengurus dan anggota HIPPI Palembang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi kerakyatan dan bisa memperkuat perekonomian secara nasional, kata salah satu pengusaha pribumi Palembang itu lagi.

Katumbiri Expo 2011 berdayakan UKM perempuan

Indonesia selama ini dikenal dengan produk-produk berbasis warisan budaya, seni dan kearifan lokal. Kini, pameran ekonomi kreatif berbasis kesetaraan gender digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada 7 hingga 11 Desember 2011 bertitel Katumbiri Expo 2011. Pameran ini akan mempromosikan aneka ragam produk kreatif budaya Indonesia,” kata Ketua Panitia Katumbiri Expo 2011 Sri Redjeki Sumaryoto didampingi Menteri Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar di Jakarta, Senin (5/12).

Pameran ini, menurut Sri Redjeki diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ibu, juga bertujuan mewujudkan peranan perempuan dalam kesetaraan di bidang industri kecil dan menengah. “Kesetaraan mengilhami perempuan pada indstri kreatif,” terangnya

Pameran yang akan dibuka Ani Bambang Yudhoyono ini menghadirkan 150 peserta yang sebagian besar adalah kaum perempuan. Berbagai produk budaya yang dihadirkan antara lain produk kerajinan, fesyen, kuliner, arsitektur, seni sas-tra, seni musik, seni pertunjukan, dan berbagai karya cipta lainnya yang berasal dan dikembangkan oleh berbagai suku-suku bangsa di tanah air.

JUNJUNG KESETARAAN

Meneg Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar menambahkan Katumbiri akan menampilkan beragam karya para perajin laki-laki dan perempuan yang menjunjung tinggi kesetaraan. “Ada juga zona produk kerajinan tekstil, fashion, aksesoris dan interior products. Zona lainnya adalah untuk produk herbal, spa dan kosmetika berbasis tradisi dan kearifan lokal,” jelasnya.

Mengingat kontribusi perempuan dalam konteks ekonomi keluarga sangat signifikan terutama usaha mikro dan kecil maka mereka patut mendapatkan keadilan untuk mengakses pasar bagi hasil produksinya. “Katumbiri yang artinya pelangi akan membuka pasar mereka karena penyelenggara mengundang potential buyer untuk datang pada pameran,” kata Linda.

Bordir Tasik, Produk Lokal Berkelas Dunia

Tasikmalaya adalah wilayah pecahan Kabupaten Tasikmalaya yang secara geografis terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa di wilayah Provinsi Jawa Barat. Menurut Wlkipedia Bahasa Indonesia Enslklopedia Bebas, kota ini memiliki perkembangan ekonomi yang lebih baik dibandingkan kota-kota lain di Indonesia.

Tasik -demikian kota Ini dlsebut– memiliki berbagai potensi yang belum dikembangkan secara maksimal misalnya industri bordir yang sudah mendunia. Selama dua dekade pemerintah kota mulai membuat tempat pameran bordir untuk para pengrajin Tasik, yang berlokasi di Kawalu. Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tasikmalaya menyebutkan bahwa usaha kerajinan bordir di Tasik cukup meluas. Dari delapan kecamatan yang ada di wilayah Tasik, empat kecamatan di antaranya bergerak di bidang usaha pembuatan kain bordir, yaitu Clbeureum. Clpedes. Mangkubumi, dan Kawalu.

Pada tahun 2005. terdapat setidaknya 1.092 unit usaha bordir yang melibatkan 10.380 perajin. Kecamatan Kawalu tercatat sebagai wilayah yang memiliki paling banyak pelaku usaha kerajinan bordir, yaitu 87,7 persen dari total perajin bordir di Tasik. DI kecamatan ini. terutama di Desa Tegalsarl terdapat banyak pengusaha kain bordir berskala besar seperti Turatex. Purnama. Ciwulan. Haryatl. dan Bunga Tanjung. Total produksinya mencapai 7.2 Juta potong per tahun. Nilai produksinya telah mencapai angka di atas Rp 500 miliar dan mampu menyerap ribuan tenaga kerja.

Salah seorang pelaku usaha bordir Tasik yang namanya berkibar adalah Atik Jumaell. Melalui usahanya nyaris dari nol lewat bendera usaha Dewi Bordir.dengan modal Rp 50.000 plus satu unit mesin Jahit pada tahun 1991. kini Atik Jumaell mampu mengembangkan produk andalan usaha bordir seperti (atakan gelas berbodlr dan tutupnya, memimpin pasar di kelasnya. Bahkan kini produk-produk bordirnya kerap tampil dalam berbagai pameran di luar negeri dari Singapura hingga Rusia sekaligus pasar luar negeri.

Mulai dari “nol”

Pada dekade 1990-an ketika Atik Jumaell memulai usahanya, produk bordir Tasik telah Jauh berkembang dibandingkan beberapa dekade sebelumnya. Saat Itu produk bordir Tasik didominasi oleh busana muslim, khususnya baju perempuan termasuk baju gamis, dan kelengkapannya seperti mukena, rukuh. Jilbab. baju koko dan kopiah.

Beberapa dekade sebelumnya, yakni dekade 1960-an Jenis bordir yang banyak dihasilkan ialah kebaya dan pakaian tradisional China karena pemesan produk ini kebanyakan kalangan etnis Tionghoa. Sejak dekade 1970-an , setelah mesin bordirbertenaga listrik muncul di daerah ini. jenis produk bordir yang dihasilkan meluas ke Jenis kain untuk ruangan (home Interior), seperti sprel. taplak meja, dan gorden. Namun pada dekade 1980-an Jenis kain bordir yang diproduksi mulai bergeser ke busana muslim yang berkembang hingga kini.

Ketika mulai merintis usaha Dewi Bordir. Atik belum pernah menjalani satu pun usaha. Sebab sejak sebelum menikah dengan Jumaeli. Atik menjalani pekerjaan sebagai karyawan sebuah kantor konsultan hukum. Namun Atik bukan sosok yang asing terhadap dunia Jahlt-menjahlt. Anak kelima dari 10 bersaudara dari keluarga H Saun dan HJ Siti Huzaemah Ini tumbuh dajam keluarga modiste atau penjahit pakaian (wanita). Ibunya dikenai sebagai penjahit kebaya yang cukup dikenal di Cikalong. Tasik.

Selain itu Atik Juga sosok yang senang bekerja keras, disiplin, ulet, dan kreatif. Satu lagi karakter yang melekat pada diri nya ialah intuisi atau hidung bisnis yang tajam dalam menangkap peluang. “Usaha kerajinan bordir memang menuntut pelakunya gigih, ulet, tekun dan kreatif. Karakter seperti Itulah, yang melekat pada perempuan pengrajin bordir di Tasik dan membuat Tasik dikenal sebagai kota bordir.” katanya.

Pada tahun 1996 ketika usaha bordirnya kian stabil. Atik sudah mulai berpikir bahwa Dewi Bordir harus memiliki badan hukum. Pikiran seperti Itu muncul karena Atik pernah bekerja di kantor pengacara dan banyak belajar dari pergaulan. Lahirlah kemudian CV Dewi Nugraha. Alamat CV Ini sama dengan tempat Atik menjalani usahanya, yakni di Jalan Panunggal Nomor 64, Kompleks

Asrama Polisi Tasikmalaya.

Pada tahun yang sama Atik Juga memperoleh suntikan modal dari hasil arisan yang dia Ikuti sebesar Rp 500.000. Dana itu digunakan untuk membeli satu unit mesin Jahit baru merek Zuki secara cicilan seharga Rp 3.500.000. Sisa utangnya dilunasi dengan cara mencicil. Sebagai suatu usaha perjalanan Dewi Bordir tidak berlangsung mulus. Pada tahun 1997 usaha ini pernah Jatuh. Ketika itu. Dewi Bordir menerima pesanan sebanyak 1.000 lusin (atakan dan tutup gelas senllai Rp 67 Juta. Tetapi krisis ekonomi tahun 1997 yang meluluhlantakkan Indonesia mengakibatkan uang hasil pesanan itu tak tertagih. Produksi Dewi Bordir pun sempat terganggu.

Omzet miliaran rupiah

Hal serupa juga terjadi pada 2007 ketika Dewi Bordir menerima pesanan busana berbordir sebanyak 400 pasang dari seseorang untuk dikirim ke Brunei. Pesanan sempat membengkak menjadi 550 pasang namun hanya 400 pasang yang dibayar sehingga Dewi Bordir mengalami tekor Rp 45 Juta dan tantangan-tantangan lainnya. Dengan kesabaran dan ketekunan. Atik mampu menerobos berbagai rintangan Itu. Hasilnya Dewi Bordir berkembang dengan mantap hingga Jumlah karyawan tetap hariannya mencapai 30 orang sementara karyawan musiman bisa menlmgkat dua kali lipat pada saat pesanan meningkat.

Pengalaman menjalani usaha dari bawah membuat intuisi bisnis Atik Jumaell terlatih membaca pasar. Memilih tatakan dan tutup gelas sebagai produk andalan Dewi Bordir adalah wujudnya. Meskipun terlihat remeh temeh produk andalan

Dewi Bordir Ini menjadi raja di kelasnya. Bahkan, produk-produknya membawa Tasik memperoleh kebanggaan. Tatakan dan tutup gelas Dewi Bordir menjadi salah satu produk UKM Tasik yang diekspor hingga mancanegara.

Dengan dukungan keluarga dan karyawan. Atik Juga telah mengantar Dewi Bordir menerima sejumlah penghargaan sekaligus kemudahan. Selain sedang meneriima fasilitas pameran secara gratis. Dewi Bordir Juga menerima fasilitas berupa ruko yang terdapat di Asia Plaza Jalan Hajat Mustofa Nomor 8 Tasikmalaya. Dari usaha kerasnya itu. omset yang dicapai Dewi Bordir mencapai sekitar Rp 100 Juta per bulan atau Rp 1 miliar lebih per tahun. Dari omset tersebut Atik meraih keuntungan bersih sebesar 20 persennya.

Untuk meningkatkan produksinya, Dewi Bordir sedang merintis Jalan untuk masuk ke segmen pasar menengah ke atas. “Alasannya di segmen ini kondisinya lebih stabil.” katanya.

Atik mengaku sangat sadar bahwa di segmen ini dia akan menghadapi pemain yang hebat-hebat. Untuk memenangi pasar dia terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Selain Itu Dewi Bordir gigih menciptakan desain-desaln baru yang sesuai dengan tuntutan pasar. “Untuk tahu pasar kami mencari Informasi dari Internet atau majalah.”

Sementara untuk pemasaran dan promosi. Dewi Bordir relatif tidak mendapatkan kesulitan. Selain mempertahankan promosi dari mulut ke mulut yang telah dibangun sejak awal melalui ajang arisan, bazar dan pameran. Atik Juga menempuh cara pemasaran yang sudah lazim ditempuh para pengusaha bordir Tasik pada umumnya, yakni memasarkan sendiri ke Jakarta dan beberapa kota lain. Para pengusaha bordir Tasik lazim memasarkan produk mereka ke sentra-sentra pakaian di Jakarta, seperti Pasar Tanah Abang dan Cipulir. Bahkan, awal 2011 lalu, Atik Juga merintis pembukaan cabang Dewi Bordir di Season City Jakarta Barat sekaligus membawa usaha ini lebih profesional. Untuk Itu Dewi Bordir sudah menyewa konsujtan bidang manajemen, termasuk di dalamnya untuk melakukan. “Saya Ingin maju seperti Dewi Motik (Dewi Motik Pramono-perempuan pengusaha Indonesia yang dikenal sebagai mantan Ketua Umum Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia). Saya ingin membawa Dewi Bordir menjadi perusahaan ekspor yang maju.” demikian tutur Siti Atikah Huzaemah Jumaeb mengakhiri kisah perjalanan usahanya.

DEWI BORDIR
Alamat Ji Panunggal No.64, Samping Aspol
Bojong. Tasikmalaya
Telp (0265)340621. Hp 081222886243
Fax (0285)3,40621
Email dew.njgrahacvOy3hoo.com
Contact person Hj Sin Atik Jumaell, SE

Agar Menarik Peritel Bedah 100 Warung

Para  peritel siap merangkul pedagang warung atau toko. Selain memberi pelatihan dan manajemen kepada usaha kecil dan menengah (UKM). Mereka siap memasok barang, bahkan menyiapkan dana buat bedah warung. “Senin (28/11) besok, kita akan memberi pelatihan kepada 150 UKM di sini (Kementerian Perdagangan, red),” kata Manager Media Relation PT Sumber Alfaria Trijaya, Atikah Sunarya, kepada Pos Kota di Kementerian Perdagangan, Rabu (23/11).

Menurut rencana, acara pelatihan manajamen kepa-da 150 UKM ini akan dibuka Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan dihadiri juga pengurus Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).

Pelatihan manajemen yang digelar peritel Alfa-mart ini meliputi berbagai hal. Selain memberi pengetahuan tentang manajemen yang betul seperti bagaimana mengelola pembukuan, juga bagaimana mendisplay atau menata barang yang benar agar orang tertarik berbelanja ke warung atau tokonya. “Kami siap memberi resep kepada para UKM,” ucapnya. Bahkan bukan hanya itu, Alfamart juga siap memasok barang ke pedagang, jika mereka memintanya.

DUKUNGAN ALFAMART

Selama ini, Alfamart juga sudah memberi dukungan kepada para UKM, dengan membedah warung atau toko mereka agar terlihat bagus hingga bisa menarik pembeli. Dari target bedah 100 warung atau toko tahun ini, Atikah mengaku Alfamart sudah membedah 80 waning atau toko milik UKM. “Setiap bedah satu warung atau toko bisa menghabiskan biaya sekitar Rp30 juta,” terangnya.

214 Koperasi di Malang Terancam Bangkrut

Sebanyak 214 koperasi di Kota Malang, Jawa Timur, terancam bangkrut karena saat ini sudah tidak aktif menjalankan berbagai prinsip usahanya. Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kota Malang Bambang Suharijadi di Malang, Rabu (16/11), mengakui, sebanyak 214 koperasi tersebut sudah tidak lagi pernah laporan, apalagi menggelar rapat anggota tahunan (RAT), dan pembagian sisa hasil usaha (SHU).

“Ratusan koperasi yang sudah tidak aktif itu sangat sulit untuk direvitalisasi karena berbagai kendala. Kami sudah beberapa kali melakukan upaya untuk membangkitkan kembali koperasi-koperasi tidak aktif ini agar tidak sampai bangkrut, namun sulit sekali,” katanya.

Kendala umum yang dihadapi Dinas Koperasi dan UKM di antaranya sulit menghubungi anggota koperasi bersangkutan. Ketika ditelusuri ke alamat yang tertera dalam badan hukum, katanya, ternyata sudah tidak ada lagi. Kondisi itu, katanya, cukup menyulitkan Dinas Koperasi dan UKM ketika ingin membantu melakukan revitalisasi agar bisa aktif dan bangkit kembali.

Bahkan, katanya, tidak sedikit ditemui koperasi yang hanya tinggal papan nama. Selama dua tahun terakhir, jumlah koperasi yang masuk kategori harus direvitalisasi dan mendapat bantuan keadministrasian maupun manajerial sudah berkurang. Sebelumnya sebanyak 274 unit, namun karena ada yang mampu bangkit, saat ini tinggal 214 koperasi.

Jika upaya revitalisasi tidak bisa lagi mampu membangkitkan koperasi tersebut, katanya, tidak menutup kemungkinan badan usahanya akan dicabut. Selama 2011, tiga koperasi di daerah itu dicabut izinnya. Ia menjelaskan, sebenarnya tidak mudah membubarkan koperasi yang memiliki badan usaha, apalagi sudah beroperasi dan melayani nasabah. Namun, katanya, pencabutan izin tidak bisa dihindari jika kondisinya tidak bisa diselamatkan.

“Jumlah total koperasi yang beroperasi di Kota Malang sebanyak 724 dan yang tidak aktif (terancam bangkrut, red.) mencapai 214 unit. Dan yang sudah benar-benar dicabut izinnya ada tiga koperasi,” ujarnya.