Mencetak Laba dari Bisnis Percetakan

Anda berniat memulai usaha percetakan, tawaran kerjasama UD Grafika Cemerlang mungkin bisa menjadi pertimbangan. Mengusung nama BrosurMurah.com, UD Grafika Cemerlang didirikan oleh Dave Nanang Handoyo pada 2001 di Surabaya.

Nanang melayani cetak, baik di media kertas, plastik, ataupun produk suvenir. Berbagai jenis produk seperti paperbag, kalender, agenda, katalog, booklet, company profile, dan produk lain bisa dikerjakan BrosurMurah.

Dengan kualitas cetak nomer satu, Nanang mengatakan, target pasar utamanya adalah kelas menengah atas. Itu juga sebabnya, saat ini Nanang banyak memakai pola pemasaran dan pemesanan melalui internet untuk menggarap pasar yang lebih besar.

Walau menyasar kalangan menengah atas, namun produk cetak buatan Nanang cukup terjangkau. Harga mulai Rp 8.800 untuk satu kotak kartu nama hingga Rp 25.000 untuk satu kalender duduk. “Paling laris brosur berwarna seharga Rp 99 per lembar,” ujar pria 33 tahun ini.

Rp 50 juta per bulan

Saat ini, Nanang sudah mempunyai empat gerai BrosurMurah. Masing-masing gerai tersebut mampu meraup omzet antara Rp 30 juta sampai Rp 50 juta per bulan. Omzet itu didapatkan dari pelanggan sebanyak 200 hingga 300 klien per bulan.

Melihat perkembangan itu, Nanang optimistis, bisnis cetaknya masih akan bagus. Apalagi dia memakai konsep cetak satu atap sehingga lebih efisien. Itulah sebabnya, mulai tahun ini dia menawarkan waralaba usahanya kepada masyarakat. “Sudah ada satu yang bergabung, tahun depan ada 3 mitra lagi,” katanya.

Jika Anda berminat, Nanang menawarkan pilihan investasi mulai Rp 25 juta, Rp 50 juta, dan Rp 95 juta minus sewa tempat usaha. Nilai investasi yang berbeda bergantung fasilitas yang didapatkan. Untuk investasi senilai Rp 25 juta yang didapat adalah perlengkapan promosi, seperti spanduk, brosur 5.000 lembar, dengan kerjasama 3 tahun.

Untuk investasi Rp 50 juta akan mendapatkan dua set komputer grafis, printer, software asli, meja gambar, dan berbagai sarana promosi. Sedangkan paket Rp 95 juta akan mendapatkan tiga set komputer grafis, printer, dan berbagai sarana pendukung juga sarana promosi. Nanang juga akan melatigh membuat grafis para tenaga kerja untuk mitra tersebut.

Dari setiap mitra, Nanang mentargetkan omzet sebesar Rp 30 juta per bulan. Jika target tercapai maka mitra akanbalik modal dalam kurun enam hingga 8 bulan.

Selain membayar investasi awal yang di dalamnya sudah termasuk franchise fee, mitra juga harus membayar manajemen fee sebesar 5% dari omzet per bulan. Nantinya mitra akan menangani pemesanan dan desain, sedangkan produksi akan dikerjakan pusat. “Kami akan langsung menangani bidang produksinya,” ujar Nanang.

Salah satu mitra BrosurMu-rah adalah Winarto Setyadhar-ma di Mulyosari, Surabaya. Dia mengaku menjadi mitrasejak enam bulan lalu. “Menjelang pergantian tahun permintaan meningkat,” katanya Pelanggan Winarto mulai dari perusahaan, sekolah maupun individu. Dari pesanan yang datang, sebanyak 75% order pembuatan brosur, baru disusul cetak banner, kartu nama, dan spanduk. Dari usaha ini, Winarto meraih omzet Rp 20 juta per bulan.

Grafika Cemerlang Jl. Wonorejo Permai Timur IV-16 Surabaya
Jawa Timur Telp 0318782448

Laba Gerai Bakso Masih Saja Hangat

Dea Chadiza Syafina, Fitri Nur Arifenieiakawta. Kudapan bakso memung populer. Olahan daging sapi berbentuk bulat yang disajikan dengan mie dan kuath panas ini selalu mengundang selera Tak heran, meski persaingan sangat ketat, ada saja pengusaha yang melirik usaha ini. Bahkan, tak sedikit dari mereka menuai keberhasilan.

Salah satu pengusaha itu adalah Luqnian Fanani. Setelah merintis usaha bakso awal 2009 di Mojokerto, ia mencoba menawarkan waralaba Baso Koki Sapi. “Akhir 2009, saya baru menawarkan kemitraan dan sekarang sudah ada 10 gerai,” katanya.

Luqnian menawarkan tiga paket kemitraan. Yakni, paket standar, paket premium, dan paket gold atau sink isi dica. Nilai investasi kemitraan ini mulai Rp 12,5 juta hingga Rp 27,5 juta.

Pada dua pakei pertama, mitra akan memperoleh peralatan masak dan perlengkapan makan, seperti mangkok, sendok dan garpu, freezer, kompor dan seragam karyawan. Selain itu, mitra juga mendapat suplai bahan baku awal dan brosur promosi.

Perbedaan mendasar pada tiap paket hanya pada jumlah mangkok dan jenis kompor sertaftvezcr. Untuk paket premium, mitra juga akan mendapat Sb (Mier untuk menghangatkan siomay.

Sedangkan, pada paket iinhl, mitra akan mendapatkan fvrr di Minan kapasitas 700 liter, dan juga suplai produk awal mulai dari Rp 5 juta sampai dengan Rp 7 juta “Terwaralaba gold berhak menjadi master franchise dan mengelola/ntuiWiise Baso Koki Sapi diwilayah tersebut,” tandas Luqman.

Meski waralaba Baso Koki

Sapi tak mengutip mitra tvyaltyfee. Narnun begitu, mitra wajib membeli bahan baku utama seperti bakso, siomay, bakso goreng, bakso tahu serta kuah dan bumbu dari manajemen Baso Koki Sapi pusat. Hal ini dilakukan untuk menjaga kualitas dan

Dengan menjual 50hingga 250 porsitiap hari, mitra bisabalik modal dalamdelapan bulan.mempertahankan standar rasa Baso Koki Sapi.

Seporsi Baso Koki Sapi dibanderol dengan harga Rp 4.500 sampai Rp 6.000. Menurut perkiraan Luqman, mitra bisa menjual 50 hingga 250 porsi bakso setiap hari.

Mitra pun bisa mengumpulkan omzet rata-rata Rp II11100 setiap hari untuk paket standar dan Rp 1 juta untuk paket gold. Luqman menghitung, mitra bisa balik modal dalam hitungan enam bulan sampai dengan delapan bulan.

Etmi, salah satu terwaralaba Baso Koki Sapi sudah menggeluti bisnis ini sejak sejak 2009. Bisnisnya berjalan lancar karena ia memiliki lokasi strategis, .yakni jalan lintas Sumatra

Etmi mengambil pakei investasi sebesar Rp 25,6 juta. Ia mengaku, dalam waktu enam bulan sudah balik modal.

Sampai kini, usaha bakso-nva pun iak pernah sepi. Awalnya, ia hanya menjual 60 hingga 70 porsi bakso per dari. Kini, dalam sehari. baksonya laku300 hingga 400 porsi. Satu porsi, dijualnya dengan harga Rp 10.000. “Dalam sehan. omzel minimum sekitar Rp 3 juta,” kala Etmi.

Bahkan, saat Lebaran, Kimibisa mendulang omzet Rp 100 juta dalam 10 h;iri. Biasanya, saat Lebaran, penjualan bakso per hari bisa mencapai 1.000 hingga 1.200 mangkok. Berbagi tip supaya bisnis nya tetap awet, dengan menjaga kualilas dan disiplin untuk berjualan Baso Koki Sapi

Jl Raya Tangunan No. 29
RT 04 RW 02
Kec. Puri, Mojokerto
Telp. (0321) (U37810
HP. 08563407110

Mengurut rezeki lewat pijat rileksasi

Badan pegal-pegal atau capek? Jangan khawatir, saat ini sudah banyak tawaran layanan rileksasi, seperti spa, lulur, totok, hingga pijat refleksi yang bisa membuat badan kembali bugar.

Menyasar kalangan menengah atas, jasa rileksasi mencoba memenuhi kebutuhan masyarakat perkotaan. Masyarakat kota memang kerap dilanda stres akibat tekanan pekerjaan atau kemacetan lalu lintas.

Layanan inilah yang coba ditawarkan Olivia Antoni, pemilik The Family Spa dari Cilegon, Banten. Mengusung konsep spa keluarga, Family Spa hadir dengan dekorasi etnik modern bertema tradisional Jawa. “Lebih unik, mewah, dan eksklusif,” kata Olivia.

Walau sudah berdiri sejak 2007, Olivia baru menawarkan waralaba bisnis Family Spa pada Juni 2011. Cukup lancar. Meski baru sebulan, Olivia sudah bisa menjaring dua terwaralaba, yakni di Jambi dan Makassar. Adapun dua calon terwaralaba lagi masih tahap penjajakan.

Jika Anda juga tertarik mencicipi waralaba Family Spa, Olivia menawarkan dua paket waralaba. Paket pertama hanya membayar franchise fee sebesar Rp 35 juta. Kalau mengambil paket ini, terwaralaba akan mendapatkan hak penggunaan nama selama tiga tahun.

Paket kedua merupakan paket lengkap dengan nilai investasi sebesar Rp 190 juta. Calon terwaralaba yang memilih paket ini, selain memperoleh perlengkapan, juga tidak perlu memikirkan uang sewa tempat.

Dengan paket lengkap, pewaralaba akan mencarikan tempat usaha dengan nilai sewa Rp 20 juta per tahun berukuran 4 m x 10 m. Tak hanya itu, akan disediakan juga tenaga terapis dan pendampingan manajemen.

Selain membayar dana investasi, tiap bulan terwaralaba juga harus membayar royalty fee sebesar 5% dari omzet per bulan. Dengan asumsi ada 10 sampai 15 pelanggan yang datang, Olivia menghitung, setidaknya omzet terwaralaba akan mencapai Rp 1 juta–Rp 2 juta per hari. Alhasil, balik modal diperkirakan hanya butuh waktu enam bulan sampai delapan bulan.

Perkiraan omzet itu bakal tercapai, karena Family Spa memakai metode shiatsu asal Jepang. Mengenai bahan baku spa, seperti krim lulur, didatangkan langsung dari Bali dengan harga berkisar antara Rp 10.000–Rp 30.000 per paket.

Tak hanya itu, untuk menjaga kualitas layanan, Family Spa hanya merekrut terapis berpengalaman minimal lima tahun. Dengan pengalaman tersebut, terapis diharapkan bakal memberikan pelayanan profesional untuk pelbagai jenis paket yang ditawarkan.

Paket jasa rileksasi yang ditawarkan antara lain, pijat, body scrap, mandi susu, totok wajah, dan mandi sauna. Tarif untuk bisa menikmati layanan itu berkisar antara Rp 180.000 hingga Rp 250.000. “Untuk jasa senilai Rp 250.000 khusus untuk wanita,” jelas Olivia.

Salah satu terwaralaba Family Spa di Makassar, Umiyati, mengaku tidak kecewa setelah mengambil tawaran investasi ini. Umiyati atau akrap dipanggil Etty tertarik menjadi terwaralaba karena biaya investasinya murah.

Apalagi dengan dukungan peralatan yang lengkap membuat Etty bisa menjalankan bisnis tanpa pusing lagi. “Walaupun murah, kualitas dari berbagai support perlengkapannya tidak mengecewakan,” katanya.

The Family Spa
(ALDO Management)
Cilegon Town Square Nomor 17G, Jalan Raya Cilegon, Banten,
Telepon: (0254)378345

Hangatnya Laba Kemitraan Bakso

Bakso, bakso, dan bakso lagi. Memang, siapa, sih, yang tidak kenal dengan makanan berbentuk bola terbuat dari daging dan tepung ini? Walaupun pedagang bakso sudah bejibun, namun makanan ber-kuah panas ini tetap banyak peminatnya.

Sebagai makanan yang memiliki banyak penggemar, bakso pun menjadi pilihan bisnis Sri Ratna Dewi. Dengan nama usaha CV Zein Family, Ratna mendirikan usaha bakso di Yogyakarta pada 2004.

Tetap mengusung menu bakso, dia memadukan bakso dengan tahu, bernama Tahu Bakso Zaidan. Tak hanya bakso daging sapi, Tahu Bakso Zaidan juga berbahan baku udang, ikan .laut, dan ayam.

Variasi rasa dan menu

Setelah merasa bisnisnya cukup kuat, pada 2009 lalu. Ratna mulai menawarkan kemitraan Tahu Bakso Zaidan. Agar omzetnya bertambah besar, diajuga menambah variasi menu selain bakso, antara lain mie ayam, siomay, dan batagor.

Sedangkan untuk menu bakso, variasi rasa juga dilakukan dengan menu tahu bakso kuali tahu bakso bumbu kacang, tahu bakso hotplate, tahu bakso lada hitam, dan tahu bakso kremes. “Semua disajikan hangat dengan harga mulai Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per porsi,” kata Ratna.

Karena sifatnya kemitraan, Tahu Bakso Zaidan yang saat ini sudah punya enam mitra tidak memungut fra neh ise fee atau royalti fee. Enam mitra tersebut tersebar Yogyakarta, Semarang, Lombok dan Bekasi.

Untuk Anda yang berminat menjadi mitra, Ratna menawarkan dua konsep kemitraan. Pertama dengan.investasi Rp 20 juta. Jika memilih tawaran ini, maka mitra akan mendapatkan menu tahu bakso aneka rasa dan peralatan outdoor atau gerobak. Kedua dengan investasi Rp 50 juta. Tawaran ini akan memberikan menu bakso, mie

Mitra juga akan mendapatkan fasilitas perlengkapan restoran indoor, berupa lima set meja dan kursi, kulkas satu pintu, alat memasak, hatian baku, dan training karyawan. “Mitra langsung bisa memulai usaha,” katanya. Untuk menu minuman akan diserahkan ke mitra.

Dengan target penjualan 50 porsi sehari, diperkirakan omzet mitra mencapai Rp 15 juta per bulan. Jika target tersebut tercapai maka balik modal atau BEP sekitar satu tahun. “Yang penting lokasi bagus,” katanya Karena paket yang ditawarkan belum termasuk sewa tempat, maka mitra harus mencari sendiri lokasi usaha.

Ratna menegaskan, penggemar bakso sangat besar. Karena itu, pangsa pasar penikmat makanan ini masih menjanjikan. Namun, menurut Khoe-russalim Ikhsan, Konsultan Wirausaha dan Praktisi Bisnis,tawaran Tahu Bakso Zaidan masih belum cukup menarik.

Sebab menurut Khoerussa-lim, menu yang ditawarkan Ratna biasa-biasa saja “Kalau mau mendapat sambutan hams berani inovasi, meski dengan risiko gagal,” ujarnya. Ia mengaku agak ragu jika tawaran ini dibawa ke wilayah Jabodetabek.

Selain inovasi, Khoerussa-liin juga mengingatkan pentingnya pengelolaan sumberdaya manusia (SDM) bagi mitra. Program pelatihan karyawan harus benar-benar memiliki sistem yang baik dengan standar pelatihan baku. Sebab, dalam bisnis seperti ini faktor SDM sangat penting bagi kemajuan usaha.

Tahu Bakso Zaidan Jln. Nangka V RT 6/15 Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
Telp. 081228482724

Rezeki mengembang dari ayam taliwang

Bisnis makanan daerah kian bergairah di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Banyaknya perantau yang datang ke ibu kota menjadi pasar potensial bagi pengusaha makanan daerah. Maraknya liputan kuliner di televisi juga mendorong rasa penasaran sejumlah orang untuk mencicipi beragam makanan khas daerah tertentu.

Salah satu waralaba makanan daerah yang mulai ditawarkan pada Oktober 2011 ini adalah Ayam Taliwang Senggigi Lombok. Mulai membuka kedai ayam taliwang pada 2001, kini Sesil Indra Kurnia, pemilik merek Ayam Taliwang Senggigi Lombok, sudah memiliki tujuh gerai yang tersebar di Jabodetabek.

Mulai tahun ini, ia ingin mengembangkan kedainya yang bernaung di PT Sera Lestari Global, hingga ke seluruh Indonesia. “Saya ingin lebih banyak orang merasakan kelezatan ayam taliwang,” ujarnya berpromosi.

Investasi Rp 150 juta

Menurut Indra, kelebihan ayam taliwang di kedainya terletak pada dominasi rasa pedas. “Kami ingin mengusung sensasi pedas khas Lombok,” ujarnya. Sekitar 80% dari menu yang ditawarkan di kedai Ayam Taliwang Senggigi Lombok menggunakan bumbu cabai.

Pada waralaba ini, Sera Lestari Global baru menyiapkan satu paket investasi saja. Mereka menawarkan paket resto dengan nilai investasi sebesar Rp 150 juta.

Indra menjelaskan, dengan membeli paket tersebut, terwaralaba tinggal menyiapkan lokasi usaha. Semua perlengkapan berjualan, pelatihan, promosi, dan bahan baku untuk operasional awal sudah disiapkan. “Konsep gerainya fastfood minimalis,” ujarnya.

Selain ayam, gerai Ayam Taliwang Senggigi Lombok juga menyediakan menu bebek, ikan, dan udang yang berbalur bumbu taliwang. Dengan harga jual berkisar Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per porsi, terwaralaba akan memperoleh omzet sekitar Rp 3 juta per hari atau Rp 90 juta per bulan.

Selama masa kerja sama lima tahun, Indra mengutip royalty fee 2% dari omzet tiap bulan. Ia pun menghitung, balik modal usaha ini antara 14 bulan hingga 18 bulan.

Dengan konsep waralaba ini, saban bulan. Indra berharap mampu menggandeng dua mitra baru. Ia pun optimistis dengan prospek usaha ini, mengingat menu ayam taliwang, khususnya di kota-kota besar, belum banyak yang disajikan dalam bentuk resto. “Dengan konsep resto, kami memiliki kelebihan pelayanan cepat dan memuaskan, serta suasana yang nyaman untuk semua pelanggan,” kata Indra berpromosi.

Pengamat waralaba Khoerussalim Ikhsan melihat bahwa tawaran waralaba Ayam Taliwang Senggigi lombok dalam konsep resto dengan suasana modern ini cukup menarik. Namun, ia sedikit ragu soal harapan untuk bisa merangkul semua kalangan sebagai konsumen ayam taliwang. “Selama ini makanan tradisional dari sebuah daerah sifatnya segmented dan tak meledak di pasaran,” ujarnya.

Ia menyarankan kepada pemilik waralaba ini untuk mencari cara yang bisa memikat semua kalangan pada sajian khas ayam taliwang ini. Termasuk dari kaum muda dan anak-anak yang cenderung masih menyukai makanan modern. “Ini tantangan besar yang mesti dilakukan semua waralaba yang mengusung makanan tradisional,” pesan Khoerussalim.

PT Sera Lestari Global
Jl. Buaran Raya Blok B 19
Jakarta Timur
HP. 081398994706

Mantan Karyawan Raih Impian

Mereka hengkang dari posisi sebagai karyawan perusahaan untuk mewujudkan keinginan menjadi orang kaya.

Rangga Umara, 32, memutuskan berhenti bekerja di kantornya di perusahaan properti Jakarta saat kebutuhan hidupnya mulai meninggi. “Gaji di perusahaan properti waktu itu tiga koma. Maksudnya, setelah tanggal tiga, kantong sudah koma,” ungkap Rangga seraya tertawa.

Menurut dia, karyawan apa pun tidak menjadikan seseorang kaya. Jadi, memiliki usaha sendiri merupakan satu-satunya jalan untuk menjadi kaya.

Ia lalu pindah haluan. Karena terbawa oleh hobinya yang doyan makan. Rangga mendirikan warung pecel lele. “Pecel lele makanan khas Indonesia, mudah dijumpai, namun belum banyak yang berani tampil beda. Selama ini kebanyakan warung lele tampilannya begitu-begitu saja,” kata Rangga yang hadir dalam Kick Andy episode KnryauHin No, Itiragan Yes.

Pad,a 2007, Rangga membuka usaha pecel lele pertamanya di daerah Pondok Kelapa, Jakarta Timur. “Modalnya saya dapat dari hasil menjual jam tangan, handphone, parfum, dan alat penggetar perut yang ada di rumah. Totalnya Rp3 juta,” sambungnya. Ia lantas menggandeng temannya yang pintar meracik bumbu.

Gerai pertamanya menempati bangunan berukuran 2×3 meter. Namanya Lele Iela. Kata Lela adalah akronim dari lebih laku atau, lebih laris. Rangga punya konsep untuk mewujudkan nama itu. “Tempat harus nyaman, orang datang tak sekadar makan, tapi juga mau mc-, nikmati suasana,” sambungnya.

Usaha warung lele itu tidak serta-merta berkembang. Pada rentang 2007-2008, Rangga mengaku mengalami periode yang berat. Ia terlilit utang kepada rentenir. Keuntungannya habis untuk membayar sewa. Enam cabang pertamanya harus ditutup.

Keuangan keluarganya makin minus sampai-sampai Rangga bersama istrinya. Sih Umairah, serta anak mereka diusir keluar dari kontrakan karena tidak mampu membayar lagi.

Meski begitu. Rangga tetap konsisten. Olahan lele dikembangkannya, disertai standar operasi pelayanan yang dibuat unik. Misalnya, setiap pengunjung Lele Lela disambut dengan ucapan selamat pagi dalam intonasi yang bersemangat. Setiap pengunjung yang meninggalkan gerai pun mendapat ucapan terima kasih, selamat datang kembali!.

Sekarang, pria kelahiran 1979 itu mempunyai 42 cabang Lele Lela se-Indonesia dengan omzet Rp4,8 miliar per bulan. Mereka menyediakan makanan gratis bagi yang sedang berulang tahun dan bagi pengunjung yang bernama Lela.

Kesuksesan Rangga rupanya bermula ketika ia menuliskan obsesi, ambisi, dan impian yang ingin diraihnya dalam sebuah buku yang ia sebut dream book. Tidak hanya menuliskan keinginan, Rangga juga menuliskan usaha untuk mencapainya serta target keuntungan. Lewat dream book itu, Rangga mengumpulkan semangat dan menarik energi positif agar im-piannya tercapai.

Kini, ayah dua anak tersebut sedang berupaya mewujudkan impian lain, yakni membuka cabang Lele Lela di Mekah.

Buka distro

Selain Rangga, ada Mohamad Rosihan, 38, yang banting setir menjadi penjual busana muslim dengan brand Saqina setelah keluar dari pekerjaannya sebagai konsultan internet bergaji Rp7,5 juta sebulan.

Pria lulusan Jurusan Geodesi Institut Teknologi Bandung ini kemudian mendirikan perusahaan teknologi informasi sendiri.

Penghasilan perusahaan hampir mencapai angka Rpl miliar per tahun, dengan sebuah konsekuensi. Usaha tersebut diakuinya sangat melelahkan karena proyek-proyeknya ditangani langsung oleh Rosihan sendiri. Saat berada di puncak karier perusahaannyasendiri. Rosihan jus- tru memutuskan menutup perusahaan itu.

Tahun 2006 saya merintis bisnis ritel, dagang. Alasannya, saya ingin mencari bisnis yang lebih simpel, yang bisa saya delegasikan kepada karyawan, untungnya besar dan cepat, pasarnya jelas,” tutur Rosihan.

Ia lalu melirik distro. Dalam setahun, ia membuka lima distro-dinamai Saqina-yang menjual busana muslim wanita, gamis, kerudung, aksesori busana muslim, baju koko, sarung, mukena, dan perlengkapan haji.

“Segmennya menengah tengah, bukan menengah ke bawah atau menengah ke atas. Harganya berkisar Rp75 ribu sampai Rp300 ribu,” tambahnya.

Rosihan mempromosikan produk ililw Saqina menggunakan media online. Order pun membanjirnya. Pelanggannya datang dari seluruh Nusantara, juga dari mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Hong Kong, Brunei, Dubai, Prancis, Amerika, dan Australia. Rosihan bahkan memiliki reseller di Malaysia. Alhasil, omzetnya pun melonjak 50 I

Jadi wirausaha, menurut Rosihan, merupakan pilihan, bukan sampingan. Konsisten dan fokus buat dia adalah harga mati. “Hidup dan mati seorang wirausaha ya di situ. Jika sudah begitu, dia akan struggle dari kondisi apa pun, bahkan paling buruk sekalipun. Selain itu, harus membuat target baru sehingga bisa terus berkembang. Jangan pernah merasa puas,” tegasnya berbagi kiat.

Setelah 11 tahun

Kisah Dewanto Purnomo, 40, lain lagi. Setelah beberapa kali pindah perusahaan, pada 18 September 2000, Dewanto diterima di sebuah badan usaha milik negara (BUMN) bidang jasa keuangan nonbank.

Saat anak pertamanya lahir, Dewanto terdesak untuk menghasilkan uang lebih banyak. “Lima hari sejak kelahiran, anak saya didiagnosis mengalami bocor jantung. Dia juga didiagnosis (menderita) attention deficit hyperactivity disorder, mirip autisme. Jadi butuh banyak biaya,” akunya

Karena itu. Dewanto memutuskan untuk membuka usaha sampingan. Pada 2005 ia bersama beberapa rekannya membuka usaha kuliner bakmi raos. Pendapatan Dewanto dari usaha tersebut mencapai 5-6 kali lipat gajinya sebagai pegawai. Lalu, ia bersama rekan-rekannya membentuk Master Franchise Bakmi Raos Grup.

Ia pun menambah usahanya dengan membuka depo susu segar dan menjalin kemitraan dengan Jimbo

Laundry House untuk membuka usaha laundry kiloan.

Di awal 2011, Dewanto menjual seluruh bisnis depo susu segar -dan laundry kiloannva, sedangkan usaha bakmi diserahkan kepada adikm.i yang memiliki usaha katering rumahan.

Saat itu. Dewanto melihat peluang baru, yaitu penjualan boneka. Tahun 2007 saya menemukan pabrik boneka di Bekasi. Di pabrik itu ada tulisan yang kurang lebih berkata, selama wanita bisa melahirkan, peluang bisnis boneka selalu ada,” ucap Dewanto sambil tersenyum.

Ia juga berjualan lewat toko daring. Order membanjirnya. “Omzetnya mencapai puluhan juta,” katanya singkat. Permintaan datang dari berbagai daerah seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa, Jakarta, Bali, dan Sulawesi.

Boneka yang dia juol lewat beberapa laman seperti umno.boneka-lucu.com, www.bonekobesbr.com, www. bom-kabear.com, umno.bonekaonline. com, dan www.bonelcBangtybird.coni bisa dibeli satuan. Untuk memasok kebutuhan konsumennya. Dewanto bekerja sama dengan 12 pemasok dan 125 industri rumahan yang memproduksi boneka.

Pada 2011, setelah 11 tahun bekerja sebagai karyawan, Dewanto akhirnya memutuskan untuk meninggalkan jabatannya di BUMN. “Penyebabnya adalah karena absensi saya banyak yang bolong. Terutama absensi pagi, siksaan pertama kalau berangkat pagi ke kantor. Begitu telat pasti merasa bersalah,” ucapnya.