Bangun Gedung Perpustakaan baru

Pamotan-Untuk melengkapi sarana dan prasarana yang telah ada, SDN Sendang Agung kecamatan Pamotan memiliki fasilitas baru yakni 1 unit gedung perpustakaan, hasil kucuran dari Dana alokasi kusus (DAK) tahun 2010.


Kepala SDN Sendang Agung Moch fathoni mengatakan, selama ini perpustakaan yang di miliki SDN Sendang Agung mengunakan salah satu ruang kelas yang ada untuk di jadikan ruang perpustakaan, untuk meningkatkan mutu perpustakaan pihak sekolah terus mengadakan pembenahan perpustakaan dan menambah fasilitas baru, Tujuannya agar para siswa bisa menambah wawasan dan pengetahuan.


Moch Fathoni menjelaskan, pihak sekolah dan komite sekolah sebelumnya telah sepakat untuk merealisasikan dengan cara meminta bantuan gedung melalui DAK tahun 2010, dan akhirnya dapat terealisasi. Dengan berbagai tambahan fasilitas baru, seperti rak, meja, kursi, buku ketrampilan, buku bahasa, buku cerita majalah dan koran.


Moch fathoni menambahkan perpustakaan dengan nama Sendang Ilmu juga di lengkapi dengan fasilitas lain seperti Computer, Laptop, 1 unit TV, dengan jumlah buku yang di miliki tercatat sebanyak 4.565 dengan berbagai jenis buku, meliputi buku ilmiah, fiksi, pertanian, cerita wayang dan majalah, Perputakaan Sendang Ilmu di buka setiap hari khusunya pada waktu jam istirahat. (Heri )

CANGGIHNYA NAVIGASI BURUNG BERMIGRASI

CANGGIHNYA NAVIGASI BURUNG BERMIGRASI Berkat adanya teknik telemetri via satelit, berbagai hal yang terjadi selama perjalanan panjang burung-burung migrasi antarnegara dan antarbenua kini bisa terungkap. Suatu hari pada akhir Februari di Afrika, di pucuk sebatang pohon, seekor prenjak kutub muda sedang menanti matahari tenggelam. Ia mengamati dengan saksama titik hilangnya matahari di balik cakrawala. Ke sanalah ia harus pergi. Setengah jam kemudian ia sudah melesat terbang sendirian. Dua bulan kemudian, di akhir April, dia tiba di tempat tujuan: sebuah telaga kecil di barat Muenchen, tempat ia dulu dilahirkan.Formasi khususDiperkirakan, sekitar 50 miliar ekor burung di dunia melakukan migrasi secara rutin. Rata-rata mereka terbang berkelompok dengan formasi khas. Jalak afrika dan gelatik terbang dalam kelompok. Burung terik dan merpati terbang dalam barisan yang lebih panjang dan lebih banyak. Angsa dan burung jenis lain terbang berurutan membentuk huruf V; yang di ujung depan bertindak sebagai komandan barisan meski jabatan ini senantiasa dipegang secara bergantian. Saat aplusan, komandan lama berpindah ke ujung barisan paling belakang. Pasalnya, tugas terbang paling depan itu sangat menguras tenaga. Sedangkan yang di belakang bisa menghemat sampai 20%. Para migran itu terbang dari tempat asalnya ke tempat tujuan untuk menghindari musim dingin, masing-masing dengan rutenya sendiri. Umumnya, burung Eropa bermigrasi tidak sampai keluar dari benua. Paling-paling mereka ke Prancis Barat atau Spanyol untuk menghindari musim dingin. Tapi, yang lain ada yang terbang terus sampai ke Afrika Utara. Bahkan ada yang sampai ke daerah dekat khatulistiwa atau Afrika Selatan. Itu pun dilakukan mengambil rute barat lewat Spanyol dan Gibraltar, atau mengambil rute timur melewati Balkan dan Asia Kecil. Tidak langsung melintasi Laut Tengah, sebagai rute tersingkat. Terutama jenis burung besar, biasanya menghindari laut terbuka, karena di atas laut tidak ada termik (aliran udara panas) yang dapat digunakan sebagai pendorong terbang mereka. Pada musim semi sekitar 500 juta burung migran terbang dari tempat berlibur musim dingin di Afrika, kembali ke Eropa dengan mengambil jalur lewat Israel. Di antaranya terdapat lebih dari 400.000 ekor bangau putih dan beberapa jenis elang. Dalam suatu rombongan besar yang panjangnya mencapai 10 km dan lebar beberapa ratus meter, mereka terbang melintasi negara itu. Banyak di antaranya yang ngetem, bahkan menetap menghabiskan musim panas di sana.Alat pemancar dan satelitMelihat rombongan yang begitu besar, sebenarnya hidup mereka terancam seperti dialami jenis bangau putih. Perlindungan terhadap jenis bangau ini sudah dilakukan oleh Lembaga Penelitian Burung Radolfzell (LPBR) dalam Proyek Bangau Putih. Untuk keperluan pengamatan, para ilmuwan menggunakan alat telemetri satelit. Pada punggung burung dipasang sebuah alat pemancar mini seberat 45 g yang berarus listrik tenaga surya. Pengiriman data dilakukan dengan bantuan sistem lokalisasi ARGOS. Setiap 60 detik, alat pemancar itu menyiarkan getaran yang akan ditangkap oleh kedua satelit yang ditempatkan pada ketinggian 870 km. Sementara mengorbit, satelit dapat menerima impuls sekitar 10 – 15 menit. Impuls yang diterima dikirim langsung ke stasiun penerima di Bumi, kemudian masuk ke salah satu dari dua Pusat Pengolahan Data di Toulouse (Prancis) atau Landover (AS). Di sini koordinat tempat pemancar di punggung bangau itu dihitung. Kemudian data itu diolah di komputer di LPBR. Dengan demikian perjalanan bangau putih selama penerbangan itu bisa diikuti dengan tepat.Alat pemancar yang ditempelkan pada punggung burung itu berada dalam kantung kecil dan dipasang demikian rupa sehingga tidak mengalangi gerak binatang itu. “Begitu dipasang, kantung mini itu langsung ‘menghilang’ di balik bulu-bulu punggung, dan burung itu pun sudah bisa terbang bebas seperti biasa,” jelas Prof. Peter Berthold, pimpinan LPBR. Kini sudah 53 ekor bangau diteliti dengan telemetri satelit. Dalam tahun 1993/1994, burung pertama dari enam yang dibekali pemancar mini bisa diikuti sampai ke Afrika Selatan dan Zambia saat terbang pulang. Berarti sampai sejauh 13.000 km! Setahun kemudian para peneliti malah bisa mengikuti seekor bangau sampai sejauh lebih dari 16.000 km ke Tanzania, dan juga dalam perjalanannya kembali. Untuk memperoleh gambaran lebih rinci bagaimana perilaku burung itu selama perjalanan, bangau yang sudah dilengkapi pemancar itu kadang juga diikuti dengan mobil atau pesawat kecil dan tambahan alat telemetri Bumi setempat. Penggunaan teknik telemetri satelit yang baru itu sudah memperlihatkan hasilnya. Kini para ahli secara terinci bisa membedakan, apakah seekor burung dalam rute perjalanan pergi atau pulang. Dari sini bisa disimpulkan, ternyata tidak mudah bagi burung itu menemukan jalan pulang ke “kampung halamannya”. Mereka harus bernavigasi. Usus dan hati mengecilUntuk menghindari kelelahan, burung sudah bersiap diri sebelum terbang lama. Mereka mengkonsumsi sejumlah besar makanan berkadar lemak tinggi sebagai “bahan bakar”. Otot sayapnya juga membesar. Selama terbang, usus mereka akan mengerut sepertiga dan hatinya mengecil. Selain meringankan beban tubuh saat terbang, lemak dari organ tubuh yang mengecil itu digunakan sebagai sumber energi tambahan. Begitu mereka tiba di tempat tujuan, organ tubuhnya kembali ke bentuk normal. Kekuatan tubuh burung pengembara ini hebat, tapi lebih hebat lagi kerja alat-alat inderanya. Tentu saja ini hanya bisa dilihat di laboratorium. Selama perjalanan jauh, semua burung pengembara mengembangkan apa yang disebut siaga kembara. Ini juga digunakan walau burung itu berada di kandang. Kemampuan ini terutama tampak menonjol pada burung yang biasa terbang malam. Aktivitas ini menjadi ukuran daya mengembara burung itu. Makin besar daya itu, makin jauh perjalanan yang dia lakukan. Mengenai waktu yang tepat untuk beristirahat atau berhenti dan mengakhiri perjalanan, itu menjadi tugas jam tubuh yang sudah diatur sepanjang hari itu. Orientasi arah terbang bagi setiap jenis burung juga sudah diprogram di dalam tubuhnya. Ini dibuktikan dalam eksperimen pakar biologi A.J. Helbig. Ia menukar prenjak pendeta yang ada di LPBR, yang biasa bermigrasi ke Afrika Timur atau sekitar Laut Tengah, dan yang memilih arah perjalanan berbeda (tenggara atau barat daya). Hasilnya, burung yang ditukar itu maunya langsung terbang ke selatan.Peralatan navigasi Untuk bisa dengan mulus sampai di Afrika, mengandalkan orientasi arah saja belum cukup. Bagaimana kalau teralang gunung tinggi atau ada arus angin yang berlawanan, misalnya? Ternyata burung memiliki alat navigasi lain yaitu kompas matahari. Ini “ditemukan” oleh Gustav Kramer, peneliti burung, pada 1950. Dengan kompas itu burung migran tidak akan kehilangan arah. Dengan bantuan jam tubuhnya, ia juga bisa memperhitungkan kalau matahari setiap jam bergerak makin tinggi membuat lengkungan sebesar 15°. Itu bagi burung yang terbang siang hari. Bagaimana bagi penerbang malam? Ternyata pada tubuh burung gelatik nila ditemukan kompas lain. Seorang zoolog AS, S.T. Emlen, berhasil membuktikannya tahun 1967. Saat melesat di kegelapan malam, burung itu ternyata menggunakan bintang sebagai kompas. Mereka mengorientasikan diri pada gerak putar keseluruhan bintang di langit. Di atas khatulistiwa, bintang-bintang tampak bergerak cepat. Tetapi mendekati kutub, kecepatannya berkurang. Tepat di atas kutub, bintang akan “berhenti”. Burung migrasi mengenal itu sebagai titik perputaran langit. Namun, bantuan orientasi terpenting bagi sebagian besar penerbang malam itu adalah magnet Bumi. Roswitha dan Wolfgang Wiltschko dari Institut Zoologi, Universitas Frankfurt, belum lama ini berhasil membuktikannya. Di bawah langit berbintang buatan di laboratorium, mereka menguji perilaku prenjak kutub dan sikatan dada putih, yang biasa terbang ke arah barat daya. Dalam serangkaian percobaan, burung-burung ini baru mampu menuju ke barat daya yang benar, ketika diberi tambahan kesempatan mengorientasikan diri pada medan magnet Bumi. Bila medan magnet diubah, mereka akan terbang ke selatan. Sudah lama orang mencari alat indera yang menyimpan kompas medan magnet Bumi itu. Para biolog dari Frankfurt, Elke Holtkamp-Rotzler dan Gerta Fleissner, menemukan sejumlah kristal magnetis renik pada kulit sebelah atas dekat paruh pada jenis burung merpati pos. Kristal magnetis ini berhubungan dengan otak yang penting peranannya sebagai alat orientasi. Apakah kristal magnetis itu yang berperan sebagai navigasi, masih belum jelas. Satu hal yang pasti, kompas magnet para burung itu berbeda fungsi: dia bukan membedakan utara atau selatan seperti biasanya kompas, melainkan membedakan “arah kutub” dan “arah khatulistiwa”. Untuk itu kompas milik burung itu akan mencatat sudut inklinasi antara garis medan magnet dengan permukaan Bumi. Karena sudut ini berada lebih dekat ke garis khatulistiwa daripada ke kutub, maka burung itu senantiasa bisa tahu dengan tepat, pada garis lintang utara atau selatan berapa ia berada. Ketiga kompas ini masing-masing digunakan sesuai kebutuhan. Pada awal perjalanan, ia bernavigasi dengan kompas matahari atau bintang (tergantung berangkatnya siang atau malam hari). Lalu untuk orientasi perjalanan jarak jauh, ia menggunakan kompas magnet. Namun, bagaimana mereka bisa menemukan kembali dengan tepat tempat asalnya, hingga saat ini belum ada kesepakatan di kalangan ilmuwan. Ada yang meyakini kalau burung itu memiliki “peta” topografi di otaknya. Sedangkan yang lain memperkirakan burung itu berorientasi pada cahaya, tekanan udara, atau aroma lingkungan daerahnya.Bahaya yang mengintai Dengan “peralatan” navigasi, burung-burung migrasi itu benar-benar sudah dibekali perlengkapan optimal untuk perjalanan jauh. Walau demikian, pada musim semi sepertiga dari populasi burung itu tidak sampai kembali ke tempat kelahirannya. Banyak di antaranya yang menjadi korban ketika menghadapi berbagai bahaya dalam perjalanan panjangnya. Burung yang ketika berangkat tidak cukup mempersiapkan makanan atau di perjalanan tidak menemukan tempat istirahat yang cocok, biasanya tewas kelelahan. Sedangkan burung yang terlambat terbang, di “stasiun-stasiun” perhentian selama perjalanan, akan kesulitan mendapatkan makanan karena sudah dilahap habis burung lain yang berangkat lebih dulu. Selain itu, di beberapa negara seperti Prancis, Italia, dan Timur Dekat, burung-burung itu dianggap sebagai objek buruan. Atau dianggap sebagai sumber makanan seperti di Afrika. Sebagai binatang buruan saja, setiap tahun sekitar 20 juta ekor bebek di Amerika Utara, Eropa, dan di barat Asia menjadi korban. Kabel listrik juga merupakan bahaya yang mematikan bagi burung besar. Juga industri pertanian atau peternakan dan urbanisasi makin banyak menghancurkan tempat istirahat dan mencemarkan bahan-bahan makanan mereka. Masalah inilah yang membuat banyak organisasi dunia mulai memikirkan, mencari, dan menetapkan tempat baru bagi burung-burung migrasi. Israel banyak didatangi berbagai rombongan burung yang bersaing dengan pesawat militer negeri itu. Tak jarang terjadi tabrakan antara pesawat militer dan konvoi burung yang efek benturannya mirip bunyi ledakan senjata. Namun, dengan mempelajari ketinggian dan jalur terbang burung itu pakar burung Yossi Leshem menemukan, mereka hanya melewati jalur udara tertentu yang bisa dihindari lalu lintas pesawat. Kaum burung itu, entah jenis migran atau nonmigran, sebenarnya dikenal sebagai setengah kembara. Yaitu hanya sebagian dari populasi mereka yang bermigrasi, sedangkan yang lain melewati musim dingin di tempat asalnya. Termasuk kelompok ini adalah burung anis kuning, robin, kenari, dan gelatik batu. Apakah mereka kemudian secara turun-temurun menjadi jenis nonmigran atau migran, tergantung pada keadaan telur ketika dibentuk. Rupanya, ini strategi evolusi yang cerdik untuk mengamankan suatu keturunan: bila dalam suatu musim dingin hebat, banyak telur tidak menetas sampai kelangsungan hidup burung nonmigran berkurang banyak atau malah habis sama sekali. Namun, jenis yang bermigrasi masih tetap hidup. Percobaan silang sudah menunjukkan, bagaimana cepatnya sifat genetis burung itu bisa berubah: yaitu dari sekelompok populasi jenis prenjak pendeta yang tidak termasuk dalam kedua kelompok tadi (migran atau nonmigran), dalam 3 – 6 generasi sudah bisa ditentukan dengan jelas, mana yang akan jadi nonmigran dan mana yang migran.Mengapa ke Inggris? Beberapa tahun lalu, pada jenis burung yang sama yang sedang berada di bawah pengawasan pengamat burung, terlihat ada perubahan. Di musim gugur, kelompok prenjak pendeta itu tampak selalu terbang ke arah barat laut, ke arah Irlandia, Inggris, bukannya ke arah barat daya, ke Spanyol, seperti biasanya. Seakan mereka membuka rute terbang baru ke arah Inggris. Apakah “perubahan” arah ini memang bawaan dari lahir? Untuk memperoleh jawabannya, para peneliti burung di Radolfzell menangkap 40 ekor prenjak pendeta di Inggris, memindahkannya ke Bodensee, dan menahan beberapa pasang dalam kurungan. Pada musim semi, mereka sudah mempunyai keturunan yang sudah menunjukkan arah terbang ke Inggris seperti induknya. Ini merupakan bukti bahwa “pergantian arah” itu diatur secara genetis. Para peneliti penasaran untuk mencari tahu apa penyebab evolusi di sini. Perubahan genetis yang kebetulan dapat berkembang menjadi pencarian “rute terbang baru” itu bukan hanya karena musim dingin yang tidak terlalu hebat di Inggris. “Penyebab yang pasti adalah adanya gerakan nasional yang muncul di Inggris pada akhir Perang Dunia II. Di sana waktu itu ada kebiasaan memasang ‘meja burung’, berupa rumah kecil tempat menaruh makanan burung, yang biasa dipasang di halaman depan. Ini memberi burung suatu kehidupan seperti di dunia impian,” kata Peter Berthold. Walaupun ada kemampuan menyesuaikan diri yang mengagumkan itu, tetap saja 70% dari mereka terancam kematian. Ini akibat ulah manusia terhadap alam sekeliling, yang terjadi lebih cepat daripada antisipasi mekanisme genetis kaum burung itu. Burung pengembaralah yang terkena dampak paling kuat. Di samping membutuhkan daerah pengeraman, mereka juga butuh tempat istirahat dan tempat bermigrasi yang cocok. Lenyapnya mereka merupakan tolok ukur yang penting bagi keadaan lingkungan. Kaum burung jauh lebih peka daripada kita. Kalau mereka melakukan pengeraman lebih awal dan memilih rute perjalanan atau daerah migrasi baru, sebenarnya kita sudah harus curiga. Ada sesuatu. Kita memang harus lebih peka “mendengarkan” mereka. (Marianne Oerti/PM/Xn)

MENGENAL MERPATI POS

MENGENAL MERPATI POS Kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Untuk mengenal lebih lanjut tentang merpati pos, ada baiknya kalau anda mengetahui lebih dahulu asal-usul, jenis dan perilaku merpati pos. Dengan mengenali asal-usulnya dipastikan akan dapat diketahui sejarah munculnya merpati pos. Cerita-cerita menarik seputar merpati pos akan membuat orang semakin menyayanginya.Bagi yang ingin memelihara dan mengembang-biakkannya, pengenalan tentang jenis sangatlah perlu. Mengetahui jenis-jenisnya berarti mendapatkan suatu gambaran tentang jenis yang bakal dipilihnya nanti. Lagi pula dengan memahami perilakunya, akan semakin lengkaplah pengetahuan tentang merpati pos.A. Asal-asul dan Ragam Jenis Merpati Pos.Kemampuan terbang yang hebat dan naluri untuk pulang kekandang yang kuat dari merpati telah dimanfaatkan orang untuk tujuan-tujuan tertentu. Salah satu diantaranya adalah mengirimkan berita. Dari sinilah kira-kira muncul nama merpati pos.Tapi sekarang untuk keperluan serupa jasa merpati pos tidak diperlukan lagi. Kemajuan tehnologi telah menggantikan peran merpati pos. Meskipun demikian nama merpati pos tetap saja digunakan sampai sekarang. Dengan kemampuan yang dimilikinya merpati pos dijadikan suatu permainan atau kompetisi yang mengasikan dari penggemarnya. Sampai-sampai berdiri suatu organisasi yang dinamakan Perhimpunan Olah Raga Merpati Pos Seluruh Indonesia (POMSI). Organisasi ini dibentuk oleh para penggemar merpati pos pada tahun 1968. Dinegara-negara Eropa dan Amerika, Organisasi serupa telah lama dibentuk jauh lebih lama dibanding di Indonesia.Organisasi merpati pos mempertandingkan kecepatan terbang merpati dari jarak ratusan hingga ribuan kilometer. Dari jarak tersebut, merpati dilepas. Yang paling cepat kembali kekandang merupakan pemenangnya. Pada mulanya yang disebut merpati pos asli sebenarnya adalah Carrier Pigeon, berasal dari timur tengah. Jenis ini dikembangkan di Inggris lebih dari 400 tahun yang lalu. Carrier Pigeon mempunyai sosok gagah dengan bulu yang tipis dan kaku. Warna bulunya bervariasi ada yang merah, hitam ,coklat, kuning dan putih. Sikap berdirinya tegak dengan kaki panjang. Lehernya panjang dan silindris. Kulit disekeliling mata serta tonjolan dihidungnya tebal dan besar. Berat merpati ini bekisar 550 – 650 gram.Pada umur 1.5 tahun, Carrier Pigeon sanggup terbang dengan baik sampai jarak 200 Km. Selebihnya dia akan kepayahan, padahal jarak 200 Km bagi merpati pos sekarang (Modern Racing Pigeon) baru merupakan pemanasan. Untuk lomba jarak yang dipertandingkan dapat mencapai 1500 Km atau bahkan lebih. Oleh karena itulah kedudukan Carrier Pigeon saat ini diambil alih oleh Modern Racing Pigeon.Modern Racing Pigeon pertama kali ditemukan oleh orang Belgia melalui persilangan antara Carrier Pigeon dengan berbagai jenis merpati yang bersifat unggul seperti ulet dalam menemukan kandangnya, cerdas serta mampu terbang tinggi dan cepat. Sifat-sifat unggul ini digunakan untuk memperbaiki kekurangan Carrier Pigeon diantaranya terbang rendah dan cepat lelah. Jenis-jenis yang digunakan untuk memperbaiki itu antara lain Cumulet, Tumbler, Camus, Frill, Dragon, Owl dan lain-lain.Oleh karena ditemukan di Belgia, Modern Racing Pigeon selanjutnya disebut Belgian Homer yang akhirnya tersebar keseluruh dunia. Belgian Homer ini merupakan penerbang jarak jauh yang hebat.Sekarang dapat dikatakan merpati pos asli merupakan moyang dari Modern Racing Homer. Rupa dari burung ini berbeda dengan moyangnya. Ukuran tubuhnya lebih kecil denga berat berkisar antara 305 – 475 Gram. Tubuhnya lebih tampak manis karena hidungnya dan kulit disekitar mata yang kecil dan tipis. Selain itu bulunya pun lebih licin dan mengkilap dengan warna bervariasi seperti biru berselang hitam, merah berselang abu-abu, hitam, putih, cokelat dan bervariasi warna-warna lainnya. Burung ini bersayap serta berekor panjang dan kuat, sesuai untuk terbang cepat dan jarak jauh. Dibeberapa negara termasuk Indonesia merpati pos terus dikawin-silangkan untuk memperbaiki kemampuannya. Sekarang ini merpati pos yang sering keluar sebagai juara dalam suatu perlombaan bukan dari merpati-merpati import, tetapi merpati yang lahir di Indonesia meskipun mulanya memang burung Import.B. Perilaku Merpati Pos Semua merpati peliharaan, termasuk merpati pos merupakan keturunan burung dara karang (Columbalivia). Sewakti masih liar jenis ini bersarang di karang-karang. Itulah sebabnya ia disebut burung dara karang.Didukung oleh bentuk dan berat tubuhnya, merpati memang pantas mnjadi penerbang yang hebat. Sebagai pengetahuan dasar para penggemar merpati pos perlu mengetahui dan memahami mengapa burungnya berkemampuan terbang yang hebat.Untuk terbang burung merupakan satu-satunya hewan yang paling sempurna diantara mahluk yang sanggup terbang, termasuk manusia dengan mesin terbangnya. Bagian-bagian tubuhnya memang dirancang khusus sebagai jago terbang. Lihat saja bulu sayapnya. Adakah mahluk lain yang menyamainya? Manusia dengan pesawat terbangnya pun tidak pernah sanggup menyamai efesiensi dari bulu sayap dalam fungsi sebagai alat terbang.Bulu sayap ini begitu kuat, tetapi sangat elastis pada ujung-ujungnya. Dan istimewanya ia hampir tanpa bobot. Bulu sayap yang begitu ringan masih didukung pula dengan kekuatan otot penggerak yang luar biasa. Perhatikan tulang dada merpati. Bentuknya tampak seperti lunas kapal. Ada maksud tersembunyi dari bentuk seperti ini yaitu untuk menyediakan tempat yang luas bagi otot terbangnya. Bisa anda lihat, otot terbesat dari otot-otot tubuhnya adalah otot dada yang berfungsi untuk menggerakan sayap. Otot dada ada dua macam yaitu otot dada besar dan otot dada kecil. Masing-masing berfungsi menurunkan dan mengangkat sayap dalam gerakan terbang. Tugas dari otot dada besar lebih berat dari otot dada kecil. Hal ini menyebabkan serat ototnya menjadi lebih besar. Disamping itu masih ada lagi yang mendukung kemampuan terbangnya. Struktur tulangnya yang berongga menjadikan tubuhnya begitu ringan.Kerja keras dari otot-otot terbang menjadikan tubuh merpati cepat kekurangan oksigen dan suhu tubuh naik tak terkendali. Namun tubuh merpati telah menyediakan suatu sistem pengaman. Kantong-kantong udara yang banyak terdapat didalam tubuhnya telah membantu kerja paru-paru dalam penyediaan oksigen untuk keperluan terbang. Selain itu, kantong udara itu bertugas mengendalikan suhu tubuh agar tetap normal sewaktu terbang.C. Penyebab Timbulnya PerilakuSeperti halnya manusia perilaku merpati merpati juga beragam. Namun perilakunya tidak sama dengan manusia yang berakal dan berpikiran sempurna. Perilaku merpati pada dasarnya disebabkan oleh adanya dua kebutuhan pokok yaitu makan dan kawin. Oleh karena kedua kebutuhan inilah mereka berperilaku.Pada garis besarnya, perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilaku bawaaan (Natural Behaviour) dan perilaku yang didapat dari belajar (Learning Behaviour). Perilaku bawaan dapat disebut juga naluri. Perilaku ini diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya tanpa melalui suatu proses latihan atau belajar. Contoh Natural Behaviour untuk merpati antara lain sifat monogami serta kebiasaan tidak mau membuat sarang dipohon. Sekalipun merpati dipisahkan dari induknya sejak kecil dan dipelihara dalam suatu kondisi tertentu setelah dewasa ia akan tetap bersifat monogami dan tidak mau membuat sarang di pohon tanpa pernah ada yang mengajarkan berperilaku demikian.Lain halnya dengan perilaku yang didapat dari belajar perilaku ini tidak pernah dimengerti tanpa adanya proses belajar. Contoh Learning Behaviour diantaranya adalah kemampuan merpati mengenali tanda sewaktu melakukan latihan terbang dan mengenali jadwal makan yang ditetapkan oleh pemeliharanya. Tanpa adanya suyatu latihan hal-hal semacam, ini tidak akan pernah dimengerti oleh merpati.Untuk melatih binatang agar berperilaku tertentu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang kemapua dasar binatang tersebut. Kemampuan dasar ini mutlak diperlukan sebagai syarat berhasil tidaknya latihan yang akan diberikan. Tanpa adanya kemampuan dasar perilaku yang diharapkan tidak akan pernah dikuasai oleh binatang yang akan dilatih.Suatu contoh oleh karena merpati berkemampuan terbang yang hebat dan naluri untuk pulang kekandang sangat kuat dia bisa dilatih untuk menemukan rumah atau kandangnya dari jarak yang cukup jauh. Apa yang terjadi seandainya merpati tidak berkemampuan dasar seperti itu? Sebut saja burung PUTER yang tidak berkemampuan dasar seperti merpati yaitu kemampuan pulang kekandang. Sekalipun dia hebat terbangnya, tetapi jika dilepas jangan diharapkan akan pulang kekandang. Perlukah latihan untuk burung semacam ini?Natural Behaviour dan Learning Behaviour dikontrol oleh dua sistem yang berada didalam tubuh merpati yaitu sistem saraf dan sistem endokrin (hormon). Akibat adanya rangsangan kedua sistem itu saling bekerja sama untuk menghasilakn suatu perilaku.Seekor merpati jantan dewasa perilaku seksualnya akan dirangsang oleh kehadiran betina. Rangsangan itu diterima oleh mata. Dan melalui saraf, rangsangan diteruskan ke otak. Selanjutnya rangsangan itu mempengaruhi bagian tertentu dari otak untuk memerintah sistem endokrin agar menghasilkan hormon seks. Dengan diproduksinya hormon seks pada tubuh merpati jantan menyebabkan dia berperilaku tertentu saat melihat betina.Seandainya bisa ditarik kesimpulan melatih binatang untuk berperilaku tertentu sebenarnya hanyalah untuk mengembangkan kemampuan dasar binatang bersangkutan, termasuk juga merpati. Berawal dari sisnilah para pengemar merpati pos menerapkan latihan-latihan untuk burung-burungnya entah sadar atau tidak.

pangan instan: TIwul dan gatot instan

PANGAN INSTAN
A.       PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu dan  teknologi berkembang dengan pesat diberbagai bidang, termasuk dalam bidang  pangan, kemajuan teknologi ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif teknologi tersebut mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan, juga meningkatkan diversivikasi, hygiene, sanitasi, praktis dan lebih ekonomis.  Dampak negatif kemajuan teknologi tersebut ternyata cukup besar bagi kesehatan konsumen dengan adanya penggunaan zat aditif yang berbahaya.
Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002).  Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi  menu utama sehari-hari di rumah.
Ritme kehidupan yang menuntut segala sesuatu serba cepat, waktu terbatas, anak harus pergi sekolah sementara ibu dan bapak harus segera berangkat kerja, sebagai jalan pintas untuk sarapan disediakanlah makanan siap saji yang memakan waktu penyiapan 3 sampai 5 menit.  Siang hari pulang sekolah ibu dan bapak masih bekerja dikantor, anak-anak kembali menikmati makanan siap saji ini.  Selain mudah disajikan makanan  ini umumnya mempunyai cita rasa yang gurih dan umumnya disukai, terutama oleh anak-anak usia sekolah.
Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang dikemas dapat dipastikan “kaya”  zat aditif. Tercatat 13 jenis snack mengandung bahan aditif dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003).
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi  beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: 1) agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecitin 2) agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin, 3) agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan, 4) agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin, 5) agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit, 6) agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol), 7)  agen pengembang untuk roti dan bolu, 8) agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG), 9) bahan pewarna.   Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3) bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Dewasa ini, makanan tradisional seperti tiwul dan gatot sudah mulai ditinggalkan, karena dianggap tiwul bukan makanan yang layak dikonsumsi, kedua, tiwul makanan orang miskin, ketiga, tiwul makanan yang dikonsumsi karena terpaksa akibat persediaan beras habis.
Pandangan seperti itu justru memperlemah ketahanan pangan kita, dan menghambat diversifikasi pangan untuk memperoleh gizi seimbang. Masyarakat akan malu kalau tidak makan nasi (beras), malu makan singkong, ubi jalar dan banyak lagi sumber karbohidrat negeri ini yang layak dikonsumsi. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat masyarakat kita saat ini memang masih didominasi oleh beras. Indonesia merupakan salah satu negara pemakan beras tertinggi di dunia.
Tidak mengherankan bahwa hampir 60 persen konsumsi karbohidrat kita, didominasi oleh padi-padian. Padahal menurut ahli gizi, harusnya seimbang antara padi- padian dan umbi-umbian dan lainnya. Hal inilah yang harus dikoreksi agar tercipta sumberdaya manusia yang sehat. Masalah pangan bukan hanya soal ketersediaan, seperti pemikiran tahun 1960an. Walaupun ketersediaan cukup, apabila sulit didistribusikan dengan harga terjangkau, maka pangan tidak akan merata diakses oleh keluarga. Maka aspek distribusi juga sangat menentukan ketahanan pangan dan asupan gizi bagi anggota keluarga. NTB misalnya selalu mengalami surplus beras setiap tahunnya, namun rawan pangan juga terjadi.
Faktor lain yang sangat penting adalah daya beli masyarakat untuk memenuhi konsumsi yang memenuhi syarat gizi seperti energi dan protein. Dari data yang ada sebenarnya ketersediaan energi dan protein domestik telah melebihi kebutuhan. Namun, sebahagian masyarakat kita masih kekurangan kalori dan protein, karena daya beli yang rendah, dan kurang memahami keberagaman sumber pangan yang ada.
Kekeliruan mendasar dalam ketahanan pangan kita adalah persepsi masyarakat bahwa pangan itu identik dengan beras. Padahal sebenarnya sejak dahulu telah tumbuh budaya lokal (local wisdom) mengkonsumsi non-beras dalam pola makannya yang terbentuk dari keyakinan, tata-nilai, dan perilaku masyarakat.
Untuk Papua dan Irian Jaya Barat misalnya, mereka makan umbi-umbian dan sagu. Ubi jalar ternyata punya kelebihan dibanding beras. Ubi jalar lebih unggul vitamin A, karotenoid, vitamin C serta serat dibandingkan dengan beras. Tidak mengherankan mengapa orang Jepang gandrung mengkonsumsi ubi jalar yang merupakan salah satu komponen tempura.
Di berbagai daerah di Indonesia makanan pokok masyarakat adalah tiwul. Contohnya di Jawa timur, yaitu Kabupaten Nganjuk, Kediri, Trenggalek, Tulungagung, Pacitan, Lumajang, Malang Selatan, dan Kabupaten Gunung Kidul DIY.
Di beberapa daerah tersebut tanpa tiwul dalam satu hari serasa belum kenyang-merasa tenaganya kurang. Artinya mengkonsumsi tiwul bukan berarti keadaan masyarakat itu miskin, rawan pangan, kelaparan, tetapi merupakan budaya/perilaku pola makan masyarakat setempat. Kalau kita mengunjungi kampung Cirendeuy di Cimahi Jawa Barat yang seluruh masyarakatnya penganut ajaran Penghayat, mereka sangat menjunjung ajaran nenek moyangnya dalam mempertahankan pola konsumsi non-beras yaitu limbah aci atau ampas singkong yang mereka sebut nasi.
Harus diakui bahwa bahan pangan dari umbi-umbian (ubi kayu, ubi jalar, garut, talas, gadung, ganyong, gembili dan suweg) dalam bentuk segar memiliki kandungan kalori dan protein yang rendah. Karakteristik rendah kalori ubi segar dapat dihilangkan dengan memprosesnya menjadi bahan kering berupa irisan atau tepung dengan kadar air setara beras aman simpan.
Kandungan protein tepung ubi dapat ditingkatkan dengan menambahkan tepung kacang-kacangan sehingga menjadi tepung komposit. Tiwul merupakan salah satu bentuk olahan pangan dengan bahan baku ketela pohon yang dikeringkan, kemudian ditepung.
Penganekaragaman pangan antara lain melalui pengembangan tiwul instan merupakan alternatif yang paling rasional untuk memecahkan permasalahan kebutuhan pangan (khususnya karbohidrat). Penataan pola makan yang tidak tergantung pada satu sumber pangan (beras), memungkinkan tumbuhnya ketahanan pangan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.
B.     PERKEMBANGAN MUTAKHIR
Seiring berkembangnya makanan instan di dunia khususnya di Indonesia makanan tradisional pun sudah dirombak menjadi makanan instan. Beberapa makanan tradisional yang telah dikembangkan menjadi makanan instan diantaranya  bubur jagung instan, gatot instan, dan tiwul instan.
1.      Tiwul Instan
`           Nasi tiwul adalah makanan tradisional yang terbuat dari singkong/ketela pohon, yang umumnya masih diolah secara tradisional oleh para penduduk. Tapi sekarang ini sudah ada tiwul yang berbentuk kemasan, namanya tiwul instan,
Umbi singkong (ketela pohon/cassava) sudah sejak lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai salah satu bahan makanan yang cukup penting sebagai sumber asupan karbohidrat.
Selama ini masyarakat di pedesaan biasanya mengkonsumsi singkong dengan cara dimasak langsung (direbus, dikukus dan digoreng) atau dikeringkan terlebih dahulu di bawah terik matahari untuk dijadikan gaplek. Sebelum dimasak, gaplek biasanya ditumbuk terlebih dahulu menjadi tepung gaplek untuk selanjutnya dimasak dengan cara dikukus menjadi makanan yang dikenal dengan sebutan tiwul.
Sebagian masyarakat di pedesaan ada juga yang memanfaatkan umbi singkong sebagai bahan dasar pembuatan tape (di wilayah Jawa Barat dikenal dengan istilah peuyeum sampeu) melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi tape. Produk makanan berbahan baku umbi singkong khususnya goreng singkong dan tape sebetulnya sudah cukup memasyarakat sebagai makanan ringan yang banyak dijajakan oleh para pedagang makanan gorengan.
Berbeda dengan gorengan umbi singkong yang relatif banyak dikenal anggota masyarakat, makanan tiwul sampai saat ini masih belum begitu populer di masyarakat, terutama di perkotaan mengingat proses pembuatannya yang relatif cukup memakan waktu. Namun dari sisi pembentukan cadangan pangan, cara pembuatan tiwul yang melalui tahapan pembuatan gaplek sebetulnya memiliki kelebihan dibandingkan dengan konsumsi umbi singkong secara langsung. Sebab, gaplek bisa tahan disimpan lebih lama ketimbang disimpan dalam bentuk umbi singkong biasa.
Gaplek singkong yang diolah secara tradisional menjadi tiwul selama ini belum begitu dikenal sebagai sumber bahan makanan pokok masyarakat. Selain karena proses pembuatannya yang cukup memakan waktu, tiwul tradisional juga memiliki kandungan gizi yang relatif rendah jika dibandingkan dengan jenis makanan lainnya
Namun demikian dari sisi ketahanan pangan, pemberdayaan tiwul sebagai alternatif sumber makanan tetap perlu diperhitungkan. Lebih-lebih apabila sentuhan teknologi dapat mengatasi kendala ketidakpraktisan dan lamanya waktu proses penyiapan makanan tiwul. Sentuhan teknologi kembali diharapkan dapat mengatasi persoalan rendahnya kandungan gizi dalam bahan makanan tiwul melalui proses fortifi kasi (pengayaan kandungan nutrisi dengan berbagai zat gizi yang dibutuhkan tubuh manusia).
Pemberdayaan tiwul sebagai salah satu alternatif sumber makanan bagi masyarakat diyakini dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Sebab, pemberdayaan tiwul sebagai sumber alternatif makanan masyarakat dapat mensukseskan program diversifi kasi pangan di dalam negeri. Dengan demikian, pemberdayaan tiwul dapat turut mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap sejumlah bahan pangan utama seperti beras, terigu, jagung, kedelai dll.
Penelitian terkini tentang tiwul instan :
a.       Studi pembuatan kudapan tiwul instan dari tepung ubi kayu (Manihot utilissima) varietas kaspro dengan penambahan berbagai jenis tepung kacang-kacangan.
b.      Nutrifikasi tiwul instan dengan tepung telur (kajian dari kadar protein dan sifat organoleptik)
c.       Potensi, kendala dan peluang pengembangan agroindustri berbasis pangan lokal ubi kayu
Dalam perkembangannya, tiwul dapat menjadi pangan alternatif atau makanan fungsional yang dapat memembus kalangan menengah perkotaan layaknya roti atau mie. Hal ini dapat terwujud dengan lahirnya produk tiwul instan yang dikemas dengan kemasan plastik yang menarik. Selain memperpanjang masa simpannya, diharapkan dengan ditawarkannya produk siap saji dalam bentuk tiwul instan akan dapat meningkatkan antusiasme masyarakat untuk mengkonsumsinya, sehingga tujuan dari penganekaragaman pangan yang mendukung terciptanya ketahanan pangan dapat terwujud.
Cara pembuatan tiwul instan:
Bahan :
•Ubi kayu kuning
•Tepung tempe
Alat-alat :
•Seperangkat alat dapur
•Kompor
•Penggiling
Proses Pembuatan:
1)      Persiapan bahan meliputi, pengupasan, pemotongan dan pencucian, kemudian dilakukan penjemuran dibawah sinar matahari atau menggunakan alat pengering hingga kering (ka. 12%).
2)      Setelah ubi kayu kering dilakukan penggilingan hingga menjadi tepung.
3)      Tepung gaplek dicampur secara merata dengan tepung tempe (15%).
4)      Pengukusan dilakukan untuk mematangkan adonan dan dilakukan selama 20-25 menit dengan suhu 85-90°C sehingga dihasilkan tiwul.
5)      Tiwul yang telah dikukus dikeringkan kembali dalam oven atau sinar matahari sehingga cukup kering (diperoleh tiwul instan), sebelum dikemas tiwul harus didinginkan terlebih dahulu pada suhu ruang.
2.      Gatot Instan
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, orang mengenal gatot sebagai makanan orang susah. Jika beras mahal atau sawah mengalami kekeringan, orang desa masih sering mengonsumsi makanan olahan singkong ini. Kita masih bisa menjumpai makanan ini di sejumlah daerah, seperti Kabupaten Wonogiri di JawaTengah, Gunung Kidul, Yogyakarta, dan Blitar di Jawa Timur. Bahkan pada saat penjajahan Jepang, gatot pernah menjadi makanan pokok orang-orang desa karena sulitnya mendapatkan beras pada saat itu.
Dari tampilannya, gatot memang membuat beberapa orang tidak berselera untuk memakannya karena warnanya yang hitam dan lengket. Gatot sendiri sebenarnya berasal dari gaplek (singkong -Manihotesculenta/Manihot utillisima- yang telah dikupas dan dikeringkan), namun dipilih yang kehitaman. Belum jelas juga mengapa warnanya bisa kehitaman. Beberapa sumber mengatakan, warna tersebutdiperoleh dari semacam jamur (kapang) yang tumbuh akibat proses penjemurannya yang sangat lama(sekitar 1 minggu) dan disertai proses menghujan-hujankan atau dapat pula diperoleh dari prosespemeraman dalam wadah tertutup hingga berjamur. Keberadaan jamur pada singkong, menyebabkanterjadinya proses fermentasi yang membuat pati dalam singkong rusak dan (mungkin) lebih mudahdicerna. (darikompas, dengan perubahan)
Walaupun makanan ini terlihat ‘ekstrim’, namun sampai saat ini jarang ada laporan terjadinyakeracunan. Satu-satunya laporan keracunan yang didapat, keracunan tersebut disebabkan karena padasaat penjemuran gaplek yang akan dijadikan gatot mengalami kontaminasi limbah karena dijemur ditepi sungai. Malah, menurut dosen IBM (ilmu bahan makanan) di kampus (aku lupa siapa.. oh,dosen,, maafkan muridmu.. :D) singkong yang telah dikeringkan (dengan proses yang bersih) lebihaman dikonsumsi dari singkong biasa, karena pada saat pengeringan, racun alami pada singkong ;linamarin dan lotaustralin (jenis racun sianida) akan ikut menguap.Proses pembuatannya :Membuat gatot diawali dengan proses merendam gaplek yang kehitaman dalam waktu semalaman.Setelah itu, air rendamannya dibuang dan gaplek hitamnya kemudian dicuci bersih dan dikecil-kecilkan. Karena sudah mengalami perendaman, gaplek jadi mudah untuk dipotong-potong. Proses selanjutnya, gaplek hitam lunak yang sudah dicuil-cuil itu kemudian ditanak, layaknya menanak nasi.Sekitar dua jam kemudian, diangkat dari tungku serta ditata dalam tampah agar cepat dingin. (dari suara merdeka.com dengan sedikit perubahan)
Kandungan gizi :Kandungan asam amino atau protein dalam gatot lebih besar daripada pada singkong, karenakeberadaan jamur yang memproduksi asam amino dari bahan pati singkong.Nilai gizi gaplek sendiri sebagai sumber karbohidrat lebih tinggi dibandingkan beras. Setiap 100 gr mengandung 35,3 gram. Namun, kandungan zat lain yang terdapat pada singkong (vitamin danmineral) relatif lebih kecil daripada beras, terutama setelah pengolahan. Meskipun begitu, singkong danolahannya memiliki kandungan serat yang lebih tinggi daripada beras. Oleh karena itu perlu diolahmenjadi makanan pelengkap dengan cara mengkombinasikan dengan pangan lainnya yang mempunyainilai gizi lebih tinggi maka akan sangat bermanfaat sebagai bahan pangan.
Cara membuat Gatot instan:
Bahan:
½ kg     gathot instant
2 ltr       air
½ btr     kelapa parut, kukus.
½ sdt    garam halus.
Cara membuatnya:
1. Rendam Gathot (gaplek) dalam air selama 30 menit, angkat, tiriskan.
2. Kukus dalam dandang yang sudah beruap selama 20 menit.
3. Sajikan bersama kelapa parut.
4. Jika suka, Gathtot bisa juga diberi gula jawa secara acak saat dikukus.


C.    PENUTUP
a.      Kesimpulan
Pangan instan adalah prodak makanan yang diolah sedemikian rupa sehingga konsumennya dapat secara instan menggunakannya. Ada banyak jenis makanan yang beredar didunia seperti mi instan, bubur instan, nasi goreng instan, santan instan, dan makanan tradiasional instan pun juga mudah didapatkan, seperti tiwul dan gatot instan. Makanan tradisional asli seperti tiwul dan gatot sudah mulai ditinggalkan, karena dianggap tiwul bukan makanan yang layak dikonsumsi, kedua, tiwul makanan orang miskin, ketiga, tiwul makanan yang dikonsumsi karena terpaksa akibat persediaan beras habis.
Pandangan seperti itu justru memperlemah ketahanan pangan kita, dan menghambat diversifikasi pangan untuk memperoleh gizi seimbang. Masyarakat akan malu kalau tidak makan nasi (beras), malu makan singkong, ubi jalar dan banyak lagi sumber karbohidrat negeri ini yang layak dikonsumsi. Pemenuhan kebutuhan karbohidrat masyarakat kita saat ini memang masih didominasi oleh beras. Indonesia merupakan salah satu negara pemakan beras tertinggi di dunia
b.      Daftar Pustaka
http://www.shvoong.com/medicine-and-health/1639515-dampak-makanan-siap-saji bagi/#ixzz1ZscJuAgC

PENGAWETAN DENGAN TEKNIK IRADIASI


 

Pengawetan Produk Makanan Dengan Iradiasi
A.      PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk sehingga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur. Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri.
Dahulu makanan cepat saji (instant) menggunakan pengawet dari bahan kimia seperti natrium benzoat, asam sitrat, dll. Seiring berkembangnya zaman, ditemukannya bukti-bukti bahwa efek dari bahan pengawet tersebut berbahaya karena menggangu bagi kesehatan. Selain itu, bahan pengawet buatan tersebut juga mengakibatkan kerusakan bahan pangan. Faktor-faktor tersebut mendorong para peneliti untuk mencari teknik pengawetan makanan yang lebih praktis. Salah satu tekniknya yaitu dengan iradiasi.
Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang tanpa media. Sedangkan teknik iradiasi adalah pemancaran energi dengan radiasi gamma berintensitas tinggi yang dapat membunuh organisme berbahaya, tetapi tanpa mempengaruhi nilai nutrisi makanan tersebut dan tidak meninggalkan residu serta tidak membuat makanan menjadi radioaktif. Menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi buatan.
Penggunaan radiasi untuk pengawetan pangan mulai di pelajari secara intensif sejak tahun 1950 di Amerika Serikat dan beberapa negara eropa yang kemudian diikuti oleh beberapa negara lain di dunia. Perhatian dunia yang demikian besar disebabkan pengawetan dengan iradiasi ternyata mempunyai beberapa kelebihan dan keunikan, bila dibandingkan dengan dengan proses pengawetan lain yang dikenal selama ini. Sifat-sifat sinar gama, sinar X, atau sinar elektron yang digunakan dalam proses ini mempunyai daya tembus besar serta merupan proses yang tidak menimbulkan perubahan suhu pada bahan pangan yang diradiasi (Maha, 1981). Sifat ini menyebabkan dapat digunakan untuk pengawetan baha pangan yang telah dikemas dalam bentuk kemasan akhir atau bahan yang telah dibekukan, sehingga penggunaannya lebih praktis. Disamping itu mutu dan kesegaran bahan pangan tidak berubah  karena suhu tetap, dan tidak menimbulkan residu zat kimia pada bahan pangan atau polusi pada lingkungan (Goresline, 1973).
B.       PERKEMBANGAN MUTAKHIR
1.        Jenis radiasi
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang dilaluinya.  Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh radiasi pengion adalah radiasi partikel a, b dan gelombang elektromagnetik g  Contoh radiasi pengion yang disebut terakhir ini paling banyak digunakan (Sofyan, 1984; Winarno et al., 1980).
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik.  Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan.
2.        Dosis iradiasi
Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan.  Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan.  Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai.  Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen
Tabel 5.  Penerapan dosis dalam berbagai penerapan iradiasi pangan
Tujuan
Dosis (kGy)
Produk
Dosis rendah (s/d 1 KGy)
Pencegahan pertunasan
Pembasmian serangga dan parasit
Perlambatan proses fisiologis
0,05 – 0,15
0,15 – 0,50
0,50 – 1,00
Kentang, bawang putih, bawang bombay, jahe,
Serealia, kacang-kacangan, buah segar dan kering, ikan, daging kering
Buah dan sayur segar
Dosis sedang (1- 10 kGy)
Perpanjangan masa simpan
Pembasmian mikroorganisme perusak dan patogen
Perbaikan sifat teknologi pangan
1,00 – 3,00
1,00 – 7,00
2,00 – 7,00
Ikan, arbei segar
Hasil laut segar dan beku, daging unggas segar/beku
Anggur(meningkatkan sari), sayuran kering (mengurangi waktu pemasakan)
Dosis tinggi1 (10 – 50 kGy)
Pensterilan industri
Pensterilan bahan tambahan makanan tertentu dan komponennya
10 – 50
Daging, daging unggas, hasil laut, makanan siap hidang, makanan steril
1 Hanya digunakan untuk tujuan khusus.  Komisi Codex Alimentarius Gabungan FAO/WHO belum menyetujui penggunaan dosis ini.
3.        Prinsip pengawetan
Gambar di atas terlihat bahwa sumber iradiasi (sinar x, sinar gamma dan berkas elektron) mengenai bahan pangan. Apabila hal ini terjadi maka akan menimbulkan eksitasi, ionisasi dan perubahan komponen yang ada pada bahan pangan tersebut. Apabila perubahan terjadi pada sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang menyebabkan proses terganggu dan terjadi efek biologis. Efek inilah yang digunakan sebagai dasar untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan (Maha, 1981).
4.        Efek pada produk makanan
Hasil penelitian mengenai efek kimia iradiasi pada berbagai macam bahan pangan hasil iradiasi (1 – 5 kGy) belum pernah ditemukan adanya senyawa yang toksik.  Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.
5.        Keunggulan dan kelamahan
Keunggulan utama dari irradiasi adalah:
a.    Tidak ada atau sedikit sekali proses pemanasan pada makanan sehingga hampir tidak ada perubahan dalam sensor karakteristik makanan,
b.    Dapat dilakukan pada makanan kemasan dan makanan beku,
c.    Dapat dilakukan pada makanan segar melalui satu kali operasi dan tanpa menggunakan tambahan bahan kimia,
d.   Hanya membutuhkan sedikit energi,
e.    Perubahan pada aspek nutrisi dapat dibandingkan dengan metoda pengawetan makanan lainnya, dan
f.     Proses otomatis terkontrol dan memiliki biaya operasi rendah.
Adapun kelemahannya, yaitu
a.    Proses dapat digunakan untuk mengeliminasi bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat membuat makanan yang tidak layak makan menjadi layak jual,
b.    Jika mikro-organisme pembusuk dimusnahkan tetapi bakteria patogen tidak, konsumen tidak bisa melihat indikasinya dari bentuk makanan,
c.    Makanan akan berbahaya bagi kesehatan jika bakteri penghasil racun dimusnahkan setelah bakteri tersebut mengkontaminasi makanan,
d.   Kemungkinan perkembangan resistensi mikroorganisme terhadap radiasi,
e.    Hilangnya nilai nutrisi makanan,
f.     Sampai sekarang, prosedur analitik dalam mendeteksi apakah makanan telah diirradiasi belum mencukupi, dan resistensi publik disebabkan oleh kekhawatiran akan pengaruh radioaktif atau alasan lain yang berhubungan dengan kekhawatiran terhadap industri nuklir.
6.        Contoh-contoh makanan instant yang diradiasi
Table 2. Jenis komoditas bahan pangan segar dan olahan yang telah dan sedang diteliti di PATIR – BATAN.
No.
Komoditas
Tujuan Iradiasi
Batas Dosis Maksimal (Kgy)
Keterangan
I. Makanan siap saji steril 
a.
Pepes ikan mas
Sterilisasi dan menghilangkan bakteri patogen aerob dan anaerob
45
Skala semi pilot
– Kemasan laminasi khusus vakum
– Iradiasi kombinasi dengan CO2 padat
– Penyimpanan suhu kamar (28 – 30˚ C)
b.
Pepes ayam
–   idem   –
45
–   idem   –
c.
Kare ayam
–   idem   –
45
–   idem   –
d.
Semur ayam
–   idem   –
45
–   idem   –
e.
Rendang daging sapi
–   idem   –
45
–   idem   –
f.
Empal daging sapi
–   idem   –
45
–   idem   –
g.
Semur daging sapi
–   idem   –
45
–   idem   –
II. Makanan olahan/ makanan ringan  
a.
Dodol
Dekomtaminasi dan memperpanjang masa simpan
3 –  5
Skala semi pilot
b.
Bakpia
–   idem   –
3 –  5
Skala laboratorium
III. Buah dan Sayuran
a.
Mangga
Memperpanjang masa simpan dan menunda pematangan
0,75
Skala semi pilot, kombinasi perlakuan dengan pencelupan air 55˚C, 5 menit
b.
Pepaya
–   idem   –
0,75
Skala semi pilot, kombinasi perlakuan dengan pencelupan air 55˚C, 5 menit
c.
Tomat apel
–   idem   –
1 – 2
Skala laboratorium
d.
Pisang ambon
–   idem   –
0,25
Skala laboratorium
e.
Brokolli
Memperpanjang masa simpan dan karantina
0,4
Skala laboratorium
f.
Asparagus
Memperpanjang masa simpan dan menunda pertunasan
1
Skala laboratorium
+ blansir air 55˚ C, 5 menit
Makanan olahan
Buah segar
Sayuran segar
Produk olahan hewan
(sosis, beef burger, dll)
Produk perikanan kering
Menunda pertunasan kentang
dan bawang putih
7. 
Pengawetan rimpang dan umbi-umbian
Pengawetan rempah-rempah
8.        Jurnal yang berkaitan


C.   
C.       PENUTUP
       Kesimpulan
Pengawetan makanan dengan menggunakan iradiasi sudah terjamin keamanannya jika tidak melebihi dosis yang sudah ditetapkan, yaitu sesuai dengan rekomendasi dari FAO-WHO-IAEA pada bulan november 1980.  Rekomendasi tersebut menyatakan bahwa semua bahan yang diiradiasi tidak melebihi dosis 10 kGy aman untuk dikonsumsi manusia.
Teknik pengawetan dengan iradiasi dapat menjadi salah satu alternatif pengganti pengawetan dengan bahan pengawet.
       Saran
Perlu diadakannya sosialisasi pengawetan bahan makanan dengan radiasi kepada masyarakat baik konsumen ataupun produsen makanan meliputi keamanan penggunaan radiasi, kelebihan dan kelemahannya sehingga dapat mengurangi penggunaan bahan pengawet dalam produk makanan.


DAFTAR PUSTAKA

DAMPAK MAKANAN dan MINUMAN INSTAN BAGI KESEHATAN Description: Description: logo besar

DAMPAK MAKANAN dan MINUMAN INSTAN BAGI KESEHATAN
A.    PENDAHULUAN
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan bervariasi saat ini sudah semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya produk-produk makanan yang dijual di pusat-pusat penjualan produk makanan. Kesadaran ini dipengaruhi oleh semakin majunya teknologi informasi di bidang pangan, sehingga masyarakat atau konsumen lebih sadar terhadap segala perubahan yang ada. Perubahan-perubahan ini ternyata secara tidak langsung mengubah selera dan kebiasaan masyarakat akan produk pangan yang dikonsumsinya.
Kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi produk pangan ini juga dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat yang sudah semakin dinamis dikarenakan tuntutan pekerjaan atau customer yang semakin tinggi. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi menyebabkan masyarakat melakukan upaya-upaya yang lebih keras untuk menutupi kebutuhannya tersebut. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya seorang ibu rumah tangga yang ikut bekerja untuk membantu suami dalam mencari nafkah.
Seorang ibu rumah tangga yang ikut bekerja untuk membantu suami akan mengakibatkan berkurangnya waktu yang tersedia untuk menyiapkan kebutuhan keluarga. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi gaya atau cara konsumsi dari suatu keluarga khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Pola kehidupan masa kini dicirikan dengan tingginya biaya hidup, emansipasi atau karena alasan lain menyebabkan wanita bekerja diluar rumah. Data statistik tahun 2002 menunjukkan bahwa wanita yang bekerja pada angkatan kerja berjumlah 33,06 juta atau 44,23% dari jumlah total usia wanita antara 15-60 tahun (BPS, 2002).  Wanita sebagai ibu rumah tangga dan sebagian lain berprofesi bekerja di luar rumah, karena keterbatasan waktu dan kesibukan, serta sulitnya mencari pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi  menu utama sehari-hari di rumah.
Tingginya aktivitas masyarakat yang didorong oleh semakin tingginya kebutuhan masyarakat ini menyebabkan pola konsumsi pangan masyarakat berubah. Perubahan pola atau gaya hidup, juga menjadi faktor pemicu terjadinya perubahan pola konsumsi. Misalnya, orang zaman sekarang semakin sibuk dengan jam kerja lebih panjang, mendorong mereka untuk memilih makanan yang penyajiannya lebih praktis tapi tetap beragam.
Selain itu mahalnya bahan pangan saat ini membuat masyarakat beralih ke makanan – makanan cepat saji atau Instant. Banyak sekali makanan cepat saji (Instant) yang beredar, baik dalam bentuk cair maupun padat. Bahkan sebagian masyarakat menjadikan makanan cepat saji sebagai makanan pokok sehari – hari.
Masalah lain yang jadi fenomena dimasyarakat adalah tersedianya berbagai jajanan yang dikemas dapat dipastikan “kaya”  zat aditif. Tercatat 13 jenis snack mengandung bahan aditif dalam kandungan yang cukup tinggi (Republika, 2003). Pertanyaan yang muncul adalah sejauh manakah bahan-bahan aditif tersebut terkonsumsi dan terakumulasi dalam tubuh, bagaimana dampaknya bagi kesehatan? Dan bagaimana tindakan konsumen terutama ibu-ibu rumah tangga dalam memilih, mengolah makanan yang aman, higienis, cukup gizi dan menyehatkan anggota keluarganya?
  Pengertian Makanan Siap Saji dan Kesehatan Konsumen
Makanan siap saji
Makanan  siap saji yang dimaksud adalah jenis  makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk  tersebut.  Makanan siap  saji biasanya berupa  lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.
  Zat Aditif Makanan
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk tersebut.
  Kemasan Makanan
Kemasan makanan adalah wadah atau tempat makanan agar kualitas  makanan tetap baik, meningkatkan penampilan produk, dan memudahkan transportasi.
  Sehat
Sehat adalah berfungsinya organ tubuh secara fisiologis normal. Dalam konsumsi pangan konsumen tidak hanya menilai dari citarasa dan nilai gizinya tetapi juga mempertimbangkan pengaruh pangan terhadap kesehatan dan kebugaran tubuh, atau menurunkan efek negatif suatu penyakit, dan kalau memungkinkan menyembuhkan penyakit tersebut.
Jenis Zat Aditif dan Kemasan  Makanan
Menurut Majeed (1996) zat aditif dapat dibagi menjadi  beberapa kelompok berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:
1)      agen emulsi yaitu aditif yang berbahan lemak dan air contohnya lecithin
2)       agen penstabil dan pemekat contohnya alginat dan gliserin,
3)      agen penghalang kerak untuk mencegah penggumpalan,
4)      agen peningkatan nutrisi contohnya berbagai vitamin,
5)      agen pengawet contohnya garam nitrat dan nitrit,
6)      agen antioksidan contohnya vitamin C dan E ; BHT (Butylated Hydroxy-Toluen) dan BHA (Butylated Hydroxy-Anisol),
7)      agen pengembang untuk roti dan bolu, agen penyedap rasa contoh monosodium glutamat (MSG),
8)      bahan pewarna.   Selain kesembilan zat aditif diatas Denfer (2001) juga menyatakan terdapat bahan lain yang ditambahkan dalam makanan diantaranya: 1) agen peluntur, 2) lemak hewani, 3) bahan pengasam, 4) bahan pemisah, 5) pati termodifikasi, 6) alkohol, dan 7) gelatin .
Di samping bahan-bahan yang telah disebutkan diatas yang menggunaan, ukuran dan aturannya sudah ditentukan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), yang patut kita waspadai adalah adanya pewarna maupun pengawet yang ditambahkan yang penggunaannya bukan untuk makanan seperti, borak dan formalin sebagai pengawet yang telah dilaporkan oleh Suriawiria (2003). Dimana disinyalir 86,2% mie basah yang terdapat dipasar dan swalayan mengandung formalin. Selain itu warna merah pada terasi 50% adalah menggunakan pewarna rhodamin B yang seharusnya digunakan untuk tekstil. Selain itu rhodamin juga biasa diberikan dalam sirop untuk menimbulkan warna merah.
Kemasan Makanan Siap Saji
Sampai saat ini menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Hengky Darmawan di Indonesia sistem pengemasannya baru 10% yang sesuai aturan SNI.  Pemilihan jenis kemasan harus memperhatikan food grade dan food safety (Kompas, 2003).
Beberapa faktor yang mempengaruhi produsen dalam memilih kemasan adalah tampil menarik, mampu melindungi produk yang dikemas, dan pertimbangan ekonomis.  Bahan yang digunakan selama ini berupa plastik atau styrofoam (pembungkus mie instant dan  nugget), PVC (polyvinyl clorida untuk pembungkus kembang gula), kaleng (makanan buah, susu, makanan lauk-pauk).
B.     KASUS AKIBAT MENGKONSUMSI MAKANAN INSTAN
Situs berita Health DaysNews belum lama ini menyatakan tahun ini di Amerika Serikat (AS) saja sudah ada 57.000 orang meninggal akibat kanker usus besar. Mayoritas (97 persen) penderitanya adalah mereka yang berusia di atas 40 tahun. Di Indonesia pasiennya belum terdeteksi secara pasti. Namun Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menyatakan setiap tahun menerima 50 pasien baru penderita kanker usus besar.
Kasus yang menimpa Hilal Al Jajira.  Sejak balita, bocah berumur 6 tahun itu kerap mengkonsumsi mi instan, bahkan menjadi menu sehari-hari. Kemudian ditemukann kebocoran pada usus, yang dikibatkan kedua sisinya lengket satu sama lain. Untuk mengantisipasi hal itu, dokter terpaksa melakukan operasi dengan memotong usus yang lengket tersebut.
Disamping bahaya dari zat aditif makanan siap saji diatas, bahaya lain yang dihadapi oleh konsumen/pengguna makanan siap saji adalah efek samping bahan pengemas.   Unsur-unsur bahan pengemas yang berbahaya bagi kesehatan konsumen karena  terdapatnya zat plastik  berbahaya seperti PVC  yang dapat menghambat produksi hormon testosteron (Atterwill dan Flack, 1992)  kemasan kaleng disinyalir mengandung timbal (Pb) dan VCM (Vinyl Chlorid Monomer) yang bersifat karsinogenik yaitu memacu sel kanker (Media Indonesia, 2003), dan styrofoam bersifat mutagenik (mengubah gen) dan karsinogenik  (Kompas, 2003).
C.    PENELITIAN MENGENAI MAKANAN INSTAN
Penelitian University of Bristol, Inggris ini menunjukkan, anak-anak yang makan lebih banyak chip, keripik, biskuit dan pizza sebelum usia tiga tahun memiliki IQ lebih rendah lima tahun kemudian. Mereka yang mengonsumsi makanan cepat saji, IQ-nya bisa lebih rendah lima poin IQ dibandingkan dengan anak-anak diberikan diet sehat dengan buah, sayur dan rumah-makanan yang dimasak.
Menurut penelitian di Kanada, kebiasaan makanan cepat saji dapat menyebabkan pikun lebih dini, seperti diutarakan laman Shine. Selain itu, mengonsumsi makanan cepat saji secara rutin juga meningkatkan risiko kerusakan memori otak dan mengancam terjadinya demensia. Lemak jenuh dan tingginya kadar gula yang terkandung dalam makanan cepat saji telah ditemukan sebagai biang keladi hilangnya memori itu.
D.    BTM PADA MAKANAN DAN MINUMAN INSTAN
BTM bermacam-macam
Jika suatu zat kimia yang ditambahkan pada makanan dapat menyebabkan kanker, zat kimia itu harus dilarang pemakaiannya. Ini sebuah prinsip yang telah menjadi hukum di AS dan telah diundangkan sejak 1958. Namun, produsen bisa pula berdalih, bagaimana jika zat kimia itu mampu mencegah racun botulism yang mematikan yang terdapat pada daging kalengan? Nitrit adalah senyawa pengawet itu, yang biasanya ditambahkan pada daging kalengan dan menimbulkan perdebatan berlarut-larut. Keberadaan BTM adalah untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas, lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya sungguh menakjubkan.
BTM ternyata sudah lama digunakan dalam pengawetan makanan. Orang Romawi kuno menggunakan garam untuk mengawetkan daging, dan sulfur untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minuman anggur. Kini, keprihatinan masyarakat semakin bertambah dengan semakin panjangnya daftar BTM. Ini meliputi jenis BTM yang telah diizinkan maupun dari jenis yang belum diteliti.
Pendapat yang sering kontroversial adalah kemungkinan timbulnya kanker akibat BTM. Sebenarnya, kanker adalah penyakit dengan beberapa penyebab yang bersifat kompleks. Sebagian kanker justru diduga disebabkan oleh faktor lingkungan, misalnya asap rokok, polusi udara, sinar ultraviolet, dll. Kanker berkembang sangat lambat dalam tubuh manusia. Biasanya memakan waktu 5 – 10 tahun setelah seseorang kontak dengan bahan karsinogenik (penyebab kanker).
Karena itu mencari penyebab kanker pada manusia menjadi lebih sulit. Untuk menguji suatu zat menyebabkan kanker, maka dilakukan percobaan pada binatang. Secara alami usia hewan percobaan (tikus) adalah 2 – 3 tahun. Karena itu hewan ini mampu memberikan informasi cukup setelah diberi makanan tertentu yang mengandung zat yang diduga bersifat karsinogenik. Munculnya kanker pada hewan percobaan akan membuat kita lebih berhati-hati ketika memilih makanan kemasan yang mengandung zat karsinogenik itu.
Sampai saat ini belum ada dampak langsung (seketika) yang menunjukkan BTM berakibat buruk pada janin dalam kandungan. Namun, pada binatang percobaan terlihat sakarin (pemanis buatan) bersifat racun bagi janin. Meskipun hal ini masih perlu penelitian yang lebih intens, sebaiknya ibu hamil berhati-hati ketika memilih makanan atau minuman kemasan yang mengandung sakarin.
Pada dekade 1970 – 1980-an terjadi perdebatan cukup panjang tentang dampak monosodium glutamate atau MSG (bumbu masak). Tikus muda yang baru lahir mengalami cacat setelah diberi ransum mengandung MSG. Penelitian lainnya menggunakan anak ayam menunjukkan munculnya gejala-gejala mengantuk setelah anak ayam mengonsumsi MSG. Itulah sebabnya MSG pernah dilarang pada makanan bayi di Inggris dan Singapura. Penelitian yang sama, yang dilakukan pada kera dan anjing, ternyata tidak membuktikan hal itu.
Penggunaan bahan pengawet paling banyak digunakan di Indonesia adalah sulfit, nitrit, BHA atau BHT, dan benzoat. Perdebatan para ahli mengenai aman tidaknya behan pengawet itu masih seru. Sebagian orang beranggapan, belum ada BTM yang pernah menyebabkan reaksi serius bagi manusia dalam jumlah yang sering ditemukan pada makanan. Namun, bukti lain menunjukkan, pemakaian dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Bahan pengawet sulfit dapat menyebabkan reaksi cukup fatal bagi mereka yang peka. Bagi penderita asma, sulfit dapat menyebabkan sesak dada, sesak napas, gatal-gatal, dan bengkak. Sulfit digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan kapang. Jenis produk seperti jus buah, sosis, dan acar kering sering menggunakan pengawet ini.
Pada 1989 terdapat kasus biskuit beracun yang menelan korban 38 jiwa manusia. Ini akibat mengonsumsi natrium nitrit yang secara tidak sengaja ditambahkan pada makanan karena kekeliruan. Nitrit adalah pengawet pada daging. Pada daging kalengan (corned) nitrit bisa digunakan dengan dosis 50 mg/kg.
Awalnya, nitrit dan nitrat digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada daging yang diawetkan. Belakangan diketahui, zat itu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum yang sering muncul pada makanan awetan. Penggunaan nitrit dan nitrat semakin meluas seperti pada pembuatan sosis, ham, dan hamburger.
Jika makanan diawetkan, umumnya akan kehilangan vitamin A dan E. Kedua vitamin itu bersifat sebagai antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan. Penggunaan BHA/BHT juga sebagai antioksidan, namun sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa BHA/BHT sebenarnya kurang baik karena menyebabkan kelainan kromosom sel bagi orang yang alergi terhadap aspirin.
Pengguanaan pengawet benzoat dimaksudkan untuk mencegah kapang dan bakteri khususnya pada produk sirup, margarin, kecap, selai, jeli, dan cider. Benzoat sejauh ini dideteksi sebagai pengawet yang aman. Di AS benzoat termasuk senyawa kimia pertama yang diizinkan untuk makanan. Senyawa ini digolongkan dalam Generally Recognized as Safe (GRAS). Bukti-bukti menunjukkan, pengawet ini mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien.
Dilaporkan bahwa pengeluaran senyawa ini antara 66 – 95% jika benzoat dikonsumsi dalam jumlah besar. Sampai saat ini benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut, dan juga tidak mempunyai efek karsinogenik.
E.     PRODUK-PRODUK MAKANAN INSTAN
1.      Bubur Instant Berenergi Abon Sapi – Makanan Instant Bergizi
Informasi Produk
Description: E:Tugas Semester 5Iptek Mutakhir148841_122393787819847_104139289645297_136397_1633207_n.jpg
        Nama Produk : Super Bubur Bubur Instant Berenergi Abon Sapi
        Kategori : Bubur Instant Berenergi Abon Sapi
        Jenis Produk : Makanan Instan
        Kemasan : Plastik (Isi Angin) Berat Bersih 49 gram
        Warna Kemasan : Merah, putih, hijau dengan latar belakang oranye.
        Komposisi : Bubur beras instant, garam, gula, bubuk ayam, daun bawang, bubuk bawang putih, penguat rasa (mononatrium glutamat), bubuk lada, vitamin (A, B1, B2, B6, B12).
        Serta komposisi tambahan lain seperti : kerupuk, sambal, abon, kecap asin.
        Harga Perkiraan : Rp. 2.800,-
Ø  Informasi Nilai Gizi / Kandungan Nutrisi
Takaran Saji : 49 gram / Jumlah Sajian Per Kemasan : 1
        Total Kalori : 180
        Kalori dari lemak : 40
        Lemak total : 4,5 gram / 7%
        Protein : 3 gram / 5%
        Karbohidrat total : 33 gram / 11%
        Natrium : 1020 mgram / 44%
        Vitamin A : 20%
        Vitamin B1 : 35%
        Vitamin B2 : 20%
        Vitamin B6 : 20%
        Vitamin B12 : 25%
Persen angka kebutuhan gizi (%AKG) berdasarkan diet 2000 kalori AKG dapat lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kebutuhan kalori masing-masing.
Cara Penyajian / Sugested Preparation (Cara Membuat Bubur Instan) :
1)      Masukkan bubur instan ke dalam mangkok.
2)      Tuang air panas 250 cc (satu gelas penuh), aduk sampai rata, diamkan kira-kira 3 menit sampai bubur mengental.
3)      Tambahkan kecap dan sambal sesuai selera.
4)      Tambahkan krupuk dan abon sapi. Super bubur siap dihidangkan.
Seduh – Tidak perlu dimasak dengan air mendidih, cukup diseduh dengan air panas.
Lengkap – Sudah termasuk tambahan bahan pelengkap seperti abon sapi, kerupuk, kecap, sambal dan bawang goreng.
Bergizi mengandung 5 vitamin :
        Vitamin A membantu fungsi penglihatan
        Vitamin B membantu metabolisme karbohidrat menjadi energi.
2.      Macam mie instan
Description: E:Tugas Semester 5Iptek Mutakhirindo-fk1.jpg
1)      Indomie Rasa Soto Mie
     Energi = 340 kkal
     Energi dari lemak = 110 kkal
     Lemak total = 12 gr / 22%
     Lemak jenuh = 4 gr / 19%
     Kolesterol = 0 mg / 0%
     Karbohidrat = 50 gr / 15%
     Serat makanan = 2 gr / 9%
     Gula = 2 gr / 9%
     Protein = 7 gr / 15%
     Natrium = 600 mg / 25%
     Vitamin A = 60% AKG
     Vitamin B12 = 20% AKG
     Vitamin B1 = 40% AKG
     Vitamin C = 6% AKG
     Vitamin B6 = 26% AKG
     Pantotenat = 10% AKG
     Kalsium = 2% AKG
     Niasin = 25% AKG
     Asam folat = 25% AKG
     Zat besi = 30% AKG
3.      MINUMAN INSTAN
a.       Teh instan
 
Komposisi : gula, ekstra teh, asam sitrat, bubuk jeruk nipis (atau rasa yang lain), pencita rasa jeruk, tanpa zat pengawet, tanpa pemanis buatan.
Produk Sari Wangi ini dijual dalam kemasan sachet, 18 gram. Rasanya bermacam-macam, ada yang jeruk nipis, jahe, dll. Karena instan menyajikannya pun mudah: masukkan serbuk ke gelas, cukup tuang air panas, aduk-aduk, siap diminum.
b.      Kopi instan
 
Menurut jenisnya produk kopi bisa dibagi menjadi tiga bagian besar :
       Kopi dengan gula
       Kopi, gula, dan susu
       Kopi, gula dan krimmer
       Kopi dengan berbagai rasa seperti moka, jahe, ginseng, dll
       Cappuccino
c.       Saus
d.      Gudeg instan
Description: E:Gudeg-Kaleng.jpg
F.     DAMPAK MENGKONSUMSI MAKANAN INSTAN
Dampak Makanan Siap Saji
Manfaat Makanan Siap Saji
Makan siap saji yang beredar saat ini tercatat 500 – 600 jenis (Media Indonesia, 2003). Jenis tersebut terdiri dari minuman dan makanan yang diproduksi dalam skala kecil dan besar.  Ketersediaan makanan siap saji ini akan memberikan kemudahan pemilihan jenis makanan, keragaman makanan, kualitas makanan dan praktis.
Bahaya Makanan Siap Saji
World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural  Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu : 1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun terhadap organ-organ tubuh, 2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, 3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Dampak negatif zat aditif terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung, dalam jangka pendek maupun  jangka panjang.
Description: http://www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/zat-aditif.jpg
Dampak positif :
        Hemat waktu dan biaya
        Praktis
        Mudah dalam persiapan
        Mudah ditemukan/didapat
         
Dampak negatif
        Kurang dalam kandungan gizi
        Banyak mengandung Bahan Tambahan Pangan
        Bisa menyebabkan gangguan kesehatan/efek dalam jangka panjang sebab :
                                                 a.      Kandungan garam sodium dan karbohidratnya sangat tinggi
                                                b.      mengandung bahan penyedap buatan seperti Monosodium Glutamat (Vetsin) yang membuat makanan terlalu gurih. Juga mengandung sakarin dan gula bit, sehingga makanan menjadi terlalu manis, akibatnya sulit diserap oleh tubuh.
                                                 c.      bahan penyedap dan pengawet buatan yang membuat jenis makanan berwarna-warni jika dikonsumsi terus menerus akan membahayakan tubuh, sebab zat pewarna ini berasal dari bahan kimia.
        Penghamburan uang, makanan ringan banyak disukai karena kemasannya bagus, menarik, iklannya terus menerus ditayangkan di televise. Akibatnya membuat orang penasaran dan tertarik untuk mencoba makanan tersebut.
        Dapat mengurangi selera makan seseorang, sehingga dapat menghambat pertumbuhan.
Upaya Meminimalisasi Dampak Negatif
Untuk mengurangi dan meminimalisasi dampak negatif zat aditif makanan dapat di upayakan dengan beberapa cara antara lain :
                         a.      Secara Internal
Mengurangi konsumsi makanan siap saji, meningkatkan konsumsi sayur dan buah-buahan serta mengkonsumsi vitamin. Beberapa vitamin diduga mengandung zat antikarsinogen diantaranya adalah Vitamin A, C, E banyak terdapat dalam sayur dan buah; asam folat terdapat dalam brokoli, bayam dan asparagus: Betakaroten, Vitamin B3 (niasin), vitamin D dalam bentuk aktif (1.25-hidroksi) terdapat pada mentega, susu, kuning telur, hati, beras dan ikan.
Memberi pengertian pada keluarga tentang bahaya zat aditif, mengawasi, mengontrol  pemberian dan penggunaan uang jajan dan membiasakan membawa bekal  makanan sehat dari rumah
                        b.      Secara Eksternal
Produsen; diperlukan kesadaran dan tanggung jawab produsen terhadap penggunaan zat aditif pada bahan pangan yang diproduksikan, memberikan informasi yang jelas komposisi makanan termasuk zat aditif yang ditambahkan
Pemerintah; melakukan pengawasan dan menindak tegas produsen yang melanggar aturan yang berlaku. Meneruskan kegiatan PMT-AS (Program Makanan Tambahan-Anak Sekolah) dengan memanfaatkan sumber makanan lokal.
Non-pemerintah (LSM); memfasilitasi terbentuknya kelompok konsumen, mendorong peran serta masyarakat sebagai pengawas kebijakan publik, mengantisipasi kebijakan global yang berdampak pada konsumen, melakukan pengawasan dan bertindak sebagai pembela konsumen. []
G.    PENUTUP
Memang tuntutan kepraktisan dan ketersediaan waktu yang semakin sempit karena kesibukan; konsumen memang memerlukan pangan yang lebih praktis. Namun demikian, konsumen perlu selalu berusaha mengembangkan perilaku hidup sehat; termasuk perilaku makan sehat dengan menu pangan yang sehat. Secara umum, perilaku makan sehat yang perlu disampaikan adalah Konsumsi aneka ragam jenis pangan dan Jangan berlebih-lebihan terhadap salah satu jenis produk pangan.
Dalam menyusun menu sehari-hari, upayakan minimal harus terdiri dari 3 kelompok pangan; yaitu pangan pokok, lauk pauk, sayur dan buah. Produk pangan olahan, bisa digunakan sebagai pilihan dalam menyusun menu yang menarik dan bervariasi. Untuk memilih produk pangan olahan, biasakan membaca label, meneliti ada tidaknya nomor pendaftaran oleh BPOM atau Dinas Kesehatan, dan menggunakannya sesuai dengan petunjuk penggunaan dan penyimpanannya.


DAFTAR PUSTAKA
http://xamthoneplus.acepsuherman.com/2011/11/jus-manggis/dampak-negatif-makanan-cepat-saji-bagi-kesehatan/
http://www.scribd.com/doc/11681545/Jurnal

Program Penanggulangan Gizi Buruk dari Pemerintah


 

1.    Pengertian
GIZI BURUK adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
Gizi buruk atau lebih dikenal dengan gizi di bawah garis merah adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor (RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001 – 2005, Jakarta, Agustus 2000). 
Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-turut tidak naik)
Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
Perbedaan gizi buruk dengan kelaparan
Gizi buruk berbeda dengan kelaparan. Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk. Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi
Orang yang menderita gizi buruk akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal. 
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis disebut marasmus atau kwashiorkor.
2.    Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus. Tinggi dan berat badan kurang dari standar deviasi ukuran normal sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Berat badan yang kurang menandai kalau gizi buruk yang dideritanya akut (belum lama). Sedangkan jika tinggi badan kurang dan berat badan kurang berarti kondizi gizi buruk sudah kronis (menahun)
Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari marasmus adalah
1.    Wajah seperti orang tua
2.    Sering disertai: peny. infeksi (diare, umumnya kronis berulang, TBC)
3.    Tampak sangat kurus (tulang terbungkus kulit)
4.    Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants)
5.    Perut cekung
6.    Iga gambang
7.    diare kronik atau konstipasi (susah buang air)
8.    mudah menangis/cengeng dan rewel
Gejala Klinis Kurang Energi Protein (KEP) dari kwasiokor adalah
1.    Mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran nafas dan diare.
2.    Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
3.    Pandangan mata sayu
4.    Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
5.    Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
6.    Terjadi pembesaran hati
7.    Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
8.    Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
9.    Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
3.    Dampak Gizi Buruk
Dampak gizi buruk pada anak terutama balita
1.    Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa
terhambat.
2.    Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi
3.    Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
4.    Pencegahan Gizi Buruk
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1)    Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2)    Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3)    Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4)    Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5)    Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
5.    Pengobatan Gizi Buruk
Pengobatan gizi buruk
·         Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi.
·         Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun sebaiknya dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh.
Pengobatan pada penderita MEP (Malnutrisi Energi Protein) tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh.
6.    Jenis Gizi Buruk
A.   Kwasiorkor
http://2.bp.blogspot.com/_JL5AaEGZF58/SIe6AhmGWoI/AAAAAAAAAKs/2FPkBY324pA/s400/Kwashiorkor.gif
Definisi
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.
Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersbut diatas antara lain:
1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor).
Gejala Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-Kwashiorkor, antara lain:
·         Gagal untuk menambah berat badan
·         Pertumbuhan linear terhenti.
·         Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
·         Diare yang tidak membaik
·         Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).
·         Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
·         Penurunan masa otot
·         Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.
·         Perubahan lain yang dapat terjadi adalah perlemakan hati, gangguan fungsi ginjal, dan anemia.
·         Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock, coma dan berakhir dengan kematian.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1.    Anamesis
Keluhan yanga sering ditemukan adalah pertumbuhan anak yang kurang, seperti berat badan yang kurang dibandingkan anak lain (yang sehat). Bisa juga didapatkan keluhan anak yang tidak mau makan (anoreksia), anak tampak lemas serta menjadi lebih pendiam, dan sering menderita sakit yang berulang.
2.     Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain:
·         Perubahan mental sampai apatis
·         Edema (terutama pada muka, punggung kaki dan perut)
·          Atrofi otot
·          Ganguan sistem gastrointestinal
·          Perubahan rambut (warna menjadi kemerahan dan mudah dicabut)
·         Perubahan kulit (perubahan pigmentasi kulit)
·         Pembesaran hati
·         Tanda-tanda anemia
3.    Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, urin lengkap, feses lengkap, protein serum (albumin, globulin), elektrolit serum, transferin, feritin, profil lemak. Foto thorak, dan EKG.
Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.
Penatalaksanaan/ terapi
Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan darah. Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga diberikan.
Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam jangka waktu yang lama, memberikan makanan per oral dapat menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/ perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk memberikan suplemen yang mengandung enzim lactase. (Penatalaksaan gizi buruk menurut standar pelayanan medis kesehatan anak – IDAI (ikatan dokter anak Indonesia))
Prognosis
Penanganan dini pada kasus-kasus kwashiorkor umumnya memberikan hasil yang baik. Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat memperbaiki status kesehatan anak secara umum, namun anak dapat mengalami gangguan fisik yang permanen dan gangguan intelektualnya. Kasus-kasus kwashiorkor yang tidak dilakukan penanganan atau penanganannya yang terlambat, akan memberikan akibta yang fatal.
B.   Marasmus
 http://1.bp.blogspot.com/-LN0Egm8iZGQ/TZ-wie02EoI/AAAAAAAAAAU/8Huy5OFZnWE/s1600/marasmus-a-protein-energy-malnutrition.jpeg
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1)    Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit,pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan, akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2)    Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3)    Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosispilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4)    Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
5)     Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
6)    Gangguan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
7)    Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain telah disingkirkan.
8)    Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang akan menimbulkan marasmus.
9)    Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya marasmus meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus.
Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting yaitu : tubuh sendiri (host),  agent (kuman penyebab),  environment (lingkungan). Memang factor diet (makanan) memegang peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan. Gopalan menyebutkan marasmus adalah compensated malnutrition.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
Gambaran Klinis
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 – 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
Diagnosis
Diagnosis marasmus dibuat berdasarkan gambaran klinis, tetapi untuk mengetahui penyebab harus dilakukan anamnesis makanan dan kebiasaan makan serta riwayat penyakit yang lalu.
Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila penyebab diketahui.
Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
4.    Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.
5.    Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke atas.
6.    Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan.
7.     Pemberian imunisasi.
8.    Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
9.     Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
10.   Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.
Pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu mendapat perawatan di rumah sakit. Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap.
Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap pemberian makanan. Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/kg BB/hari atau rata-rata 50 kalori/kg BB/hari, dengan protein 1-1,5 g/kg BB/hari. Jumlah ini dinaikkan secara berangsur-angsur tiap 1-2 hari sehingga mencapai 150-175 kalori/kg BB/hari dengan protein 3-5 g/kg BB/hari. Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet tinggi kalori tinggi protein ini lebih kurang 7-10 hari. Cairan diberikan sebanyak 150 ml/kg BB/hari. Pemberian vitamin dan mineral yaitu vitamin A diberikan sebanyak 200.000. i.u peroral atau 100.000 i.u im pada hari pertama kemudian pada hari ke dua diberikan 200.000 i.u. oral. Vitamin A diberikan tanpa melihat ada/tidaknya gejala defisiensi Vitamin A. Mineral yang perlu ditambahkan ialah K, sebanyak 1-2 Meq/kg BB/hari/IV atau dalam bentuk preparat oral 75-100 mg/kg BB/hari dan Mg, berupa MgS04 50% 0,25 ml/kg BB/hari atau megnesium oral 30 mg/kg BB/hari. Dapat diberikan 1 ml vit Bc dan 1 ml vit. C im, selanjutnya diberikan preparat oral atau dengan diet. Jenis makanan yang memenuhi syarat untuk penderita malnutrisi berat ialah susu.
Dalam pemilihan jenis makanan perlu diperhatikan berat badan penderita. Dianjurkan untuk memakai pedoman BB kurang dari 7 kg diberikan makanan untuk bayi dengan makanan utama ialah susu formula atau susu yang dimodifikasi, secara bertahap ditambahkan makanan lumat dan makanan lunak. Penderita dengan BB di atas 7 kg diberikan makanan untuk anak di atas 1 tahun, dalam bentuk makanan cair kemudian makanan lunak dan makanan padat. Antibiotik perlu diberikan, karena penderita marasmus sering disertai infeksi. Pilihan obat yang dipakai ialah procain penicillin atau gabungan penicilin dan streptomycin.
Ø  Hal-hal yang lain perlu diperhatikan :
a)    Kemungkinan hipoglikemi dilakukan pemeriksaan dengan dextrostix. Bila kadar gula darah kurang dari 40% diberikan terapi 1-2 ml glukose 40%/kg BB/IV
b)    Hipotermi
Diatasi dengan penggunaan selimut atau tidur dengan ibunya. Dapat diberikan botol panas atau pemberian makanan sering tiap 2 jam. Pemantauan penderita dapat dilakukan dengan cara penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan serta tebal lemak subkutan. Pada minggu-minggu pertama sering belum dijumpai pertambahan berat badan. Setelah tercapai penyesuaian barulah dijumpai pertambahan berat badan. Penderita boleh dipulangkan bila terjadi kenaikan sampai kira-kira 90% BB normal menurut umurnya, bila nafsu makannya telah kembali dan penyakit infeksi telah teratasi.
Penderita yang telah kembali nafsu makannya dibiasakan untuk mendapat makanan biasa seperti yang dimakan sehari-hari. Kebutuhan kalori menjadi normal kembali karena tubuh telah menyesuaikan diri lagi. Sementara itu kepada orang tua diberikan penyuluhan tentang pemberian makanan, terutama mengenai pemilihan bahan makanan, pengolahannya, yang sesuai dengan daya belinya. Mengingat sulitnya merawat penderita dengan malnutrisi, maka usaha pencegahan perlu lebih ditingkatkan.
Prognosis
Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi, kematian sering disebabkan oleh karena infeksi; sering tidak dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri.
Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan. Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh akibat under nutrition.
C.   MARASMIK-KWASHIORKOR
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai :
Ø  Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
Ø  Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
Ø  Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
Ø  Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium. Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut.
7.    Penanggulangan Gizi Buruk
Upaya Kesehatan Mengatasi Masalah Gizi
·         Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif
1.    Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
2.    Perawatan balita gizi buruk
3.    Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
·         Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
1.    Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
2.    Revitalisasi posyandu.
3.    Pemberian suplementasi gizi.
4.    Pemberian MP – ASI bagi balita gakin
Kerangka Kerja Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk
·         Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
·         Komponen SKPG:
1. Keluarga
2. Masyarakat dan Lintas Sektor
3. Pelayanan Kesehatan
Peran Keluarga:
1.    Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang;
2.    Pola asuh ibu dan anak
3.    Pemantauan pertumbuhan anak
4.    Penggunaan garam beryodium
5.    Pemanfaatan pekarangan
6.    Peningkatan daya beli keluarga miskin
7.    Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin
Peran Masyarakat dan Lintas Sektor
1.    Mengaktifkan Posyandu: SKDN
2.    Semua balita mempunyai KMS,
3.    Penimbangan balita (D),
4.    Konseling,
5.    Suplementasi gizi,
6.    Pelayanan kesehatan dasar
7.    Berat badan naik (N) sehat dikembalikan ke peran keluarga
8.    BB Tidak naik (T1), Gizi kurang diberikan PMT Penyuluhan dan Konseling
9.    Berat badan Tidak naik (T2), BGM, Gizi buruk, sakit, dirujuk ke RS atau Puskesmas
Peran Pelayanan Kesehatan
1.    Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk
2.    Balita yang sembuh dan perlu PMT, perlu dikembalikan ke Pusat Pemulihan Gizi untuk diberikan PMT
3.    Balita yang sembuh, dan tidak perlu PMT, dikembalikan kepada masyarakat
Tujuan Penanggulangan Gizi Buruk
Tujuan Umum:
·         Menurunnya prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) menjadi setinggi-tingginya 15 % dan gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 2,5 % pada tahun 2014.
Tujuan Khusus:
1.    Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu, Puskesmas dan jaringannya.
2.    Meningkatnya cakupan suplementasi gizi terutama pada kelompok penduduk rawan dan keluarga miskin.
3.    Meningkatnya jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Tangga, Puskesmas dan Rumah Sakit.
4.    Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
5.    Berfungsinya Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG).
Kebijakan Operasional Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk
1.    Merupakan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah
2.    Pendekatan komprehensif: Mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan.
3.    Semua kabupaten/kota secara terus menerus melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat.
4.    Menggalang kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai tingkat.
5.    Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.
Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Gizi Buruk
·         Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan pertumbuhan pada balita utamanya baduta.
·         Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling gizi.
·         Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan tambahan dan diet khusus.
·         Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.
·         Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi.
·         Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
·         Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi keluarga.
8.    Salah Satu Program Penanggulangan Gizi Buruk
Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh pemerintah. PMT sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari, sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah makanan yang dimakan setiap hari dirumah. Pada saat ini program PMT tampaknya masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak balita dan anak-anak yang mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk.
Tujuan Pemberian Makanan Tambahan
Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita kurang gizi, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tiga kali berturut-turut tidak naik timbangannya serta yang berat badannya pada KMS terletak dibawah garis merah. Bahan makanan yang digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat dihasilkan setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan bahan makanan sumbar kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, ikan, sayuran hijau, kelapa dan hasil olahannya.
Komposisi PMT
Menurut Departemen Kesehatan RI seperti yang dikutip oleh Judiono (2003) bahwa prasyarat pemberian makanan tambahan pada anak usia pra sekolah adalah nilai gizi harus berkisar 200 – 300 kalori dan protein 5 – 8 gram, PMT berupa makanan selingan atau makanan lengkap (porsi) kecil, mempergunakan bahan makanan setempat dan diperkaya protein nabati/hewani, mempergunakan resep daerah atau dimodifikasi, serta dipersiapkan, dimasak, dan dikemas dengan baik, aman memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan. Pemberian makanan tambahan (PMT) diberikan dengan frekuensi minimal 3 kali seminggu selama 100 – 160 hari.
Komposisi bahan makanan untuk PMT antara lain :
Protein Nabati
Protein Hewani
Hidrat Arang
Sayuran
Buah-buahan
Kacang hijau
Daging sapi
Nasi
Daun bawang
Avokad
Kacang kedelai
Daging babi
Nasi tim
Daun kacang panjang
Apel
Kacang merah
Daging ayam
Bubur beras
Jamur segar
Anggur
Kacang tanah terkupas
Hati sapi
Nasi jagung
Kangkung
Belimbing
Kacang tolo
Didih sapi
Kentang
Tomat
Jambu biji
Oncom
Babat
Singkong
Kecipir
Jambu air
Keju kacang tanah
Usus sapi
Talas
Buncis
Duku
Tahu
Telur ayam
Ubi
Kol
Durian
Tempe
Telur bebek
Biskuit
Kembang kol
Jeruk manis
Protein Nabati
Ikan segar
Krakers
Pepaya muda
Kedondong
Mangga
Ikan asin
Maizena
Rebung
Nenas
Ikan teri
Tepung beras
Sawi
Nangka masak
Udang basah
Tepung singkong
Selada
Pepaya
Keju
Tepung sagu
Seledri
Pir
Tepung terigu
Tauge
Pisang ambon
Tepung hunkwe
Terong
Rambutan
Mi kering
Cabe hijau besar
Salak
Mi basah
Bayam
Sawo
Makaroni
Buncis
Sirsak
Daun singkong
Semangka
Daun pepaya
Buah-buahan
Jagung muda
Avokad
Jantung pisang
Apel
Genjer
Anggur
Kacang panjang
Belimbing
Nangka muda
Jambu biji
Pare
Jambu air
Wortel
Duku
Ketimun
Durian
KESIMPULAN
a.    Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-turut tidak naik)
b.    Gizi buruk atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan.
SARAN
Pada saat ini program PMT tampaknya masih perlu dilanjutkan mengingat masih banyak balita dan anak-anak yang mengalami kurang gizi bahkan gizi buruk.
Daftar Pustaka
http://almawaddah.wordpress.com/2009/02/07/cara-mendeteksi-gizi-buruk-pada-balita/

suplemen dan kebugaran


 

PERKEMBANGAN MUTAKHIR GIZI DAN KEBUGARAN
“SUPLEMEN DAN KEBUGARAN”
A.    PENDAHULUAN
Kebugaran merupakan suatu keadaan dimana tubuh selalu mempunyai energy untuk melakukan aktifitas fisik secara optimal. Setiap selesai melakukan kegiatan maka tubuh selalu mempunyai cadangan energy untuk melakukan kegiatan berikutnya tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Kebugaran merupakan dasar untuk membangun tubuh yang sehat, dan tubuh yang sehat akan lebih produktif dan dapat terhindar dari berbagai macam penyakit serta waktu datangnya penyakit degeneratif lebih lama. ( Eko Dwi Martini, 2011)
Siapa yang tidak ingin punya tubuh bugar. dengan seabrek pekerjaan ditambah kegiatan di luar kantor, diperlukan tubuh yang tidak hanya sehat tapi juga bugar. Bugar diartikan bisa melakukan berbagai aktivitas tanpa kelelahan berarti,  orang yang sibuk, terutama yang hidup di kota besar, biasanya pola makannya tidak teratur. ( Eko Dwi Martini, 2011)
Banyak yang mengartikan kebugaran sebagai aktivitas fisik,bertubuh ramping, berotot, dan bebas dari segala penyakit. Sesung­guhnya kebugaran lebih merujuk pada setiap aspek kesehatan fisik, emosi, maupun mental yang satu sama lain saling berkaitan.( Eko Dwi Martini, 2011)
Sese­orang dikatakan bugar bila ia memiliki:
1.      Stamina dan pandangan positif dalam mengatasi tantangan mental dan perubahan emosi sehari-hari.
2.      Berisiko rendah terkena berbagai masalah kesehatan, ter­masuk seperti penyakit jantung,kanker dan diabetes.
3.      Memiliki kesempatan untuk selalu tampil sehat.
4.      Memiliki kekuatan fisik untuk mempertahankan dan melin­dungi diri dalam keadaan darurat.
5.      Memiliki kesempatan lebih dalam meningkatkan kualitas hidup serta harapan berusia panjang.
Jika telat makan, tubuh akan kurang pasokan energi atau bahan bakar. Akibatnya cadangan energi tubuh dibongkar , bila cadangan energi selalu dibongkar akan timbul kelelahan yang lebih cepat, lebih berat, dan berkepanjangan. Jika tubuh bugar kalaupun mengalami kelelahan akan cepat pulih. Agar seseorang bugar diperlukan makan sehat yang mengandung energi serta zat gizi. Sumber energi dan zat gizi Ini akan membentuk sel-sel tubuh, misalnya, sel darah merah sehingga kondisi tubuh prima. Sel otak juga akan berfungsi baik, dimana seseorang bisa berpikir, belajar, mengingat, dan berkonsentrasi (Eko Dwi Martini, 2011).
Namun sebagian besar masyarakat berasumsi bahwa untuk mendapatkan kebugaran yang optimal, mereka biasanya mengkonsumsi suplemen seperti minuman berenergi, vitamin B, C, dan E dosis tinggi. Sebenarnya zat gizi tersebut banyak terdapat dalam buah sayur dan makanan lainnya, namun mereka kadang tidak dapat atau tidak mau mengkonsumsinya dengan berbagai alasan.
Suplemen makanan menjanjikan manfaat untuk menjaga vitalitas tubuh. Namun, kini banyak produsen yang mengklaim produknya secara salah memiliki khasiat untuk “mengobati”. Sejak awal, nutraceutical boleh dijual bebas tetapi tidak boleh mencantumkan label “memiliki khasiat menyembuhkan penyakit” (baik preventif maupun kuratif) sehingga khasiatnya tidak perlu dibuktikan melalui uji klinis.
Kesibukan hidup di kota besar juga sering kali membuat warganya tidak sempat lagi menjaga kesehatannya dengan cara-cara seperti berolahraga, tidur cukup, dan makan makanan seimbang. Sebagai gantinya, cara lebih praktis pun diambil, misalnya, dengan mengonsumsi suplemen kesehatan.


1.       
B.     PERKEMBANGAN PRODUK SUPLEMEN
Suplemen kesehatan adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat, yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral, dan asamasam amino, sedangkan yang bersifat menyembuhkan umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang memiliki khasiat meyembuhkan.
Pada umumnya, suplemen makanan kesehatan berasal dari bahan-bahan alami tanpa tercampur bahan kimia sintetik (murni alami) dan merupakan sari pati (ekstrak) bahan makanan. Kemudian berkembang produk food supplement dengan dosis tinggi (lebih tepat dikatakan “porsi tinggi”) atau yang mengandung herbal tertentu untuk membantu penyembuhan. Dari segi fungsinya, banyak produk suplemen makanan tersebut tidak lagi sebagai pelengkap asupan nutrisi tetapi sudah meningkat menjadi pendamping obat.
Di Indonesia, suplemen makanan sehat dimasukkan ke dalam kategori “makanan” atau didaftar sebagai “obat tradisional produk-produk makanan tambahan”, sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang BPOM) No. HK 00.063.02360, semula dikenal sebagai produk yang digunakan untuk melengkapi makanan. Produk tersebut mengandung satu atau lebih bahan nutrisi tertentu, yaitu vitamin, mineral, ekstrak herba, dan asam amino untuk mencapai Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Kebutuhan pemakaian suplemen berkembang dengan semakin disadari bahwa banyak keluhan kesehatan terjadi karena terganggunya keseimbangan fungsi tubuh. Akibatnya mudah terjadi infeksi, alergi, dan gangguan lain yang akhirnya muncul sebagai gejala penyakit. Pada awalnya penggunaan suplemen masih terbatas untuk mengembalikan fungsi metabolik di mana seluruh proses tersebut dikendalikan oleh enzim sebagai katalis reaksi kimia tubuh yang membuat selsel bekerja secara optimal. Umumnya, enzim terdiri atas protein khusus yang dinamakan apoenzim, dan memerlukan suatu kofaktor tertentu yang biasanya adalah suatu vitamin atau mineral. Karena itu, pada konsep mikronutrien yang konvensional (vitamin dan mineral) disebut sebagai bahan esensial yang dibutuhkan tubuh. Jika dari makanan saja tidak cukup, maka untuk memenuhi kekurangannya bisa ditambah dari suplemen makanan.
Dalam perkembangannya penggunaan vitamin dalam dosis tinggi dimaksudkan untuk mengatasi radang dan untuk meningkatkan imunitas tubuh. Disarankan vitamin C dosis 1.000 mg (yang biasanya untuk suplemen harian cukup 60mg) untuk meningkatkan sistem imun dalam mengatasi infeksi ringan (misalnya, flu atau saluran pernapasan bagian atas). Kemudian vitamin A dengan dosis 25.000 IU (International Unit) untuk meningkatkan kekuatan dan kandungan kolagen dalam usaha mempercepat penyembuhan luka. Berikutnya, penggunaan suplemen tidak lagi terbatas pada vitamin dan mineral saja karena untuk mengembalikan kesegaran tubuh semakin banyak digunakan herbal tertentu, misalnya ginseng, sebagai bagian dari komposisi produk.
Seiring dengan kampanye kembali ke alam (back to nature), dari berbagai penelitian ternyata ditemukan begitu banyak bahan nutrisi penting lainnya yang dapat membantu penyembuhan. Penambahan flavonoid (suatu substansi mirip vitamin) dari daun Ginkgo biloba, misalnya, dapat meningkatkan efektivitas pengobatan infeksi berat. Karena itu, sekarang batasan suplemen nutrisi semakin melebar sampai mencakup zatzat nutrisi dan penyembuh yang terdapat pada herbal dan bahan obat alami lainnya. Bila disebutkan “suplemen”, maka kita menjumpai produkproduk untuk membantu mengoptimalkan fungsi metabolik, sistem imunitas, detoksifikasi, meredakan radang (inflamatorik), dan menyeimbangkan sistem hormonal dan endokrin.
Dalam pengobatan konvensional, yang dimaksud dengan suplemen adalah termasuk bahan pelengkap metabolism untuk menghambat nafsu makan (anoreksigenikum), obat untuk menurunkan lemak dan kolesterol (antilipidemikum), obat untuk memperbaiki status gizi (dietikum), penyegar tubuh (tonikum), pembangkit tenaga/semangat, dan obat untuk memperbaiki sistem metabolik organ tertentu.
Sementara dari segi pengelompokannya, yang termasuk suplemen adalah vitamin, mineral, asam amino, enzim, hormon, antioksidan, herba, dan probiotik. Ada dalam bentuk sediaan tunggal atau kombinasi untuk mendapatkan efek penyembuhan tertentu.
Vitamin
Vitamin membantu metabolisme tubuh dan produksi energi. Vitamin terdiri atas 13 jenis yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok vitamin tidak larut air (A, D, E, dan K) dan vitamin larut air (B kompleks, asam folat, biotin, dan C).
Mineral
Mineral adalah nutrien mikro yang sangat dibutuhkan tubuh terutama untuk proses metabolisme. Sekurangkurangnya, ada 22 jenis mineral bagi kelangsungan hidup manusia.
Mineral dikelompokkan dalam 2 kategori. yaitu mayor dan minor berdasarkan tingkat asupannya (bukan berdasarkan kebutuhannya). Jika mineral diperlukan dalam tingkat asupan lebih besar dari 100 mg per hari, maka dimasukkan ke dalam kelompok mineral mayor. Termasuk mineral mayor adalah kalsium, fosfor, kalium, natrium, klorida, magnesium, dan sulfur, sedangkan yang termasuk mineral minor atau trace mineral adalah boron, kromium, kobalt, copper, fluoride iodin, besi, mangan, molybdenum, selenium, silikon, vanadium, dan seng.
Enzim
Enzim membantu proses metabolisme di dalam tubuh. Enzim banyak terdapat pada makanan segar karena enzim sangat peka terhadap panas dan akan rusak dalam proses pemasakan dan pasteurisasi. Enzim berperan penting bagi kehidupan dengan cara menjalankan seluruh metabolisme tubuh. Kita tidak dapat mencerna atau menyerap makanan dan kita pun bisa mati jika tidak ada enzim dalam tubuh. Enzim adalah biokatalisator spesifik yang bergabung dengan koenzim (vitamin dan mineral) yang menjalankan roda kehidupan melalui metabolisme agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada umumnya kita sudah mengetahui kegunaan vitamin dan mineral bagi tubuh, akan tetapi kemungkinan besar Anda tidak menyadari bahwa vitamin tidak akan diaktifkan dalam tubuh sebelum bergabung dengan enzim. Suatu enzim bekerja dengan beberapa cara yang spesifik dalam tubuh, yakni dalam bentuk mencerna makanan, memecah toksin, membersihkan darah, memperkuat sistem imun, membentuk protein menjadi otot, menghilangkan karbon dioksida dari paruparu, mengurangi stress dalam pankreas dan organ vital lain.
Asam Amino
Asam amino bisa didefinisikan sebagai kumpulan besar satuan organik, yang mewakili produk akhir dari mata rantai protein. Semua protein dari asam amino.
Tidak ada kehidupan tanpa protein. Pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi semuanya bergantung pada protein, dan protein tergantung pada tersedianya asam amino dalam jumlah yang tepat. Pada waktu tubuh menerima protein, protein tersebut harus dipecah dulu menjadi asam amino, dan barulah bisa diserap tubuh. Proses ini terjadi di dalam usus halus. Dari situ, fragmen atau pecahanpecahan protein dibawa aliran darah ke hati, kemudian disimpan untuk cadangan. Ketika dibutuhkan oleh tubuh, fragmen tersebut akhirnya menggabung kembali menjadi tipe protein yang dibutuhkan oleh setiap jenis sel yang khusus.Semua asam amino terdiri atas satu atom karbon, satu kelompok amino (yang mengandung nitrogen), dan satu kelompok karboksil. Tumbuhtumbuhan mensintesis Asam Amino dari 3 sumber, yakni
·         Lahan tempat tumbuh yang mensuplai nitrogen dan sulfur yang dibutuhkan,
·         Air yang memberikan oksigen dan hidrogen, dan
·         Karbon dioksida dari atmosfer yang memberikan karbon dan oksigen.
Dengan bantuan bakteribakteri yang mensintesis jamur, dan tumbuhtumbuhan menyatukan semua elemen tersebut menjadi asam amino. Binatang tidak bisa mensintesis asam amino dari elemenelemen dasar tersebut. Mereka mendapatkan dari asupan asal tumbuhtumbuhan. Dengan demikian sumber utama untuk protein (termasuk disini daging dan ikan), adalah dari sayursayuran.
Defisiensi asam amino mungkin dikarenakan malnutrisi protein. Defisiensi ini pada umumnya diasosiasikan dengan pola makan yang kurang baik, pencernaan yang terganggu atau masalah penyerapan makanan, kondisi stress, trauma, infeksi, penggunaan obatobatan, defisiensi nutrien yang lain seperti vitamin dan mineral, dan disfungsi yang berkaitan dengan proses penuaan.
Karena asam amino berperan demikian besar dalam struktur, dan fungsi tubuh, serta untuk mempertahankan kesehatan dan melawan penyakit, perlu adanya cara pengujian untuk mengevaluasi kehadirannya dalam tubuh. Pada tahuntahun terakhir ini telah banyak dilakukan penelitian ilmiah. Prosedur pengujian telah mengindikasikan tidak hanya status nutrisional dan metabolik sang pasien, tetapi juga efek dari faktorfaktor seperti stress, trauma, dan penggunaan obatobatan. Kondisi defisiensi asam amino sebagai akibat dari halhal tersebut di atas bisa diperbaiki dengan suplementasi asam amino yang tepat.
Hormon
Hormon adalah suatu zat kimia yang diproduksi tubuh secara spesifik dan berperan mengatur berbagai proses fisiologis tubuh yang menentukan siapa kita, dimulai dari pertumbuhan, reproduksi metabolisme yang membuat kita tetap hidup. Hormon pulalah yang membedakan jenis kelamin kita. Inilah pasukan penyampai pesan yang membuat tubuh kita bereaksi terhadap segala rangsangan yang berasal dari luar.
Hormon diproduksi oleh suatu kelenjar bantu yang disebut kelenjar endokrin, untuk kemudian diangkut melalui darah ke organ dan jaringan tempat berperannya dalam pengaturan fungsi dan kegiatan jaringan tersebut.
Hormon mengendalikan kita, karena itu kita harus mampu mengendalikan hormon agar fungsinya berjalan sewajarnya. Terutama hormon stress, jangan dibiarkan terlalu aktif karena akibatnya kita menjadi stress berat. Cara terbaik untuk mempertahankan keseimbangan hormon, adalah dengan pola makan yang sehat, tidur cukup, dan berolahraga secara teratur sesuai kebutuhan. Tetapi ada saatnya kita perlu tambahan hormon dari luar, misalnya sebagai terapi sulih hormon pada masa menopause, dengan hormon alami dari tanaman atau hormon sintetis atau saat menjalani program Keluarga Berencana (KB). Tetapi dianjurkan kita tidak mainmain dengan hormon sebelum berkonsultasi dengan dokter, sebaiknya jangan cobacoba menggunakan produk yang mengandung hormon. Misalnya, yang sering digunakan pria untuk meningkatkan kemampuan seksualnya, karena ini termasuk hal yang berbahaya. Hormon tersebut bisa menjadi “kunci palsu” yang kelak mengatur tuan rumahnya, dan meninggalkan bibit penyakit kanker, dan sifat hormon itu reaksinya tidak bolak balik (irreversible). Apabila terjadi sesuatu dengan penambahan dari luar, maka ketika penambahan dihentikan, tidak serta merta gejala itu akan berhenti.
Antioksidan
 Antioksidan adalah segala bentuk substansi yang pada kadar rendah secara bermakna dapat mencegah atau memperlambat proses oksidasi (proses dimana terjadi pengurangan atau pemindahan jumlah elektron dalam reaksi kimia). Jenisjenis antioksidan yang banyak beredar di pasaran adalah vitamin C, vitamin E, Koenzim Q10, Nasetilsistein (NAC), betakaroten. Masalah oksidan (radikal bebas) dan antioksidan dewasa ini telah menjadi perhatian serius banyak kalangan.
Keadaan patologik dapat timbul akibat radikal bebas yang berlebihan. Misalnya, pada wanita yang memakai kontrasepsi hormonal (suntik, pil, susuk) sering timbul perdarahan. Perdarahan yang terjadi ternyata sebagai akibat dari timbulnya iskemia jaringan (kekurangan darah pada jaringan). Iskemia jaringan inilah yang justru melepaskan radikal bebas berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan jaringan.
Salah satu cara penanggulangannya adalah dengan pemberian antioksidan vitamin E yang terbukti dapat melindungi selsel dari kerusakan yang ditimbulkan oleh perdarahan.
Probiotik
Probiotik membantu proses pencernaan dengan cara memecah makanan menjadi komponenkomponen individualnya seperti lemak, asam amino, karbohidrat, vitamin, dan mineral agar bisa diserap tubuh. Probiotik juga meningkatkan penyerapan mineral, mensintesis mikronutrien terutama vitamin B2, B6, B12, K, Biotin, dan Asam Folat.
Probiotik mengaktifkan sistem kekebalan umum, dan yang penting dalam berperan mencegah dan membatasi pertumbuhan bakteri patogen yang jahat seperti Salmonella, Clostridia, dan EColi. Bakteribakteri jahat ini selain menghalangi penyerapan nutrisi juga menciptakan gangguan pencernaan yang bisa berujung pada penyakit yang lebih serius. Halhal yang berpengaruh pada kestabilan flora usus di atas adalah infeksi karena bakteri, stress, pengobatan dengan antibiotik, pola makan yang jelek, kemoterapi dan radiasi, dan iklim.
Konsep suplementasi probiotik sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Namun, secara ilmiah baru diungkap pada tahun 1907 terhadap bangsa Bulgaria yang tetap sehat di usia lanjut, karena kebiasaan mereka minum yogurt setiap hari. Suplementasi probiotik adalah penerapan strategi “penyingkiran secara kompetitif”. Dengan pemberian suplemen probiotik, bakteribakteri yang baik mengambil “posisi pintu masuk” sehingga menghalangi usaha bakteri patogen untuk bisa mapan dan berkembang menjadi bakteri yang predominan. Suplemen probiotik bisa diperoleh dengan 2 cara:
1.      Melalui makanan dan minuman berupa produk susu fermentasi:
2.      Melalui sediaan murni probiotik berupa tablet, kapsul, atau granula.
Beberapa fungsi suplemen adalah sebagai berikut :
a.      Memperkuat sistem imun
Sistem imun menghalau penyerang yang menginfeksi tubuh anda saat kuman (bakteri, virus, jamur) telah melewati kulit dan mukosa yang menjadi garis pertahanan pertama. Tim pertahanan ini juga melindungi tubuh dari serangan sel kanker dari dalam. Atau, akibat dari banyak faktor dalam gaya hidup kita yang merusak sistem imun, misalnya gula, lemak, minuman beralkohol, stress, dan gizi yang buruk. Untuk memperbaiki sistem imun yang menurun karena gizi yang buruk, Anda memerlukan beta karoten (prekursor vitamin A), vitamin C, vitamin E, seng, selenium, asam lemak esensial, dan nutrien lain dari kelompok vitamin B kompleks yang diperlukan tubuh (vitamin B1, B2, B6, B12), asam pantotenat dan biotin. Selain itu, Anda perlu meningkatkan fungsi imun dengan dukungan nutrisi, yaitu vitamin A, beta karoten, vitamin C, vitamin E, seng, selenium, kolostrum (imunoglobin dalam air susu ibu), echinacea, aloe Vera, astragalus, goldenseal, jamur shiitake, bawang putih, ginseng Korea, ginseng Siberia, bromelain (enzim buah nanas), dan ekstrak timus (dari sapi). Untuk melawan infeksi, Anda dapat menggunakan goldenseal, bawang putih, lidah buaya, akar licorice, dan minyak pohon teh, sedangkan untuk mengatasi infeksi virus digunakan akar licorice, lemon balm, lidah buaya, astragalus, bawang putih, dan echinacea. Untuk infeksi jamur digunakan minyak pohon teh, bawang putih, dan goldenseal. Untuk infeksi parasit dapat dipakai bawang putih, goldenseal, dan ginkgo.
b.      Menetralkan racun tubuh
Sebenarnya racun perusak tubuh tidak hanya berasal dari polusi lingkungan saja tetapi juga sampah hasil proses metabolisme tubuh yang buruk, yang justru lebih berbahaya. Dalam keadaan normal, hati dan proses detoksifikasi tubuh dapat menghilangkan sampah toksik tubuh. Untuk meningkatkan fungsi hati diperlukan antioksidan nutrisional (betakaroten, vitamin C, E, klorofil, bioflavonoid, karotenoid, glutation, dan selenium), koenzim Q10, katekin, dan milk thistle. Agar hati terlindung dari infiltrasi lemak disarankan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan memperbanyak serat larut air di dalam makanan. Nutrien lain yang diperlukan adalah kolin, metionin, betain, asam folat, karnitin, dan vitamin B12.Untuk meningkatkan aliran empedu guna mendetoksifikasi yang melindungi hati diperlukan akar dandelion, daun artichoke, dan kunyit. Meningkatkan regenerasi hati adalah ekstrak hati, dan milk thistle. Detoksifikasi dapat pula terjadi melalui proses konyugasi (pengikatan) oleh enzim di hati untuk menetralkan racun agar mudah dibuang melalui urin. Suplementasi dengan asam amino 1sistein, sulfat anorganik, dan taurin dapat membantu proses tersebut. Sulfat anorganik banyak terdapat pada bawang putih, bawang merah, dan bawang lainnya. Selain itu, glisin digunakan sebagai penolong untuk menetralkan toksik pada banyak kasus keracunan. Lainnya adalah sayuran dari keluarga brassica (kubis, kembang kol, brokoli) yang mengandung flavonoid dan karbinol. Untuk memperbaiki kesehatan usus digunakan goldenseal, bawang putih, probiotik, prabiotik, quercetin, antioksidan (beta karoten, vitamin C, vitaminE, seng, selenium, dan enzim superoksida dismutase. Untuk menurunkan beban toksik usus diperlukan probiotik (laktobasilus), frukto oligosakarida (serat larut air yang banyak terdapat pada bawang, asparagus, pisang), dan serat diet lainnya. Menetralkan radikal bebas digunakan vitamin E, C, karotenoid (betakaroten, likopen (pigmen merah pada tomat), lutein, zeaksantin, flavonoid, enzim antioksidan (superoksida dismutase, katalase, glutation peroksidase), antioksidan tubuh (glutation, koenzim Q10, melatonin), dan anti oksidan herba (silimarin, oligomer). Untuk menetralkan racun tubuh digunakan betakaroten, vitamin C, vitamin E, dan klorofil, sedangkan toksik karsinogen diatasi dengan limonen (dari biji
jeruk, jeruk keprok, jintan), naringenin (biji anggur), dan kurkumin (kunyit).
c.       Menormalkan fungsi anti radang
Inflamasi atau radang merupakan fungsi tubuh yang penting untuk memberi sinyal atas tubuh yang sedang bermasalah di tempat itu, atau penting untuk membuang sel yang mati dan racun, melawan kuman, dan memulai proses reparasi jaringan tubuh yang rusak. Sayangnya, gaya hidup kita justru seringkali menyebabkan proses inflamasi terjadi secara berlebihan dan tidak terkendali. Akibatnya jaringan dan organ penting tubuh menjadi rusak sehingga muncul gejala
penyakit inflamatorik kronis (artritis rematoid) dan autoimun (skelosis ganda, lupus eritematosus sistemik). Untuk memadamkan reaksi inflamatorik diperlukan: vitamin C, vitamin E, kuersetin, asam lemak esensial (minyak biji rami, borage, black currant, evening primrose oil), minyak ikan (asam eikosa pentatenoat), selenium, witch hazel, kunyit, bromelain, feverfew, dan akar licorice.
d.      Mengoptimalkan fungsi metabolik
Seluruh proses tubuh tergantung pada enzim yang mengarahkan reaksi kimia agar selsel bekerja sesuai dengan fungsinya. Semakin baik berfungsi semakin kita merasa sehat dan energik. Namun bagi sebagian besar orang, system metabolisme itu tidak bekerja dengan baik, karena berbagai alasan seperti berikut:
·         Defisiensi nutrisi (malnutrisi) : Tidak adanya mikronutrien yang diperlukan fungsi enzim dengan baik, adanya toksin lingkungan yang merusak enzim, dan kelemahan genetik yang membuat enzim tidak berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan nutrisi yang optimal diperlukan makanan lengkap yang seimbang dengan kecukupan asupan zat gizi penting (vitamin dan mineral).
·         Pencernaan buruk (maldigesti) : Gangguan ini sangat umum terjadi di tengah masyarakat kita.
·         Penyerapan tidak baik (malabsorpsi) : Biasanya terjadi karena alergi makan atau infeksi usus.
Kondisikondisi tersebut di atas dapat diperbaiki dengan cara memperbaiki asam lambung dengan asupan seng, zat pahit (herbal bitters), suplemen asam hidroklorida (ekstraksi pankreas), amilase (ekstraksi Aspergilus orizae), Mg (sebagai kofaktor enzim), dan kromium (Cr).
e.       Menyeimbangkan sistem hormonal
Sistem hormonal atau endokrin adalah salah satu dari dua sistem pengendali utama setelah sistem saraf. Pada umumnya, sistem hormonal mengendalikan fungsi metabolisme tubuh yang berhubungan dengan tingkat produksi energi, kecepatan aktivitas enzim, dan penyerapan serta pengiriman beberapa mineral penting ke jaringan sel tubuh. Selain itu, hormon juga mengendalikan pertumbuhan, fungsi seksual, dan tekanan darah.
f.       Meningkatkan fungsi tiroid
Gangguan kelenjar tiroid yang mengendalikan kecepatan aktivitas metabolik tubuh diatasi dengan suplementasi yodium yang diperoleh dari garam dapur, sayuran dari keluarga brassica (radis, kubis, rutabags, mustard hijau, lobak), akar cassava, kedelai, kacang, pine nuts, dan millet. Kemudian juga diperlukan yodium, seng, tembaga, vitamin A, B2, B3, B6,
dan C.
g.      Mengatasi gangguan hormon steroid
Gangguan hormon steroid (berperan penting dalam tubuh untuk membentuk hormon reproduksi, estrogen dan testosteron) dapat disebabkan oleh merokok, stress, dan penuaan.
·         Testosteron : Untuk meningkatkan hormon pria ini diperlukan seng (dalam bentuk Zn picolinate) dan ginseng.
·         Estrogen : Untuk meningkatkan hormon wanita ini diperlukan fitoestrogen yang banyak terdapat pada family umbelliferae (fennel, seledri, dan peterseli), famili brassica (kubis, brokoli, dan brusel), kecambah, kedelai, kacangkacangan, gandum lengkap, apel, dan alfalfa. Fitoestrogen ini perlu dikonversi lebih dahulu menjadi senyawa estrogenik yang aktif secara biologis oleh probiotik atau bakteri usus yang bersahabat (Lactobacillus acidophilus, Bifidobacterium bifidus), memerlukan probiotik, serat larut air, yang banyak terdapat dalam kacangkacangan, oatbran, pisang, dan sebagainya. Herba penyeimbangnya adalah Dong quai, alfalfa, cengkeh merah (red clover), akar licorice, black cohosh, fennel (adas), dan anise (pekak).
·         Progesteron : Untuk menormalkan kadar progesteron (pengatur siklus menstruasi) diperlukan seng, vitamin A, C, dan akar licorice.
·         Menopause : Khusus masalah menopause dapat diatasi dengan vitamin E, hesperidin, asam ferulat, dong quai, akar licorice, vitex, black cohosh, dan Ginkgo biloba.
·         PMS : Untuk mengatasi gangguan PMS (sindroma pramenstruasi), yang berguna adalah vitamin B6, Mg, dan vitex.
·         Infertilitas : Untuk mengatasi infertilitas (ketidaksuburan) wanita diberikan trace mineral (Zn, Cu, dan Se). Herba yang berguna adalah squaw vine, heloniasis, dan black haw. Pada pria, infertilitas diatasi dengan antioksidan (vitamin C, betakaroten, selenium, dan vitamin E), seng, serta vitamin B12.
h.      Memperlambat proses penuaan
Degenerasi progresif atau penuaan terjadi bersamaan dengan peningkatan usia sebagai fakta yang tak dapat dihindari. Tetapi kecepatan proses penuaan itu ternyata tidak sama untuk setiap orang. Gaya hidup yang tidak sehat dan lingkungan penuh toksin sangat mempercepat proses penuaan.
·         Untuk memperlambat proses degenerasi dan agar reparasi jaringan tubuh dapat lebih cepat, disarankan makan buah dan sayuran yang juga terbukti baik untuk memperbaiki pencernaan. Juga lengkapi dengan multivitamin dan mineral suplemental. Yang perlu ditambahkan adalah vitamin E, C, Se, Mg, asam lemak esensial, teh hijau, ginseng Korea, dan ginseng Siberia.
·         Untuk mempercepat penyembuhan luka dan mencegah jaringan parut diperlukan vitamin C, besi, alfaketoglutarat, asam amino prolin dan lisin yang dikenal sebagai bahan pembentuk jaringan kolagen. Jaringan ikat memerlukan vitamin A, B6, Cu, dan Zn. Herba penyembuh luka adalah Gotu kola. Istirahat dengan tidur yang cukup diperlukan dalam proses tubuh melakukan reparasi. Untuk membantu proses tersebut diperlukan melatonin, valerian, dan glutation.
·         Untuk memasok gizi penting ke seluruh jaringan diperlukan aliran darah yang baik.
·         Untuk mempertahankan agar arteri darah tetap terbuka diperlukan bawang putih, niasin, minyak biji kopi Arabica (mengandung kahweol), glucomannan (dari akar pohon Konjac). Baik pula dikonsumsi ekstrak daun Gymnema sylvestre yang mampu mengatasi kadar kolesterol tinggi. Demikian pula ginkgo, asam lemak omega3, glikosaminoglikan (ekstrak aorta hewan) yang semuanya berguna untuk menjaga kesehatan pembuluh darah.
·         Untuk memperkuat jantung dapat digunakan koenzim Q10 dan Hawthornberry. Untuk memperbaiki aliran darah ke otak diperlukan Ginkgo, vitaminB6, B12, asam folat, serta asam lemak esensial DHA.
·         Untuk mempertahankan fungsi penglihatan (mata) adalah karotenoid (lutein, zeaxanthin), vitamin C, E, selenium, dan ginkgo.
·         Untuk mencegah kanker digunakan karotenoid, vitamin C, E, selenium(sebagai natrium selenat), serat diet, ditioltion, glikosinolat, indol,isotiosianat, flavonoid, fenol, inhibitor protease, fitosterol, senyawa allium, dan limonene. Herba yang berguna adalah jamur shiitake, bawang putih, dan teh hijau.
·         Makanan lain seperti kedelai, beberapa padipadian (terutama rye), bijibijian (terutama ramiflaxseed) mengandung senyawa lignin (matairesinol dan enterediol), dan isoflavonoid (genestein dan daidzein dari kedelai). Senyawa tersebut dikonversi oleh bakteri probiotik di usus menjadi fitoestrogen yang membantu menurunkan risiko kanker.
·         Depresi : Untuk mengatasi depresi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi St.John’s Wort, dan ginkgo.
·         Disfungsi seksual : Ginkgo, yohimbin (dari kulit pohon Pausinystalia johimbe), muria puama (Ptychopelum olacoides) berkhasiat mengatasi keluhan disfungsi seksual secara alami.
·         Pembesaran kronis prostat : Untuk mengatasi gangguan prostat dapat dibantu dengan manfaat Zn, saw palmetto, asam lemak esensial, dan cernilton.
KAJIAN MENGENAI SUPLEMEN
Penelitian seputar kesehatan terus berkembang setiap saat. Dalam Survei Kesehatan dan Kesejahteraan Indonesia 2010 yang dilakukan oleh Philips dengan melibatkan 1.004 responden terungkap bahwa 49 persen penduduk rutin mengonsumsi vitamin atau suplemen. Wanita merupakan kelompok yang paling banyak mengonsumsi suplemen (52 persen), sedangkan pria hanya 45 persen.
Hasil survei juga menunjukkan, 13 persen masyarakat masih percaya pada herbal atau pengobatan tradisional untuk mencegah penyakit. Sementara itu, 14 persen responden menjawab, mereka menerapkan pola makan tertentu untuk menjaga kesehatannya.
Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Ir Asih Setiarini, Msc menyatakan bahwa konsumsi suplemen dan multivitamin sesungguhnya tidak diperlukan jika tubuh mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang secara cukup. Beliau menambahkan, meskipun suplemen dan multivitamin bermanfaat untuk tubuh, mengonsumsi makanan alami bergizi seimbang akan lebih memberikan keuntungan untuk kesehatan tubuh. Jika asupan makanan sehat seimbang harian beliau mengatakan sudah cukup, tubuh tidak perlu lagi multivitamin ataupun suplemen. Sebab makanan yang kita konsumsi dari bahan alami justru bisa memberikan tambahan zat gizi lain yang bermanfaat untuk tubuh.
Guru Besar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rianto Setiabudy mengatakan bahwa penggunaan suplemen, seperti vitamin dan antioksidan, adalah gaya hidup, bukan sesuatu yang esensial.
           


C.     PENUTUP
Proses pencapaian kebugaran tidak terlepas dari pengaturan gizi, dampak perubahan gaya hidup dan peningkatan angka harapan hidup  maka konsep bugar mulai diterapkan. Konsep bugar yang dimaksud adalah kemampuan untuk hidup aktif dan sehat itu membutuhkan kualitas gizi yang baik. Kualitas gizi yang baik didapat dari asupan makanan. Konsumsi suplemen dan multivitamin sesungguhnya tidak diperlukan jika tubuh mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang secara cukup.
Sebaiknya masyarakat harus mengetahui bahwa kebugaran tidak hanya semata didapat dari suplemen saja. Namun asupan gizi yang seimbang adalah factor utama penentu kebugaran tubuh. Suplemen hanya sebagai pelengkap jika tubuh kekurangan zat gizi dari asupan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Didik. Pengertian Dasar Produk Suplemen. Materi kuliah produk suplemen.

Baku Rujukan WHO 2005



A.  Definisi
Baku Rujukan adalah tabel yang berisi daftar normatif sebagai pembanding dalam menilai status gizi. Baku Rujukan dibuat dengan aturan-aturan yang ketat yang harus mewakili penduduk yang sehat yang mencapai pola pertumbuhan yang optimal. Idealnya baku rujukan disesuaikan dengan pola pertumbuhan ras yang bersangkutan. Akan tetapi untuk kebutuhan perbandingan, WHO menganjurkan satu Baku Rujukan untuk dipakai pada semua negara. Agar dapat dibandingkan prevalesni status gizi, untuk mengevaluasi kemajuan suatu negara, maka data harus dikumpulkan dengan metode yang sama dan menggunakan Baku Rujukan yang sama.
Baku Rujukan dikeluarkan oleh badan resmi yang mengurusi masalah kesehatan dan gizi. Untuk level dunia, tentunya WHO dan pada level negara adalah Kementrian Kesehatan negara yang bersangkutan (Indonesia : Depkes).
Sepanjang sejarah, baru 2 Baku Rujukan yang dipakai secara international yaitu Baku Rujukan Harvard dan Baku Rujukan WHO-NCHS. Baku Rujukan Harvard dipublikasikan tahun 1966 oleh Derrict B. Jelliffe dalam bukunya “The Assessment of Nutritional Status of Community”. Baku Rujukan The Turner Refference Population hanya dipakai di Amerika dan Canada. Baku Rujukan kedua yang sangat terkenal itu adalah Baku Rujukan WHO-NCHS (WHO, Nationa Center for Health Statistics) yang dipubikasikan tahun 1983 di dalam majalah suplemen WHO ” Measuring Change of Nutritional Status”.
Baku Rujukan ini disusun oleh NCHS (Badan Riset Kesehatan Amerika, di bawah CDC = center for decease control), kemudian diadopsi oleh WHO, maka jadilah Baku Rujukan WHO-NCHS.
Indonesia baru akan menerapkan Baku Rujukan ini pada tahun 1990 dengan digelarnya Lokakarya Nasional Antropometri di Ciloto. Lokakarya merekomendasikan 10 point, diantaranya adalah : Gunakan Baku Rujukan WHO-NCHS dan cara menilai status gizi dengan menggunakan kaidah ZScore (simpangan baku, sebelumnya menggunakan persen terhadap median).
Sepuluh tahun kemudian (tahun 2000), dievaluasi, ternyata baku rujukan ini jalannya terseok-seok, terutama berkaitan dengan cut off status gizi dan penggunaan istliah yang sama untuk setiap indeks (BB/U, TB/U dan BB/TB).
Hasil temu pakar Gizi tahun 2000 merekomendasi perubahan cut off status gizi dan memberikan istilah berbeda untuk setiap indeks status gizi BB/U terdiri dari 4 kategori, TB/U 2 kategori dan BB/TB 4 kategori dengan pengistilahan yang berbeda-beda
Belum lagi tuntas penerapan WHO-NCHS, pada bulan Mei 2007 WHO mempublikasikan lagi Baku Rujukan baru yang buatan WHO sendiri. Penelitian longitudinal dilakukan di 5 negara yang tersebar di 4 Benua. Amerika, Asia, Eropa dan Asia. Baku Rujukan baru ini (kata WHO) adalah untuk memperbaiki Baku Rujukan WHO-NCHS yang memiliki kelemahan.
Baku Rujukan baru yang diberi nama Baku Rujukan WHO 2005 dan lebih lengkap, yaitu terdiri dari :
1.    Indeks : BB/U, TB/U, BB/TB, Lingkar Lengan, Lingkar Kepala, Temal Lemak otot Trisep, dan Skinfold
2.    Tingkat perkembangan motorik : motor milestone
3.    Software Pengolah data antropometri (Anthropometric Calculator
4.    Diengkapi dengan dokumen-dokumen riset MGRS (MultiGrowth Refference Study), mannual report dan video pelaksanaan penelitian, serta dokumen hasil analisis perbandingan baku rujukan baru dengan baku rujukan yang pernah ada sebelumnya yaitu : WHO-NCHS dan CC 2000.
Penelitian dilakukan secara longitudinal dan cross sectional di 5 negara lokasi.
Di bawah ini merupakan dokumen dan software yang dimaksud yang didownload dari situs resmi WHO :
1.      Software ANTRHO2005
2.      Artikel MGRS, perbandingan antar Baku Rujukan
3.      Modul-modul Riet MGRS di 5 negara
4.      Motor Milestone, perkembangan motorik anak,
5.      Simplified Tables, tabel yang akan digunakan oleh Praktisi Gizi di lapangan seperti Kader Posyandu, daln lain-lain
6.      Tabel Lengkap menilai status gizi yang akan digunakan oleh Para Peneliti dan Mahasiswa
7.      Technical Report. Laporan Lengkap hasil penelitian WHO dalam membangun Baku Rujukan WHO2005
8.      Training : Modul training dalam penerapan Baku Rujukan WHO2005 yang baru
9.      Video pelaksanaan Penelitian yang dilakukan oleh MGRS di 5 negara lokasi penelitia
10.  WHO Technical Report Series Part 1
11.  Baku Rujukan Remaja
B.  Standar Pertumbuhan Anak (WHO 2005)
Dimasa lalu, rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari satu negara dengan mengukur contoh anak yang dianggap sehat, tanpa memperhatikan cara hidup dan lingkungan mereka. Mengingat cara menghasilkan rujukan tersebut, maka rujukan tersebut tidak dapat dipakai diseluruh dunia.
World Health Organization (WHO) telah mengembangkan standar pertumbuhan yang berasal dari sampel anak-anak dari enam negara yaitu Brazil, Ghana, India, Noerwegia, Oman dan Amerika Serikat. WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS) telah dirancang untuk menyediakan data yang menggambarkan bagaimana anak-anak harus tumbuh, dengan cara memasukan kriteria tertentu (misalnya: menyusui, pemeriksaan kesehatan, dan tidak merokok). Penelitian tersebut mengikuti bayi normal dari lahir sampai usia 2 tahun, dengan pengukuran yang sering pada awal minggu pertama pada setiap bulan, kelompok anak-anak lain umur 18 sampai 71 bulan diukur satu kali. Data dari kedua kelompok umur tersebut disatukan untuk menciptakan standar pertumbuhan anak umur 0 sampai 5 tahun.
MGRS menghasilkan Standar Pertumbuhan Normal (preskriptif), berbeda dengan yang hanya deskriptif. Standar baru memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu misalnya pemberian makan, imunisasi dan asuhan selama sakit. Standar baru ini dapat digunakan diseluruh dunia, karena penelitian menunjukan bahwa anak-anak dari negara manapun akan tumbuh sama bila gizi, kesehatan dan kebutuhan asuhannya dipenuhi.
Manfaat lain dari standar pertumbuhan baru meliputi hal-hal sebagai berikut :
       Standar baru menetapkan bayi yang disusui sebagai model pertumbuhan dan perkembangan bayi normal. Hasilnya kebijakan kesehatan dan dukungan publik untuk menyusui harus diperkuat.
       Standar baru lebih dini dan sensitif untuk mengidentifikasi anak pendek dan anak gemuk/sangat gemuk.
       Standar baru seperti IMT (Indeks Masa Tubuh) sangat berguna untuk mengukur peningkatan kejadian Sangat Gemuk.
       Grafik yang menunjukan pola laju pertumbuhan yang diharapkan dari waktu ke waktu memungkinkan petugas kesehatan mengidentifikasikan anak-anak yang beresiko menjadi kurang gizi atau gemuk secara dini, tanpa menunggu sampai anak menderita masalah gizi.
Disamping standar untuk pertumbuhan fisik, standar baru WHO 2005 menghasilkan enam tahapan perkembangan motorik kasar – milestone – (duduk tanpa bantuan, merangkak, berdiri dengan bantuan, berdiri tanpa bantuan, berjalan dengan bantuan, dan berjalan tanpa bantuan) yang diharapkan dapat dicapai oleh anak-anak sehat pada umur antara 4 dan 18 bulan.
Oleh karena WHO telah mengeluarkan standar rujukan yang baru untuk menilai pertumbuhan dan penentuan status gizi pada anak, maka berdasarkan hasil kesepakatan RTL 2006 oleh Depkes RI disusunlan Kartu Menuju Sehat (KMS) baru. Pada KMS baru telah dirancang ulang untuk anak Indonesia yang dibedakan menurut jenis kelamin, dicantumkan 12 tahapan perkembangan motorik.
C.  Variabel Pengukuran Status Gizi
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : 
a.      Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah  adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang  mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur  adalah  dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b.      Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan  yang menurun. Berat badan ini  dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan  berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c.       Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran  fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan  kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan  sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan  keadaan   berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga  indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi  Badan)  jarang dilakukan karena perubahan tinggi  badan yang lambat dan biasanya  hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan   adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
D.  Pengolahan Data Antropometri Berdasarkan Z-Score (Simpangan Baku) WHO 2005
Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh penyimpangannya dari angka median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score berbeda untuk populasi yang distribusinya normal atau tidak normal.
       Pengukuran Distribusi Normal.
Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu z-score. Dlam satu distribusi normal, sebagian besar nilai dikelompokan di tengah, dan distribusi pengukuran berada disekitar angka median yang berbentuk lonceng. Pada kurva normal, satu z-score menggambarkan seberapa jauh penyimpangan baku seorang anak dari angka median.
Kurva tersebut dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-anak yang dibuat dalam grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal. Setiap segmen pada sumbu horizontal menggambarkan satu simpangan baku atau z-score. Pada distribusi normal, z-score -1 dan +1 mempunyai jarak yang sama dari angka median ( 0 ). Jarak dari angka median ke +1 z-score adalah setengah dari jarak ke +2 z-score.
Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :
Z score =
Keterangan :
Xi : Nilai yang diamati atau hasil pengukuran yang sebenarnya
Mi : Nilai Referensi Median
SBi : Z-Score (standar baku) dari populasi referensi/rujukan
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indicator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :
a)    Berdasarkan indikator BB/U :
Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya nafsu makan atau memnurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
v  Kelebihan
a.       Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
b.      Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
c.       Indikator status gizi kurang saat sekarang
d.      Sensitif terhadap perubahan kecil
e.       Growth monitoring
f.       Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth
g.      Failure karena infeksi atau KEP
h.      Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
v  Kekurangan
a.       Kadang umur secara akurat sulit didapat
b.      Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun asites
c.       Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita
d.      Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak saat ditimbang
e.       Secara operasional: hambatan sosial budaya misalnya tidak mau menimbang anak karena dianggap seperti barang dagangan
Kategori BB/U :
1.    Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0
2.    Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3.    Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4.    Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0
b)   Berdasarkan indikator TB/U:
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tingii badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa lampau dan status sosial ekonomi.
v  Kelebihan
a.       Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b.      Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c.       Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa
v  Kekurangan
a.       TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b.      Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit berdiri tegak
c.       Ketepatan umur sulit didapat
Kategori TB/U :
1.      Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0
2.      Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3.      Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0
c)    Berdasarkan indikator BB/TB:
1.      Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0
2.      Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0
3.      Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0
4.      Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0
Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut :
·      Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100%
·      Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100%
·      Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100%
·      Prevalensi gizilebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%
d)   IMT / U
Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri melalui
perhitungan indeks
IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19
tahun, dengan menggunakan z-score.
Kategori IMT/U :
1.      Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0
2.      Kategori Kurus, jika Z-score < – 2SD
3.      Kategori Normal, jika Z-score -2SD sampai +1SD
4.      Kategori Gemuk, jika Z-score > + 1SD
5.      Kategori Obese I, jika Z-score >+2SD
6.      Kategori Obese II jika, Z-score >+3SD
       Cara Penilaian Status Gizi dalam Program Kesehatan Masyarakat.
Salah satu cara yang digunakan dalam penentuan status gizi masyarakat adalah dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri. Dalam penentuan status gizi suatu kelompok masyarakat, lebih baik kita mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1.    Nilai-nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan nilai RUJUKAN yang dalam hal ini digunakan Rujukan WHO-2005).
2.    Dengan menggunakan batas ambang (“cut-off point”) untuk masing-masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan.
Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan :
a)      Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita masalah kesehatan
b)      Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3 memiliki resiko cukup tinggi (“mode-rate”) untuk menderita masalah kesehatan
c)      Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah kesehatan
3.    Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi.
4.    Bila dalam masyarakat ada lebih dari 2,5% balita berada <-2 SD tetapi kurang dari 0,5% berada <-3 SD kemungkinan besar penyebabnya masa-
lahnya adalah kekurangan zat gizi karena berbagai faktor (kemiskinan, ketidak tahuan, pola asuh yang berkaitan dengan penyakit)
5.    Bila dalam suatu masyarakat ada lebih dari 2,5 % balita <-2 SD dan lebih dari 0,5% anak < -3 SD, maka masyarakat tersebut masih memiliki masalah
gizi yang perlu penanganan secara komprehensif terhadap akar masalahnya.





DAFTAR PUSTAKA

PERAN KELUARGA DALAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK

BAB I
PENDAHULUAN
A.      DEFINISI GIZI BURUK
KEP atau gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori.
Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi ditentukan berdasarkan Z-SCORE berdasarkan berat badan (kg) terhadap umur (bulan) yang diklasifikasikan sebagai berikut :
  • Gizi Lebih: apabila berat badan balita berada > +2 SD (Standar Deviasi)
  • Gizi Baik : apabila berat badan balita berada antara <-2 SD
  • Gizi Buruk/KEP : apabila berat badan balita <-3 SD
Klasifikasi KEP menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1975) :
Derajat KEP
Berat badan
% dari baku
0 = Normal
1 = Gizi kurang
2 = Gizi buruk
=/> 80%
60-79%
<60%
Sebagai baku patokan dipakai persentil 50 Harvard.
B.       FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG ATAU GIZI BURUK
Asupan yang kurang disebabkan oleh banyak faktor antara lain:
1.         Tidak tersedianya makanan secara adekuat Tidak tersedinya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kadang kadang bencana alam, perang, maupun kebijaksanaan politik maupun ekonomi yang memberatkan rakyat akan menyebabkan hal ini. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Proporsi anak malnutrisi berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi.
2.         Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang makanan alamiah terbaik bagi bayi yaitu Air Susu Ibu (ASI), dan sesudah usia 6 bulan anak tidak mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan kualitasnya akan berkonsekuensi terhadap status gizi bayi. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein, tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B serta vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah seringkali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
3.         Pola makan yang salah satu studi “positive deviance” mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita di suatu desa miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk, padahal orang tua mereka semuanya petani miskin. Dari studi ini diketahui pola pengasuhan anak berpengaruh pada timbulnya gizi buruk. Anak yang diasuh ibunya sendiri dengan kasih sayang, apalagi ibunya berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan kebersihan, meskipun sama-sama miskin, ternyata anaknya lebih sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak.
C.      UPAYA KESEHATAN MENGATASI MASALAH GIZI BURUK
Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif
1.         Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
2.         Perawatan balita gizi buruk
3.         Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
1.         Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
2.         Revitalisasi posyandu.
3.         Pemberian suplementasi gizi.
4.         Pemberian MP – ASI bagi balita gakin
Kerangka kerja pencegahan dan penanggulangan gizi buruk:
  • Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
  • Komponen SKPG:
1.         Keluarga
2.         Masyarakat dan Lintas Sektor
3.         Pelayanan Kesehatan
Dari kerangka kerja di atas, diketahui bahwa keluarga merupakan komponen utama dalam mencegah dan menanggulangi masalah gizi buruk.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional dan mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998)
Peran keluarga tersebut diantaranya:
  1. Memberikan:
a.         ASI eksklusif dan MP-ASI
ASI Eksklusif (menyusui dengan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan) merupakan nutrisi bagi bayi berupa air susu ibu tanpa memberikan makanan tambahan, cairan, ataupun makanan lainnya, hingga berumur 6 bulan.
Manfaat ASI:
1)        Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya
2)        Komposisi ASI ideal untuk bayi
3)        Dokter sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi
4)        Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI
5)        Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.
6)        ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan suhu susu yang pas
7)        Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa depan.
8)        Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi), eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis.
9)        IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula.[4]
10)    Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.
Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang disesuaikan dengan umur balita.
b.        Gizi seimbang
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Seorang ibu sebagai pengelola atau penyelenggara makanan dalam keluarga mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan status gizi anggota keluarga. Oleh karena itu semestinya seorang ibu dibekali pengetahuan yang cukup tentang perilaku gizi yang baik dan benar bagi setiap anggota keluarganya, serta mampu menyiapkan hidangan sebagai penerapan pesan utama gizi seimbang
c.         Pola asuh
1)      Pola asuh ibu
Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, disamping harus mengatur pola makan yang benar juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga.
Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan dan perawatan orang tua oleh karena itu orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku dilingkungannya. Dengan demikian dasar pengembangan dari seorang individu telah diletakkan oleh orang tua melalui praktek pengasuhan anak sejak ia masih bayi (Supanto, 1990).
2)      Perhatian / Dukungan Ibu terhadap Anak dalam Praktek Pemberian Makanan
Semua orangtua harus memberikan hak anak untuk tumbuh. Semua anak harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh sesuai dengan apa yang mungkin dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk itu perlu perhatian/dukungan orangtua. Untuk tumbuh dengan baik tidak cukup dengan memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi. Akan tetapi anak membutuhkan sikap orangtuanya dalam memberi makan. Semasa bayi, anak hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya. Sekalipun yang ditelannya itu tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah mulai disapih. Anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang boleh dimakan. Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu terhadap anak meliputi perhatian ketika makan, mandi dan sakit (Nadesul, 1995).
Wanita yang berstatus sebagai ibu rumah tangga memiliki peran ganda dalam keluarga, terutama jika memiliki aktivitas di luar rumah seperti bekerja ataupun melakukan aktivitas lain dalam kegiatan sosial. Wanita yang bekerja di luar rumah biasanya dalam hal menyusun menu tidak terlalu memperhatikan keadaan gizinya, tetapi cenderung menekankan dalam jumlah atau banyaknya makanan. Sedangkan gizi mempunyai pengaruh yang cukup atau sangat berperan bagi pertumbuhan dan perkembangan mental maupun fisik anak. Selama bekerja ibu cenderung mempercayakan anak mereka diawasi oleh anggota keluarga lainnya yang biasanya adalah nenek, saudara perempuan atau anak yang sudah besar bahkan orang lain yang diberi tugas untuk mengasuh anaknya (Sunarti, 1989).
3)      Rangsangan Psikososial
Rangsangan psikososial adalah rangsangan berupa perilaku seseorang terhadap orang lain yang ada di sekitar lingkungannya seperti orang tua, saudara kandung dan teman bermain (Atkinson dkk, 1991).
Fahmida (2003) yang mengutip pendapat Myers mengemukakan konsep bahwa kesehatan dan status gizi tidak saja menentukan tapi juga ditentukan oleh kondisi psikososial.
Konsep ini selaras dengan penelitian sebelumnya oleh Zeitlin dkk (1990) yang meniliti anak-anak yang tetap tumbuh dan berkembang dengan baik dalam keterbatasan lingkungan dimana sebagian besar anak lainnya mengalami kekurangan gizi. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa kondisi dan asuhan psikososial seperti keterikatan antara ibu dan anak merupakan salah satu faktor penting yang menjelaskan mengapa anak-anak tersebut tumbuh dan berkembang dengan baik. Diperkirakan bahwa kondisi psikososial yang buruk dapat berpengaruh negatif terhadap penggunaan zat gizi didalam tubuh, sebaliknya kondisi psikososial yang baik akan merangsang hormon pertumbuhan sekaligus merangsang anak untuk melatih organ-organ perkembangannya. Selain itu, asuhan psikososial yang baik berkaitan erat dengan asuhan gizi dan kesehatan yang baik pula sehingga secara tidak langsung berpengaruh positif terhadap status gizi, pertumbuhan dan perkembangan (Engle,1997).
Menurut Soetjiningsih (1995), ada beberapa faktor psikososial antara lain :
a)        Stimulasi : anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.
b)        Motivasi belajar : dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar misalnya tersedianya buku-buku, suasana yang tenang dan sarana lainnya.
c)        Ganjaran ataupun hukuman yang wajar : hukuman yang diberikan harus yang objektif bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian terhadap anak.
d)        Kelompok sebaya : untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya.
e)        Stress : stress dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak misalnya terlambat bicara, nafsu makan menurun dan sebagainya.
f)         Cinta dan kasih sayang : salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi sehingga anak memerlukan kasih sayang dan perlakukan yang adil dari orangtuanya.
g)        Kualitas interaksi anak dan orang tua : interaksi timbal balik antara anak dan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga.
Beberapa informasi mutakhir menunjukkan bahwa intervensi psikososial meningkatkan perkembangan kognitif anak. Program untuk memperbaiki dorongan psikososial melalui pendidikan orang tua tentang interaksi orang tua dan anak melalui kegiatan kunjungan rumah telah dapat menurunkan angka kurang gizi pada anak balita. Penelitian lainnya membuktikan bahwa perubahan pola asuh psikososial telah meningkatkan derajat pertumbuhan anak. Penelitian di Bogota, Columbia membuktikan bahwa anak-anak yang menderita kurang gizi, dikunjungi rumahnya setiap minggu selama 6 bulan oleh kader desa, ternyata pertumbuhan pada umur 3 tahun lebih tinggi daripada yang tidak dikunjungi. Dengan dikunjungi rumahnya, ibu- ibu menjadi lebih memahami kebutuhan anak dan memberi makan pada saat anak sedang lapar. Didapatkan juga bahwa ibu-ibu yang memahami tentang kebutuhan untuk perkembangan kognitif anak, anak-anaknya lebih pintar daripada ibu yang lalai dalam pengasuhan anaknya (Anwar, 2008).
  1. Pemantauan pertumbuhan anak
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu kewaktu. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan, tanggung jawab dan lain-lain. Setiap anak memiliki garis pertumbuhan yang berbeda-bedah, anak tersebut akan tumbuh mengikuti pola pertumbuhan normalnya. Demikian pula dengan perkembangan fungsi tubuh, setiap anak memiliki tahapan perkembangan  menujuh ke fungsi  yang lebih baik. Cirinya adalah  dapat diukur secara kuantitatif, mengikuti perjalanan waktu dan dalam keadaan normalsetiap anak memiliki jalur pertumbuhan tertentu.
Pemantauan perkembangan status gizi bayi secara berkala setiap bulan dengan cara menimbang berat badan bayi dan mengukur panjang badannya. Idealnya, berat badan bayi berada di garis normal pada grafik pertumbuhan. Ini artinya, pertambahan berat badannya seimbang dengan pertambahan tinggi badan dan usia. Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat menentukan pola normal pertumbuhan pada anak, juga dapat menentukan permasalahan dan faktor yang mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan pada anak sejak dini. Bila diketahui gangguan pertumbuhan sejk dini maka pencegahan dan penanganan gangguan pertumbuhan tersebut dapat diatasi sejak dini
Sayangnya, hampir 85% lebih buku kesehatan anak yang berobat ke dokter anak atau ke dokter justru tidak pernah digambarkan grafik pertumbuhan berat badan. Justru grafik pertumbuhan berat badan sering digambar oleh kader posyandu bagi bayi yang menimbang di posyandu. Sehingga banyak kelainan dan gangguan kesehatan sering terjadi keterlambatan deteksi dan penanganannya.
Sebanyak 50% bayi mengalami gangguan kenaikkan sejak usia 6 bulan yang tidak pernah terdeteksi oleh orangtua dan dokter hanya karena dalam buku kesehatannya tidak pernah tergambar grafik kenaikan berat badan. Gangguan kenaikkan berat badan sejak usia 6 bulan seringkali terjadi hanya karena timbulnya reaksi simpang makanan (alergi makanan, intoleransi makanan dan seliak) pada bayi yang dapat mengganggu saluran cerna dan mengganggu nafsu makan dan berat badan bayi. Karena, saat usia 6 bula mulai diberi makanan tambahan baru.
Bagaimana  mengetahui pertumbuhan normal anak balita:
·            Ukur berat badan dan tinggi badannya.
·            Pertumbuhan fisik anak, diukur antara lain dengan Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK). Salah satu cara untuk memantau pengukuran ke 3 parameter tsb, adalah dengan menggunakan grafik pertumbuhan (growth chart).
·            Tentukan berat badan ideal anak, anda juga bisa melihat apakah anak anda tinggi atau pendek, gemuk atau kurus..
·            Isi  berat badam balita anda  tentunya sesuai umur dan tarik garis grafik pertumbuhan pada KMS.
  1. Penggunaan garam beryodium
GAKY atau gangguan akibat kekurangan yodium merupakan salah satu masalah gizi yang banyak terjadi. Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan dan penanggulangan masalah GAKY. Penggunaan garam beryodium di keluarga diketahui dapat mencegah dan menanggulangi masalah tersebut.
  1. Pemanfaatan pekarangan
Komoditi yang diusahakan dipekarangan sebaiknya disesuaikan dengan kesesuaian komoditi dengan daerah yang bersangkutan, peluang pasar, dan nilai guna meliputi:
a)         Tanaman pangan: umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah-buahan, bumbu-bumbuan, obat
b)        Tanaman  bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong, tanaman pot, tanaman taman, anggrek)
c)         Ternak: ternak unggas hias, ternak petelur, ternak pedaging
d)        Ikan: ikan hias, ikan produksi daging, pembenihan dan lain-lain.
  1. Peningkatan daya beli keluarga miskin
Daya beli masyarakat dan kondisi ekonomi terkait dengan kemampuan keluarga untuk menyediakan pangan dan memenuhi kebutuhan gizi anak. Peningkatan jumlah balita gizi buruk yang meninggal dunia setiap tahun adalah buah kemiskinan. Minimnya lapangan kerja membuat masyarakat tak sanggup membeli makanan bergizi. Meski telur dan susu tersedia di pasar, sebagian besar warga tidak mampu mengakses karena terpuruknya daya beli. Peraih Nobel Ekonomi Amartya Sen menyimpulkan, kelaparan terjadi bukan karena tak ada makanan di pasar, tetapi warga terlalu miskin, tidak mampu membelinya.
Oleh karena itu harus ada peningkatan daya beli masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya keluarga yang dimiliki. Misalnya dengan usaha berkebun, bertani dan yang lainnya.
  1. Bantuan pangan darurat: PMT balita
Pemberian makanan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi  bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Sulastri, 2004). Pemberian makanan tambahan pada bayi adalah pemberian makanan atau minuman mengandung zat gizi pada bayi atau anak usia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi setelah pemberian ASI ekslusif (Depkes RI, 2007). Pemberian makanan tambahan pada bayi harus diberikan secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah, menelan dan mampu menerima bermacam-macam bentuk makanan yaitu dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lunak, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).
D.      TEMUAN KASUS
1.         Senin, 05 Desember 2011 | 15:26 WIB Senin, 05 Desember 2011 | 15:26 WIB.
KULONPROGO—Sebanyak enam anak balita di Tawangsari, Kecamatan Pengasih, Kulonprogo, dilaporkan menderita gizi buruk. Sementara 46 anak balita lainnya dari 300 balita di Tawangsari, masuk katagori kelompok gizi kurang. Sayangnya, sejak Januari hingga Oktober 2011 Dinas Kesehatan hanya mampu menekan kasus gizi buruk 0.05% saja.
Kepala Bidang Kesejahteraan Sosial Pemerintah Desa Tawangsari, Kecamatan Pengasih, Muryadi menjelaskan, masalah gizi buruk masih terjadi di wilayahnya. Menurut dia, masih adanya kasus gizi buruk disebabkan banyak faktor. Selain masalah ekonomi dan pendidikan, kesadaran warga juga masih perlu dipupuk lagi. Pasalnya, tambah dia, meski semua anak yang mengalami gizi buruk atau kurang gizi sudah diberi pemberian makanan tambahan (PMT), karena keterbatasan ekonomi warganya, PMT juga dinikmati anggota keluarga balita gizi buruk.
PMT memang sudah diberikan setiap bulan. Namun, karena rata-rata kasus gizi buruk berasal dari keluarga miskin, PMT seperti susu dan sebagainya yang diberikan, juga dinikmati anggota keluarga lainnya,” ujarnya, Senin (5/11).
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo Lestaryono mengakui jika kasus gizi buruk masih terjadi di wilayahnya. Sayang, saat disinggung soal data kasus gizi buruk yang terekam selama 2011, Lestaryono belum bersedia menjawab. Namun, menurut Hartini salah seorang staff gizi Dinas Kesehatan Kulonprogo, angka kasus gizi turun dari 0.88% (2010) menjadi 0.83% hingga Oktober 2011 atau hanya turun 0.05%.(Harian Jogja/Abdul Hamied Razak)
2.         Magetan. Kasus gizi buruk di Magetan meningkat karena pola asuh orang tua yang salah. Mayoritas penderita gizi buruk tidak hanya dari kalangan orang tidak mampu saja. ” Sesuai pendataan kami dari lapangan balita yang menderita Gizi buruk akibat pola asuh yang salah  sekitar 51 persen,sisanya penyakit infeksi, dan kemiskinan.” jelas Toto Aprijanto Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan.
Sesuai data daro Dinas Kesehatan, tahun 2010 dari bulan Januari sampai Desember berjumlah 257, meninggal satu, sedangkan tahun 2011 dari bulan Januari sampai Mei jumlah penderita gizi buruk 251 meninggal satu. “ kemungkinan dari jumlah tersebut bisa bertambah, bila cara pola asuh anak tidak segera di rubah dengan benar,” katanya.
“Kalau melihat orang tua sekarang, mungkin karena sibuk dengan pekerjaan, balita sering di asuhkan oleh ke neneknya atau tetangga. Terkadang saat di suapi pembantu, biar terkesan lekas habis,  makanannya  di habiskan pembantu,” ungkapnya.
Menurutnya, Makanan bergizi bukan bearti makan yang mahal, akan tetapi makan dengan cukup, seperti sayur-sayuran , tempe, dan tahu. Makan ikan tidak harus sering-, 2 sampai 3 hari sekali sudah baik,” tuturnya.
Upaya Dinas Kesehatan tidak pernah berhenti untuk memberi pembinanan tentang pola asuh anak yang benar melalui masing-masing Pukesmas, Posyandu, dan bidan Desa. “ Yang terpenting pola asuh terhadap anak adalah sering memperhatikan, terutama makanan yang di konsumsi,” jelasnya.Cahyo Nugroho.
3.         Metrotvnews.com, Dompu: Sebanyak 36 bayi usia di bawah lima tahun di sejumlah kecamatan di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, menderita gizi buruk. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Gatot Gunawan di Dompu, Rabu (29/6), mengatakan, data itu mencakup tiga kecamatan.
Gunawan mengatakan, kasus gizi buruk terbanyak di Kecamatan Huu mencapai 15 kasus, 11 kasus di Kecamatan Kempo dan 10 kasus di Kecamatan Dompu. Sementara di wilayah yang pertaniannya berhasil tidak ada kasus gizi buruk.
Dari hasil pengecekan di lapangan, kata Gunawan, kasus gizi buruk terjadi akibat pola asuh dan pola makan yang salah. Ada di antaranya karena ditinggal ibunya bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri dan sebagian karena orang tuanya bercerai dan anaknya dirawat orang oleh keluarganya.
Gatot Gunawan mengatakan, kasus gizi buruk yang ditemukan di Kabupaten Dompu bukan karena kekurangan pangan, karena rata-rata cadangan pangan masyarakat mencukupi. “Penyebab utama kasus gizi buruk adalah karena pola asuh yang sala. Kalau soal kekurangan pangan rasanya tidak mungkin sebab cadangan makan masyarakat mencukupi,” kata Gunawan.
Menurut dia, masyarakat kurang memanfaatkan kunjungan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas juga menjadi faktor penyebab masih adanya kasus gazi buruk di Kabupaten Dompu.(Ant/DOR). (http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/06/29/56270/Sebanyak-36-Balita-di-Dompu-Menderita-Gizi-Buruk)
4.         PADANG: Berdasarkan penelitian, tercatat bahwa sebanyak 30 persen balita di daerah terpencil di Sumatra Barat kini masih mengalami gizi kurang, diyakini daerah itu akan kehilangan generasi berkualitas pada masa datang.
“Kekurangan gizi yang dialami balita di daerah itu lebih akibat antara lain pelayanan kesehatan belum terjangkau dengan baik ke daerah itu,” kata Pakar gizi dari Poltekkes Kemenkes Padang, Andarfikar di Padang, Kamis 23 Juni 2011.
Menurut Andarfikar, di Sumatra Barat memiliki banyak daerah terpencil, sebagaian berada pada daerah perbukitan yang sulit terjangkau dengan transportasi sehingga pelayanan kesehatan tidak tersebar secara merata.
Kondisi alam Sumbar yang menyulitkan secara geografis tersebut, mempengaruhi pola berfikir orang tua dalam berprilaku hidup sehat karena minimnya informasi tentang asupan gizi dan menjaga kesehatan keluarga dengan baik.
“Padahal Sumbar dalam program ketahanan pangan sudah mencapai peringkat surplus beras,” katanya seraya menambahkan kondisi demikian sangat berbanding terbalik dengan kekurangan gizi yang dialami balita di provinsi itu.
Banyaknya balita yang mengalami kekurangan gizi juga lebih akibat prilaku orang tua dan pola asuh ibu, dalam memberikan gizi bagi balitanya.
Selama ini, katanya, kaum ibu di daerah terpencil masih menganut kebiasaan yang salah bahwa balita cukup diberikan makan kerupuk. Selain itu jika makan ikan anak akan bisa cacingan.
“Anggapan yang salah itu akan mengakibatkan anak berpotensi terjangkit infeksi penyakit seperti lumpuh layu atau polio dan terserang penyakit lainnya karena asupan gizi anak yang kurang sekaligus menurunkan kekebalan dan daya tahan tubuh anak pada penyakit,” katanya.
Karena itu pendidikan tentang asupan gizi yang baik yakni empat sehat lima sempurna di daerah terpencil perlu terus digencarkan. Selain itu pemerintah daerah secara rutin mengerahkan petugas kesehatan untuk memberikan informasi tentang pola makan yang sehat dan baik pada anak.
Ia menambahkan, berdasarkan penelitian di Sumbar ditemukan juga balita yang mengalami gizi buruk yang tercatat sebesar 3-4 persen. (ant). (http://www.bisnis-sumatra.com/index.php/2011/06/gizi-buruk-di-sumbar/)
5.         Data UNICEF tahun 1999 menunjukan, 10 -12 juta (50 – 69, 7 %) anak balita di Indonesia (4 juta diantaranya dibawah satu tahun) bersatus gizi sangat buruk dan mengakibatkan kematian, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian anak. Setiap tahun diperkirakan 7 % anak balita Indonesia (sekitar 300. 000 jiwa) meninggal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita dan 170. 000 anak (60 %) diantaranya akibat gizi buruk. Dari seluruh anak usia 4 -24 bulan yang berjumlah 4, 9 juta di Indonesia, sekitar seperempat sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Wahyuni, 2001, dalam Herwin. B. 2004).
Masih banyaknya bayi dan balita di Makassar yang berstatus gizi buruk (marasmus kwasriorkor) terutama disebabkan oleh masalah ekonomi, karena ternyata, sebagian besar penderita marasmur berasal dari keluarga kurang mampu.
Hingga kini pemerintah di Sulawesi Selatan belum melihat masalah kekurangan gizi dan rawan pangan sebagai persoalan serius dan mendesak untuk ditangani. Buktinya persentase balita yang kurang gizi tingkat berat masih stagnan di angka 43,59 persen (sekitar 352.000 balita) sejak tahun 1998 lalu. Padahal bila keadaan itu dibiarkan, 30 tahun ke depan Sulsel terancam lost generation, (http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/kliping/.htm)
Sulawesi Selatan (Sulsel) yang dikenal luas sebagai lumbung pangan nasional ternyata memiliki angka kejadian gizi kurang yang tinggi. Survei Konsumsi Gizi menunjukkan bahwa sejak tahun 1995 sampai tahun 1998 terjadi peningkatan persentase keluarga di Sulsel yang mengalami defisit konsumsi energi dari 39% menjadi 57% (Latief dan kawan-kawan, 2000, Thaha, 2003).
Padahal, pada saat yang sama produksi beras, sumber utama kalori di daerah ini, mengalami surplus 1,4 juta sampai 1,5 juta ton (BKP Sulsel, 2001 dan 2002, dalam Thaha, 2003), (http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi. newsid)
Sejalan dengan sasaran global dan perkembangan keadaan gizi masyarakat, rumusan tujuan umum program pangan dan gizi tahun 2001-2005 yaitu menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga, mencegah dan menurunkan masalah gizi, mewujudkan hidup sehat dan status gizi optimal.
Menurut kerangka yang disusunn oleh WHO, terjadinya kekurangan gizi dalam hal ini gizi kurang dan gizi buruk lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni, penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung berpengaruh terhadap kejadian kekurangan gizi, pola asuh serta pengetahuan ibu juga merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kekurangan gizi, seperti pada bagan UNICEF berikut ini yang telah dimodifikasi oleh Prof. Dr. Soekirman, (Herwin. B. 2004).
Makanan untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas cukup untuk menghasilkan kesehatan yang baik. Kekurangan gizi akan mengakibatkan anak mudah diserang penyakit, pengetahuan gizi dan pemberian makanan bergizi disarankan untuk anak wajib diketahui bagi pendidik di Taman Kanak-Kanak. Anak membiasakan diri makan melalui makanan disekolah, anak belajar memilih makanan yang baik, jika makanan masuk kebadan adalah makanan bergizi, maka anak akan memiliki daya tahan tubuh yang kuat.
Pengasuhan anak oleh Ibu (Orang Dewasa) terhadap pemenuhan kebutuhan gizi, perawatan dasar termasuk imunisasi, pengobatan bila sakit, tempat tinggal yang layak, higyene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani, (Soetjiningsih, 1995 dalam Herwin. B. 2004).
Masalah gizi kurang dan gizi buruk bila tak ditangani secara serius akan mengakibatkan bangsa Indonesia akan mengalami “LOS GENERATION“ keterlibatan keluarga yang selama 24 jam mendampingi anak yang menderita kekurangan gizi tersebut. Perhatian cukup dan pola asuh anak yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizinya.
Dengan melihat tabel Distribusi Anak Balita Gizi Kurang Menurut Jenis Kelamin Di Wilayah Puskesmas Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang Tahun 2003 menunjukan bahwa, status gizi buruk/kurang menunjukan bahwa kejadian kerawanan gizi pada keluarga adanya berbagai multifaktor pada pola pengasuhan dan perawatan anak balita, (Herwin. B. 2004).
Anak balita adalah anak – anak yang berusia dibawah lima tahun yang sedang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang lebih tinggi setiap kilogram berat badan.
Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya asupan makanan yang diterima setiap harinya tidak sesuai dengan kebutuhan untuk beraktifitas, adanya penyakit infeksi yang diderita oleh anak balita sehingga daya tahan tubuh menurun berakibat menurunnya berat badan dan kehilangan energi dalam tubuh. Hal tersebut dapat pula disebabkan oleh karena kuranya kontrol / pola asuh pada balita baik terhadap asuhan makanan, higyene perorangan maupun kebersihan lingkungan sekitar tempat balita berinteraksi dan beraktifitas. (http://www.ibudanbalita.com/diskusi/pertanyaan/66567/pola-asuh-dalam-hubungannya-dg-status-gizi-anak-daerah-sul_sel)
6.         Mataram, 4/12 (ANTARA) – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat terus menggencarkan sosialisasi penganekaragaman pangan kepada masyarakat untuk menekan angka bayi bawah lima tahun yang mengalami kekurangan gizi.
“Badan Ketahanan Pangan (BKP) bersama Dinas Kesehatan, Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Nusa Tenggara Barat (NTB) terus memotivasi masyarakat untuk mengonsumi pangan beranekaragam sehingga provinsi ini bebas dari gizi buruk,” kata Kepala BKP NTB Hj Husnanidiaty Nurdin, di Mataram, Minggu.
Ia mengatakan, sosialisasi penganekaragaman pangan dan pemberian makanan tambahan bergizi kepada anak-anak juga mendapat dukungan dari sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang pangan dan gizi masyarakat.
Lembaga lain yang juga memberikan perhatiannya adalah “World Food Programme” (WFP) atau program pangan dunia yang memprogramkan bantuan pangan bersama antarnegara. WFP dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1963 dan diawasi Organisasi Pangan Dunia (FAO).
Menurut dia,  kasus kekurangan gizi di NTB, bukan disebabkan masyarakat kekurangan pangan atau NTB tidak memiliki cadangan pangan, tetapi lebih karena pola asuh orang tua dan pola konsumsi pangan masyarakat yang harus diperbaiki.
Pola konsumsi yang sehat dan bergizi tidak harus mahal karena sumber gizi, energi dan protein bisa diperoleh dengan memanfaatkan pekarangan yang tersedia, meskipun luasnya relatif kecil.
“Tanaman kelor dan kacang-kacangan atau biji-bijian memiliki kandungani gizi yang bagus untuk mendukung pertumbuhan bayi bawah lima tahun (balita). Tanaman itu bisa ditanam di sekitar pekarangan rumah,” ujarnya.
Masyarakat, kata Husnanidiaty, juga bisa memanfaatkan pekarangan untuk memelihara ternak unggas seperti ayam, sehingga bisa memenuhi kebutuhan protein hewani dari telur yang dihasilkan.
Upaya mendorong masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein keluarga terus dilakukan agar capaian skor pola pangan harapan (PPH) yang ditargetkan sebesar 77,2 persen pada 2011 dapat tercapai.
Skor PPH NTB masih berada di bawah nasional, yakni sebesar 88,1 persen. Salah satu yang menyebabkan skor PPH NTB berada di bawah nasional karena kendala akses.
“Untuk itu, BKP tidak henti-hentinya menganjurkan  seluruh masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan walaupun hanya sejengkal tanah. Kalau sudah mampu memanfaatkan pekarangan, masyarakat tidak perlu jauh-jauh ke pasar membeli pangan untuk kebutuhan energi dan protein keluarga,” ujarnya.
Sebelumnya, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Pembiayaan dan Pemberdayaan Masyarakat Dr Untung Suseno Sutarjo MKes menyebutkan angka kekurangan gizi pada balita di NTB tertinggi di Indonesia, yakni mencapai 30,5 persen. Angka itu berada di atas rata-rata nasional 17,9 persen.
“Hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan pada 2010, kasus kekurangan gizi di NTB tertinggi di Indonesia, sedangkan terendah di Provinsi Sulawesi Utara 10,6 persen,” katanya pada acara sosialisasi program Bidang Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2011, di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Rabu (30/11).
7.         Serang, (tvOne). Sebanyak 9.620 anak usia bawah lima tahun (balita) di Provinsi Banten menderita status gizi buruk sehingga perlu penanggulangan serius untuk meningkatkan asupan gizi yang baik.
“Saya merasa prihatin dengan tinggiya jumlah kasus gizi buruk,” kata Wakil Gubernur Banten, Masduki, Selasa (5/5/2009).
Saat ini, katanya, penyebab tingginya kasus penderita gizi buruk akibat lilitan kemiskinan, rendahnya pendidikan, pola asuh yang salah dan budaya setempat.
Bahkan, masih banyak ditemukan orangtua memberikan makanan anak dengan kepala ikan asin atau kerupuk yang tidak memiliki gizi yan baik.
Oleh karena itu, pihaknya menargetkan tahun 2009, jumlah kasus gizi buruk bisa menurun sekitar 50 persen.
Saat ini, pemerintah daerah sudah menganggarkan dana sekitar Rp3 miliar untuk penanggulangan gizi buruk dengan memberikan program pemberian makanan tambahan (PMT) air susu ibu (ASI). Makanan tersebut berupa biskuit, susu, bubur, dan vitamin A.

Pemberian makanan tambahan itu akan diberikan secara langsung pada posyandu di seluruh daerah di Banten. Jumlah posyandu yang aktif melayani kesehatan balita di Banten mencapai 8.989 posyandu.

Selain itu, pihaknya terus meningkatkan pelayanan kesehatan gizi di puskesmas maupun posyandu.
“Kami berharap petugas puskesmas dan kader posyandu lebih optimal untuk membantu penuntasan balita gizi buruk,” katanya.
Penanganan gizi buruk, kata Masduki, bukan hanya tanggung jawab dinas kesehatan saja, melainkan seluruh elemen masyarakat juga turut membantu.
“Jika di kampung terdapat orang mampu secara ekonomi, maka berikanlah bantuan kepada warga yang tak mampu,” ujarnya.
Dia menyebutkan, pemerintah memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi penderita gizi buruk yang terserang penyakit penyerta seperti tuberchulosis, pneumonia, paru-paru, diare, demam tinggi.
Mereka penderita gizi buruk bisa dirawat di kelas tiga di rumah sakit milik pemerintah.
Sementara tu, Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Dadang Epid mengatakan, saat ini kasus gizi buruk terus mengalamai penurunan dibandingkan tahun 2007 yang mencapai tiga persen.
“Tahun 2009, penderita gizi buruk turun sekitar 1,2 persen,” ujarnya. (http://nusantara.tvonenews.tv/berita/view/13239/2009/05/05/sebanyak_9627_balita_di_banten_alami_gizi_buruk.tvOne)
BAB II
PERKEMBANGAN MUTAKHIR
A.      DEFINISI KADARZI
Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu  mengenali dan mengatasi masalah gizi anggotanya.
Perilaku gizi seimbang adalah pengetahuan, sikap dan praktek keluarga meliputi mengkonsumsi makanan seimbang dan berperilaku hidup sehat
Mengapa sasarannya Keluarga:
1.         Pengambilan keputusan dalam bidang pangan, gizi dan kesehatan dilaksanakan terutama di tingkat keluarga
2.         Sumber daya dimiliki dan dimanfaatkan di tingkat keluarga
3.         Masalah gizi yang terjadi di tingkat keluarga, erat kaitannya dengan perilaku keluarga, tidak semata-mata disebabkan oleh kemiskinan dan ketidaktersediaan pangan
4.         Kebersamaan antar keluarga dapat memobilisasi masyarakat untuk memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan.                                  
B.       INDIKATOR KADARZI
1.      Menimbang berat badan secara teratur
a)      Pengertian: Balita ditimbang berat badannya setiap bulan dan  dicatat dalam KMS
b)      Cara Pengukuran: Lihat catatan penimbangan balita pada KMS selama 6 bulan terakhir.
c)      Kesimpulan
·           Bila bayi berusia > 6 bulan
Baik: Bila ≥ 4 kali berturut-turut
Belum baik:Bila < 4 kali berturut-turut
·           Bila bayi berusia 4-5 bulan
Baik: Bila ≥ 3 kali berturut-turut
Belum baik: Bila < 3 kali berturut-turut
·           Bila bayi berusia 2-3 bulan
Baik: Bila ≥ 2 kali berturut-turut
Belum baik:Bila < 2 kali berturut-turut
2.      Memberikan asi saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan (asi eksklusif)
a)      Pengertian: Bayi berumur 0-6 bulan diberi ASI saja, tidak diberi makanan dan minuman lain.
b)      Cara Pengukuran
Lihat catatan status ASI eksklusif pada KMS dan kohort (catatan pemberian ASI pada bayi). Lalu tanyakan kepada ibunya apakah bayi usia 0 bln, 1 bln, 2 bln, 3 bln, 4 bln, 5 bln dan 6 bln selama 24 jam terakhir sudah diberikan makanan atau minuman selain ASI?
c)      Kesimpulan
·           Baik: Bila hanya diberikan ASI saja, tidak diberi makanan dan minuman lain (ASI eksklusif 0 bln,1 bln, 2 bln, 3 bln, 4 bln, 5 bln dan 6 bln)
·           Belum baik: Bila sudah diberi makanan dan minuman lain selain ASI
3.      Makan aneka ragam makanan
a)      Pengertian
Balita mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah setiap hari. ATAU (bila tidak ada anak balita)
Keluarga mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah setiap hari
b)      Cara Pengukuran
Menanyakan kepada ibu tentang konsumsi lauk hewani dan buah dalam menu anak balita selama 2 (dua) hari terakhir. atau (bila tidak ada anak balita) Menanyakan kepada ibu tentang konsumsi lauk hewani dan buah dalam menu keluarga selama 3 (tiga) hari terakhir.
c)      Kesimpulan
·           Jika Ada Balita:
Baik: Bila setiap hari makan lauk hewani dan buah
Belum baik: Bila tidak tiap hari makan lauk hewani dan buah
·           Jika Tidak Ada Balita:
Baik: Bila sekurangnya dalam satu hari keluarga makan lauk hewani dan buah
Belum baik: Bila tidak makan lauk hewani dan buah
4.      Menggunakan garam beryodium
a)      Pengertian
Keluarga menggunakan garam beryodium untuk memasak setiap hari
b)      Cara Pengukuran
Menguji contoh garam yang digunakan keluarga dengan tes yodina/tes amilum.
c)      Kesimpulan
Baik: Beryodium (warna ungu)
Belum baik: Tidak beryodium (warna tidak berubah/muda)
5.      Memberikan suplemen gizi sesuai anjuran
a)      Pengertian
 Bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A biru pada bulan Februari atau Agustus.
Anak balita 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A merah setiap bulan Februari dan Agustus.
b)      Cara Pengukuran
Lihat catatan pada KMS/catatan posyandu/buku KIA, bila tidak ada tanyakan pada ibu.
c)      Kesimpulan
Bayi 6-11 bulan dan Anak balita 12-59 bulan:
Baik:
• Bila mendapat kapsul biru pada bulan Feb atau Agt (6-11 bln).
• Bila mendapat kapsul merah setiap bulan Feb dan Agt (12-59 bln).
Belum baik: Bila tidak mendapat kapsul biru/merah.
C.      PENILAIAN KELUARGA SADAR GIZI    
Penilaian keluarga sadar gizi dapat dinilai jika syarat-syarat sudah terpenuhi, antara lain:
1.         Status gizi seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak baik
2.         Tidak ada lagi bayi berat lahir rendah pada keluarga
3.         Semua anggota keluarga mengkonsumsi garam beryodium
4.         Semua ibu memberikan hanya ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
5.         Semua balita dalam keluarga yang ditimbang naik berat badannya sesuai umur
6.         Tidak ada masalah gizi lebih dalam keluarga. (Depkes,2004)
BAB III
KESIMPULAN
A.      KESIMPULAN
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa  keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kesehatan  terutama dalam hal mencegah dan menanggulangi gizi buruk. Hal ini salah satunya dapat dilakukan dengan program kesehatan kadarzi.
B.       HARAPAN
Dengan program kadarzi ini diharapkan kesehatan masyarakat dapat meningkat terutama untuk mengurangi angka kejadian gizi buruk di negeri ini. Sejalan dengan dilaksankannya program kadarzi ini pemerintah hendaknya tetap memberikan perhatiannya kepada masyarakat yang dilakukan antara lain dengan secara terus menerus melakukan promosi dan menyediakan sarana prasarana guna pencapaian program kadarzi. Sedangkan untuk masyarakat diharapkan dapat senantiasa berpartisipasi dengan melaksanakan program tersebut secara baik.
 


DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.2000. Buku Modul akademi Gizi Tatalaksana Penanggulangan Gizi Buruk. Jakrta : Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI.
Pudjiadi, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
http://www.scribd.com/doc/6549689/GIZI-BURUK
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/12/penanggulangan-gizi-buruk.html