SUWEG

Tanaman yang tertera di latar depan foto ini nama daerahnya adalah suweg. Tanaman berumbi ini sebelum tumbuh dan membesar di permukaan tanah, didahului oleh munculnya bunga. Ya, bunga. Bunga yang menebarkan bau seperti bangkai. Bunga bangkai dari Jawa yang saya posting-kan sebelumnya. Setelah bunga itu layu dan memudar bau tak sedapnya, kemudian muncul tumbuhan yang sesungguhnya.

Batang semu tanaman tersebut akan layu pada saat musim kemarau datang. Saat itulah tanaman suweg akan memasuki masa dorman seperti keladi. Pada masa dorman itulah biasanya penduduk memanennya dan memanfaatkannya sebagai penganan.

Pada masa kecil saya penganan dari suweg ini cukup populer sebagai camilan. Masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, dan masyarakat Jawa Timur sangat mengenalinya. Umbi yang kaya akan karbohidrat ini biasanya diolah menjadi makanan rebus yang kadang-kadang dihidangkan dengan ditaburi parutan kelapa muda. Bahkan sebagian orang merasa sudah kenyang bila memakan penganan suweg rebus tanpa harus makan nasi lagi. Kini tanaman ini semakin langka dan kurang diminati oleh generasi muda. Padahal suweg sebagai sumberdaya alam dari hasil pertanian hendaknya harus dipertahankan keberadaannya karena bisa berfungsi sebagai makanan alternatif makanan pokok pengganti beras.
*)Tulisan ini merupakan copy dari posting saya di blog saya sendiri yang beralamat pada http://nuansamasel.blogspot.com. Blog tsb mungkin akan saya hapus dan posting difokuskan pada blog utama, yakni http://wwwnuansamasel.blogspot ini. Mohon maklum.

PENAMBANGAN BATUKAPUR

Pegunungan kapur merupakan gejala khas di daerah Karst. Daerah kapur ini tersusun dari batuan kapur (lime stone) dengan mineral penyusun utamanya adalah kalsium karbonat (CaCO3). Batuan kapur tergolong batuan sedimen yang dalam pembentukannya dipengaruhi oleh peranan organisme. Organisme yang dimaksud adalah organisme laut, yakni binatang karang. Dengan demikian daerah kapur itu sebelumnya merupakan laut. Daerah kapur sebagai batuan sedimen, biasanya kaya akan fosil.
Di pulau Jawa, khusunya di Jawa Timur, dikelompokkan menjadi tiga rangkaian pegunungan kapur. Pegunungan kapur tersebut adalah pegunungan Kapur Utara, pegunungan Kapur Tengah yang sering disebut pegunungan Kendeng, dan pegunungan Kidul (pegunungan Kapur Selatan).

Foto yang terpampang di atas adalah bagian kecil dari rangkaian pegunungan Kidul, tepatnya di daerah Malang Selatan. Gambar tersebut merupakan wujud pemanfaatan batuan kapur sebagai bahan galian. Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1976 tentang Pertambangan, batu kapur sebagai bahan galian termasuk dalam bahan galian golongan C. Berdasarkan yang mengusahakan penambangan batuan kapur ini diusahakan oleh rakyat.

Dalam melakukan penambangan kapur, masyarakat setempat bekerja secara berkelompok antara tiga sampai sepuluh orang. Peralatan yang digunakannya hanya peralatan-peralatan sederhana, yakni cangkul, ganco, linggis, dan beberapa peralatan bantu lainnya. Biasanya mereka bekerja mulai dari pagi, sekitar pukul 8.00 sampai senja hari (sekitar pukul 17.00).

Walau dengan menggunakan alat sederhana dan seadanya, namun mereka mampu dan berani merobohkan batuan kapur yang terjal nan kokoh ini. Pelan tetapi pasti, bukit kapur berketinggian lebih dari 750m di atas permukaan laut ini roboh dan hancur. Apakah ada dampak ekologis? Jelas ada tentunya. Solum tanah yang relatif tipis (5cm-10cm) akan semakin mudah terkoyak dan yang tersisa adalah pemandangan yang gersang. Belum lagi dampak runtuhnya batuan kapur pada areal pertambangan.

Sebenarnya yang mereka cari adalah bongkahan-bongkahan batu kapur yang biasanya untuk pondasi bangunan atau untuk pengeras jalan, di samping kalau kualitas kapurnya bagus biasanya akan menjadi bahan mentah dalam industri gamping. Hasilnya tidak seberapa. Pendapatan mereka setiap hari berkisar sekitar Rp 30.000,- sampai Rp 75.000,-
*) Posting ini merupakan copy dari blog saya yang lain, yakni http://nuansamasel.blogspot.com dengan judul yang sama. Dalam waktu dekat, blog saya tersebut insya Allah akan saya hapus dan difokuskan pada blog utama yang tersaji ini demi untuk kemudahan. Mudah-mudahan pembaca maklum,