Himawan Hendro, Sukses dengan Kopi “Joglo”

PDF Cetak E-mail
Sabtu, 09 Juli 2011 14:12
Apa yang Anda pikirkan jika mendengar kata “Joglo”? Pasti langsung mengingat rumah adat Jawa dengan bentuknya yang khas. Namun ada juga yang menyatakan jika Joglo atau Rumah Joglo mempunyai artian tempat yang membuat kita ingin terus kembali lagi.

kafe_jogloNampaknya semboyan itulah yang membuat Himawan Hendro Pratisto memasukkan kata Joglo dalam bisnis minumannya, yaitu “Joglos Coffee”. Filosofi kata Joglo ingin diterapkannya, yakni ingin orang yang sudah datang mencoba minuman racikannya, bisa selalu kembali lagi, lagi, dan lagi.

Bisnis yang sudah dirintisnya sejak 2005 ini memang tidak langsung bisa berkembang seperti sekarang. Pertama kali membuka outlet, Joglos coffee yang khas bernuansa hijau ini hanya mempunyai lima macam racikan minuman. Namun, saat ini sudah terdapat 18 menu yang menjadi andalan.

Untuk range harga, tidak perlu khawatir. Minuman yang disajikan dalam Joglos Coffee memang dikhususkan untuk kawula muda dan mahasiswa dengan harga yang super miring. Sang pemilik pun berkomitmen ingin menyajikan produk dengan harga oke serta kualitas yang bagus.

“Konsep awalnya sampai sekarang memang ingin menyajikan minuman yang berasal dari kopi dengan harga murah tapi kualitas bagus,” jelas Himawan seperti dikutip dari Okezone.

Awalnya dia memang sempat berpikir untuk melebarkan sayap untuk segmen kantoran. Namun, hal ini berarti dirinya harus membuat konsep maupun harga yang lebih premium. Jelas hal tersebut tidak sesuai dengan konsep awal yang mengutamakan harga murah dan kualitas oke.

Dengan omset rata-rata Rp200 ribu per hari, dan enam outlet yang dimilikinya saat ini di kawasan Gresik, Banjarmasin, Tangerang, Solo, dan Depok, dirinya pun semakin mantap dalam merintis usaha minuman bercita rasa kopi, susu, dan teh ini. Alasannya, bisnis tersebut lebih menjanjikan daripada bekerja di kantoran yang terlalu monoton.

Himawan bercerita, sempat beberapa kali mencoba berbagai bisnis setelah dirinya memutuskan untuk keluar dari rutinitas kantoran, malang melintang mencoba bisnis baru nampaknya tidak membuatnya berhenti mencoba dan terus mencoba.

“Dulu kerja kantoran. Sebelumnya pernah usaha tapi gagal. Kebetulan saya nyemplung ke bisnis ingin mengembangkan usaha, mengembangkan kreativitas,” bebernya.

Semua racikan minuman yang dibuatnya memang hasil learning by doing alias belajar ala kadarnya. Baik itu dari hasil membaca di majalah, berbagai macam buku, serta hasil lihat tontonan di televisi.

Dengan usahanya yang lumayan keras tersebut, akhirnya terciptalah beberapa minuman yang khas. seperti pure cream milk, dan yang paling banyak digemari adalah Coffe LLo. “Pure cream milk rasanya seperti vanila, tidak ada kopinya. Itu paling laku saat pertama kali saya jualan,” paparnya.

Sementara minuman lainnya yang tidak kalah menarik adalah cococoffee, coffelatte, cappucino, creammy coffe dan masih banyak lagi. Masalah harga, tidak perlu khawatir karena cukup dengan merogoh kocek sekira Rp5 ribu kita sudah bisa menikmati minuman serba kopi, susu, maupun teh ala Indonesia. Menurutnya, kopi tersebut merupakan pioneer dari maraknya bisnis serupa di kawasan Depok.

Setiap jenis usaha pasti mempunyai kendala. Dirinya mencontohkan, ketika musim hujan misalnya, pembeli akan sedikit berkurang akibat cuaca yang kurang pas untuk minuman dingin seperti yang disajikannya. Sementara itu, tempat atau lokasi berjualan juga menjadi salah satu kendala. Kurang luasnya lahan atau terkadang tidak jarang outlet yang dibuka harus berurusan dengan preman setempat.

Dari usaha yang sudah ditekuninya selama lima tahun tersebut, dirinya bisa mempekerjakan beberapa karyawan yang semuanya berasal dari tetangga maupun kerabat dekat.

Dirinya pun berbagi tip, untuk memulai sebuah usaha, hendaknya semua itu dimulai dari hobi. Apa yang kita suka, sebaiknya sesering mungkin mencari tahu dan menggali terus potensi tersebut. Karena menurutnya, semua hal itu harus dimulai sejak dini. seperti motto hidupnya yaitu “bisnis itu mulailah dari hobi, mulai dari diri sendiri, dari yang kecil, dan dari sekarang.”

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/kuliner/9588-himawan-hendro-sukses-dengan-kopi-qjogloq.html

Suparyoto, Sang Pencetus Kopi Organik

PDF Cetak E-mail

Rabu, 18 Mei 2011 09:27
Saat sebagian pihak masih berkutat dengan upaya peningkatan produksi, Suparyoto sudah berupaya memperbaiki kualitas produksi kopi. Saat pasar dunia meributkan dampak budidaya pertanian berbahan kimia, dia telah berpikir untuk menghasilkan produk pertanian ramah lingkungan.

kopi_lampungSeluruh upaya itu terwujud dalam bentuk budidaya pertanian kopi robusta organik di Desa Gunung Terang, Kecamatan Way tenong, Lampung Barat. Kawasan berudara sejuk dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut ini berbatasan dengan kawasan hutan lindung Register 45B Bukit Rigis.

Suparyoto adalah Ketua Gabungan Kelompok Tani Hulu Hilir Desa Gunung Terang, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat. Maka, pada waktu-waktu tertentu ia mengadakan pertemuan dengan sejumlah pengurus kelompok tani tersebut. Misalnya, ketika mereka memutuskan menggunakan mesin pemotong rumput untuk membasmi rumput yang banyak tumbuh di bawah tanaman kopi. “Mesin itu diharapkan bisa menjadi pengganti obat kimia pembasmi rumput,” ujar Suparyoto, atau Pak Par, panggilannya.

Dari Semarang, Jawa Tengah, Suparyoto datang ke Gunung Terang pada 1994, menyusul orangtuanya yang menjadi petani. Di sini ia mendapati penghidupan warga desa yang umumnya miskin. Mereka menggantungkan hidup dari hutan karena kopi hanya dipanen sekali setahun. Akibatnya, daya dukung hutan terus menurun. Dia lalu membentuk kelompok tani. “Dalam pikiran saya, kelompok tani akan memampukan petani di Gunung Terang untuk mengakses pasar dan sarana pertanian,” ujar Suparyoto yang juga mengajari warga menanam pisang di antara tanaman kopi, selain menanam sayuran atau empon-empon, untuk menambah pendapatan.

Pada September 2000 terbentuk kelompok tani Tunas Enggal dan dua kelompok hutan kemasyarakatan (HKm).Kelompok HKm dibentuk untuk merespons surat keputusan Menteri Kehutanan mengenai pengelolaan hutan bersama masyarakat. Lewat HKm, warga setempat diizinkan mengelola hutan Bukit Rigis yang rusak, sekaligus untuk menyelamatkannya. Sedangkan Tunas Enggal dibentuk untuk mempermudah akses pasar dan memperkuat kelembagaan petani. “Saat itu kami mendapat pendampingan dari Watala, lembaga pendampingan masyarakat yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan,” ujarnya.

Pendorong untuk beralih pada budidaya organik muncul ketika pada tahun 2003-2004 petani kesulitan mendapatkan pupuk kimia. Bersama Watala, Suparyoto mengajak warga memakai kotoran kambing dan kompos sebagai ganti pupuk kimia.

Petani yang tergabung dalam HKm dan Tunas Enggal lalu diajari membuat pupuk organik dari kotoran kambing dan dedaunan. Suparyoto menjadikan kebun kopinya sebagai contoh kebun organik. Menggunakan pupuk organik, mendorong dia membuat perbandingan sebagai evaluasi sekaligus daya tarik. Bila menggunakan pupuk kimia campuran, petani membutuhkan 1,5 ton-2 ton pupuk per tahun. Ditambah biaya tenaga kerja, petani harus mengeluarkan ongkos lebih dari Rp 5 juta per tahun. Sedangkan dengan pupuk organik, petani bisa menghemat biaya pemeliharaan kebun hingga 30 persen.

Namun, dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia yang kecil jumlahnya, petani membutuhkan setidaknya 6 ton pupuk organik per hektar per tahun. Beruntung ada bantuan kambing dari Heifer Internasional Indonesia, Watala, dan Dinas Peternakan Lampung Barat untuk memenuhi kebutuhan bahan pupuk organik. Kebun kopi yang dikelola dengan pupuk kimia bisa menghasilkan 1,5 ton biji kopi per hektar, sedangkan kebun kopi organik pada tahun pertama hanya menghasilkan 900 kilogram per hektar. “Sayangnya, petani tidak berpikir, pupuk kimia membuat tanah bergantung pada obat penyubur itu. Coba tidak dipupuk selama empat tahun berturut-turut, tanah pasti tidak produktif. sedangkan pupuk organik dapat menjaga tingkat kesuburan dan unsur hara tanah,” ujarnya.

Meski begitu, Suparyoto terus memberikan pengertian kepada petani. Soal penurunan produksi hingga 60 persen dari produksi normal dengan pupuk kimia, misalnya, ia berusaha meyakinkan bahwa itu hanya produksi awal. “Ini bentuk adaptasi tanah dan tanaman. kalau pupuk kandang digunakan terus-menerus, produksi kembali normal.” Perlahan usahanya menampakkan hasil. Bidang tanah yang diberi ppuk organik bertambah menjadi sekitar 8 hektar. Produksi pun meningkat sampai 1,2 ton per hektar. Suparyoto juga mengajari petani melakukan pascapanen dengan benar, misalnya dengan petik merah dan penjemuran di lantai jemur atau terpal. “Ini menjadikan cita rasa kopi lebih enak dan terjaga,” ujarnya.

Dari sekitar 900 petani kopi, baru puluhan orang yang mengerjakan tanahnya dengan pupuk organik. Suparyoto berharap, seiring dengan berjalannya waktu, jumlah petani kopi organik terus bertambah. Salah satu upaya dia adalah memberikan penjelasan tentang dampak kopi organik bagi kesahatan. “Saya bilang kepada teman-teman, kopi yang dibudidayakan secara organik itu tak mengandung residu obat kimia tinggi,” katanya.

Di sini, yang beruntung tak hanya petani, tetapi juga konsumen, dan dalam jangka panjang lingkungan pun tidak tercemar. Dengan pemikiran itu, Suparyoto yakin suatu hari nanti kopi organik Gunung Terang dapat memenuhi syarat perdagangan kopi internasional, yakni ramah lingkungan. “Saya ingin menjadikan Gunung Terang sebagai kawasan kopi organik. almpung adalah etalase kopi nasional, kenapa tidak ada kekhususan pada produk kopinya supaya bisa dikenal seperti kopi toraja atau kopi gayo,” ujarnya.

Sayang eksportir kopi lampung umumnya masih mengandalkan peningkatan produksi, belum kualitas. Itulah salah satu sebab harga jual kopi organik sama dengan kopi yang memakai pupuk kimia. Untuk mengatasinya, Gabungan Kelompok Tani Hulu Hilir bekerja sama dengan Watala mendirikan Warung Organik sebagai upaya pemasaran sendiri. Melalui warung ini, sebanyak 5-7 ton kopi organik Gunung Terang setiap tahun diproses, dikemas, dan dipasarkan ke Bandar Lampung, Medan, sampai Bogor, Jawa Barat. Selain itu, upaya Suparyoto menghasilkan kopi organik juga dipelajari oleh petai kopi dari Bengkunat, Lampung Barat, Ulu Belu Tanggamus dan Tanjung Raja, Lampung Utara, serta Sendang Agung dan Sendang Asih, Lampung Tengah. (*/Kompas Cetak)

Sumber:
http://www.ciputraentrepreneurship.com/agrobisnis/8286-suparyoto-sang-pencetus-kopi-organik.html

BUDIDAYA KOPI


SESARENGAN KARYA TETANEN :

PENDAHULUAN

Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat.

Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia antara lain :

Kelangkaan pasok jenis kopi Arabika.

Kopi robusta mengalami over supply.

Penggunaan kopi Robusta semakin tinggi.

Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO melakukan pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.

Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun.

Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika.

PENGERTIAN

Peremajaan

Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Perluasan

Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.

Rehabilitasi

Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan.

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Pada dasarnya untuk usahatani dan budidaya kopi arabika melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman baru, yaitu:

Syarat Tumbuh

Lokasi

– Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.

– Lahan bebas hama dan penyakit

– Mudah pengawasan

Tanah

– PH tanah : 5,5 – 6,5

– Top Soil : Minimal 2 %.

– Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.

Iklim

– Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl

– Suhu : 15º C – 25º C.

– Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn dengan bulan kering 3 bulan

Bahan Tanaman

Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :

Sumber benih : Harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.

Umur bibit: 8 -12 bulan

Tinggi: 20 -40 cm

Jumlah minimal daun tua: 5 – 7

Jumlah cabang primer: 1

Diameter batang: 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha

Jarak tanam: 1,25 m x 1,25 m

Populasi: 6.400 tanaman

Untuk sulaman: 25 %

Penanaman

Jarak Tanam

Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :

Segi empat: 2,5 x 2,5 m

Pagar: 1,5 x 1,5 m

Pagar ganda: 1,5 x 1,5 x 3 cm

Lobang Tanam

Pertama, Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.

Kedua, Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.

Ketiga, Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.

Keempat, Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.

Kelima, 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.

Keenam, Tanah urugan jangan dipadatkan.

Penanaman

Pertama, Penanaman dilakukan pada musim hujan

Kedua, Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

Pemeliharaan

a. Penyiangan

1) Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi, 2) Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah. 3) Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun

b. Pohon Pelindung

Penanaman pohon pelindung

1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis. 2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. 3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.

Pengaturan pohon pelindung

1) Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi. 2) Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan. 3) Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

Pemangkasan Kopi

1) Pangkasan Bentuk

a. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m

b. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas

c. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan

2) Pangkasan Produksi

a. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.

b. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.

c. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.

d. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.

3) Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)

a. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun

b. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggi 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.

c. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk

d. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.

e. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.

Pemupukan

a. Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :

Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.

Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80 gr KCL.

Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.

Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.

b. Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis.

c. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

Pengendalian Hama Penyakit.

a. Hama

Hama Bubuk Buah

Penyebab adalah sejenis kumbang kecil yang menyerang buah muda dan tua.

Pengendaliandengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)

Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit

Penyakit Karat Daun

Penyebab adalah sejenis Cendawan. Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.

Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

Panen

1) Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun. 2) Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas. 3) Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.

Sumber: www.disbun.jabarprov.go.id

BUDIDAYA KOPI


SESARENGAN KARYA TETANEN :

PENDAHULUAN

Tanaman kopi merupakan komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat.

Tanaman kopi jenis arabika sat ini mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg, sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kopi Robusta di pasaran dunia antara lain :

Kelangkaan pasok jenis kopi Arabika.

Kopi robusta mengalami over supply.

Penggunaan kopi Robusta semakin tinggi.

Situasi pasaran dunia untuk jenis Robusta menurun sehingga ICO melakukan pemotongan kuota sebanyak 2 kali lipat dalam setahun.

Dari hal tersebut perlu adanya usaha pemilihan jenis kopi yang mempunyai nilai ekonomis dan rasa yang relatif baik serta yang tahan terhadap penyakit karat daun.

Usaha untuk merebut peluang pasar kopi antara lain dengan Pengembangan tanaman kopi Arabika melalui kegiatan peremajaan, peluasan dan rehabilitasi tanaman kopi dari kopi Robusta menjadi kopi Arabika.

PENGERTIAN

Peremajaan

Peremajaan adalah usaha menggantikan tanaman yang secara ekonomis tidak menguntungkan lagi karena produktivitasnya rendah sehingga perlu diganti dengan yang baru dan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Perluasan

Kegiatan perluasan adalah menanam tanaman kopi di areal baru yang lingkungannya sesuai dengan persyaratan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi.

Rehabilitasi

Rehabilitasi kebun adalah kegiatan untuk memulihkan kondisi kebun ke keadaan yang lebih baik, sehingga produktivitasnya meningkat. Rehabilitasi tanaman ditujukan pada populasi tanaman yang telah berkurang karena kesalahan kultur teknis, serangan hama dan penyakit serta kekeringan yang akan akan mengakibatkan produktivitas tanaman per hektar rendah atau tidak menguntungkan untuk diusahakan.

Budidaya Tanaman Kopi Arabika

Pada dasarnya untuk usahatani dan budidaya kopi arabika melalui kegiatan Perluasan, Peremajaan dan Rehabilitasi adalah sama seperti pada kegiatan penanaman baru, yaitu:

Syarat Tumbuh

Lokasi

– Letaknyas terisolir dari pertanaman kopi varietas lain ± 100 meter.

– Lahan bebas hama dan penyakit

– Mudah pengawasan

Tanah

– PH tanah : 5,5 – 6,5

– Top Soil : Minimal 2 %.

– Strukrur tanah : Subur, gembur ke dalaman relative > 100 cm.

Iklim

– Tinggi tempat : 800 – 2000 m dpl

– Suhu : 15º C – 25º C.

– Curah hujan : 1.750 – 3000 mm/thn dengan bulan kering 3 bulan

Bahan Tanaman

Untuk perbanyakan tanaman di lapangan diperlukan Bibit Siap Salur dengan kriteria sebagai berikut :

Sumber benih : Harus berasal dari kebun induk atau perusahaan yang telah ditunjuk.

Umur bibit: 8 -12 bulan

Tinggi: 20 -40 cm

Jumlah minimal daun tua: 5 – 7

Jumlah cabang primer: 1

Diameter batang: 5 – 6 cm

Kebutuhan bibit/ha

Jarak tanam: 1,25 m x 1,25 m

Populasi: 6.400 tanaman

Untuk sulaman: 25 %

Penanaman

Jarak Tanam

Sistem jarak tanam untuk kopi arabika antara lain :

Segi empat: 2,5 x 2,5 m

Pagar: 1,5 x 1,5 m

Pagar ganda: 1,5 x 1,5 x 3 cm

Lobang Tanam

Pertama, Harus dibuat 3 bulan sebelum tanam.

Kedua, Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.

Ketiga, Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang.

Keempat, Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan.

Kelima, 2 -4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/20 kg/lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang.

Keenam, Tanah urugan jangan dipadatkan.

Penanaman

Pertama, Penanaman dilakukan pada musim hujan

Kedua, Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

Pemeliharaan

a. Penyiangan

1) Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi, 2) Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah. 3) Untuk tanaman dewasa dilakukan 2 x setahun

b. Pohon Pelindung

Penanaman pohon pelindung

1) Tanaman kopi sangat memerlukan naungan untuk menjaga agar tanaman kopi jangan berbuah terlalu banyak sehingga kekuatan tanaman cepat habis. 2) Pohon pelindung ditanam 1 – 2 tahun sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. 3) Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, sengon, dll.

Pengaturan pohon pelindung

1) Tinggi pencabangan pohon pelindung diusahakan 2 x tinggi pohon kopi. 2) Pemangkasan pohon pelindung dilakukan pada musim hujan. 3) Apabila tanaman kopi dan pohon pelindung telah cukup besar, pohon pelindung bisa diperpanjang menjadi 1 : 2 atau 1 : 4.

Pemangkasan Kopi

1) Pangkasan Bentuk

a. Tinggi pangkasan 1,5 – 1,8 m

b. Cabang primer teratas harus dipotong tinggi 1 ruas

c. Pemangkasan dilakukan di akhir musim hujan

2) Pangkasan Produksi

a. Pembuangan tunas wiwilan (tunas air) yang tumbuh ke atas.

b. Pembuangan cabang cacing dan cabang balik yang tidak menghasilkan buah.

c. Pembuanagn cabang-cabang yang terserang hama penyakit.

d. Pemangkasan dilakukan 3 – 4 kali setahun dan dikerjakan pada awal musim hujan.

3) Pangkasan Rejupinasi (pemudaan)

a. Ditujukan pada tanaman yang sudah tua dan produksinya sudah turun menurun

b. Pada awal musim hujan, batang dipotong miring setinggi 40 – 50 cm dari leher akar. Bekas potongan dioles dengan aspal.

c. Tanah disekeliling tanaman dicangkul dan dipupuk

d. Dari beberapa tunas yang tumbuh pelihara 1 -2 tunas yang pertumbuhannya baik dan lurus ke atas.

e. Setelah cukup besar, disambung dengan jenis yang baik dan produksinya tinggi.

Pemupukan

a. Dosis pemupukan kopi per pohon adalah :

Umur 1 tahun : 50 gr Urea, 40 gr TSP, dan 40 gr KCL.

Umur 2 tahun : 100 gr Urea, 80 gr TSP, dan 80 gr KCL.

Umur 3 tahun : 150 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

Umur 4 tahun : 200 gr Urea, 100 gr TSP, dan 100 gr KCL.

Umur 5-10 tahun : 300 gr Urea, 150 gr TSP, dan 240 gr KCL.

Umur 10 thn keatas : 500 gr Urea, 200 gr TSP, dan 320 gr KCL.

b. Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis.

c. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

Pengendalian Hama Penyakit.

a. Hama

Hama Bubuk Buah

Penyebab adalah sejenis kumbang kecil yang menyerang buah muda dan tua.

Pengendaliandengan mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman sedangkan secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

Bubuk Cabang (Xyloborus moliberus)

Menyerang/menggerek cabang dan ranting kecil 3 – 7 dari pucuk kopi. Daun menjadi kuning dan rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit

Penyakit Karat Daun

Penyebab adalah sejenis Cendawan. Tanda serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.

Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam jenis kopi arabika yang tahan sepertio S 333, S 288 dan S 795 serta menjaga agar kondisi FungisidaDithane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air.

Panen

1) Kopi Arabika mulai berbuah pada umur 4 tahun. 2) Petik buah yang betul masak dengan warna merah, tua agar menghasilkan kopi yang berkualitas. 3) Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati supaya tidak ada bagian pohon/cabang/ranting) yang rusak.

Sumber: www.disbun.jabarprov.go.id