Melihat Penelitian Budidaya Sidat Di Pelabuhan Ratu

Sidat Kita

Ikan Sidat Dikolam Pembesaran
Seiring dengan potensialnya pasar ikan sidat di pasaran luar negeri khususnya di Jepang, sejumlah masyarakat Cipatuguran, Kec. Palabuhanratu kini tengah melakukan penelitian usaha budidaya ikan sidat di Stasiun Lapang Kelautan (SLK) Institut Pertanian Bogor (IPB) di Cipatuguran, Palabuhanratu. Penelitian ikan sidat tersebut bekerjasama dengan pihak kampus IPB dan investor dari Jepang, PT Jawa Suisan.
Penelitian ikan sidat ini akan dilakukan selama lima tahun. Sampai sekarang, penelitiannya baru berjalan satu tahun,” kata Pengelola SLK IPB, Syarif Budiman (36) warga Cipatuguran saat ditemui di SLK IPB di Cipatuguran, Palabuhanratu, Menurut dia, peluang pasar ikan sidat di luar negeri, saat ini dinilai cukup tinggi, terutama di Jepang. Kebutuhan ikan sidat di pasaran luar negeri mencapai sekitar 300.000 ton per tahun. Khusus di Jepang, permintaannya mencapai 120.000 ton per tahun atau hampir setengahnya kebutuhan dunia. Oleh karena itu, Jepang merupakan pasar terbesar untuk pasar ikan sidat.
“Bahkan di Jepang, harga ikan sidat yang sudah matang cukup mahal hingga mencapai Rp 200 ribu per kg. Ikan sidat ini, dari dulu sudah menjadi konsumsi harian masyarakat Jepang karena kandungan gizinya sangat tinggi,” kata Syarif.
Dikatakan, potensialnya pasar ikan sidat itu lah yang melatarbelakangi kegiatan penelitian budidaya ikan sidat di Palabuhanratu. Tak hanya di Palabuhanratu saja, di Karawang dan Indramayu pun tengah dilakukan penelitian yang sama. Bahkan penelitiannya dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan daerah setempat. “Kalau kita, kerjasamanya dengan investornya langsung dari Jepang,” tutur Syarif. 
Ia mengatakan, penelitian ikan sidat tersebut dilaksanakan untuk meneliti sejauh mana prospek usaha budidaya ikan sidat di Palabuhanratu, baik dari pembudidayaannya maupun dari keuntungan yang didapat. Jika prospeknya menguntungkan, investor akan menanamkan modalnya untuk mengembangkan usaha budidaya tersebut, termasuk membangun pabrik pengolahannya. 
“Kalau menguntungkan, investornya akan membangun pabrik pengolahan di sini. Ikan sidat yang menyerupai belut ini akan dimasak, diolah dan dikemas di sini. Setelah itu, baru dikirim ke Jepang berbentuk produk makanan olahan,” tuturnya. Lebih jauh Syarif menjelaskan, penelitian ikan sidat saat ini sedang difokuskan pada pengujian tingkat salinitas (kadar garam) dalam air, suhu serta pakan. Dikarenakan penelitiannya baru berjalan setahun, sehingga sampai sekarang belum diketahui hasil sementara penelitiannya.
“Apakah air, suhu dan pakan diberikan sudah cocok atau belum, kita juga belum tahu. Hanya saja, dalam penelitian ikan sidat selama setahun ini, tingkat kematian ikan sidat ini masih relatif tinggi, kira-kira mencapai 60 persen. Tapi untuk mengetahui hasil penelitian secara menyeluruh, tahun 2014 nanti ada evaluasi langsung oleh Dinas Perikanan Jabar, IPB dan investor dari Jepang,” katanya.(sumber: Pikiran Rakyat)
By. Sidat Kita

Jenis Filter Untuk Kolam Sidat

Sidat Kita

Sidat Kita

Air jernih tidak selalu berarti air yang sehat untuk ikan, mungkin air tersebut mengandung zat tidak berwarna seperti amonia dan nitrit, yang berbahaya dan bahkan mematikan ikan. ini dia macam-macam filter yang perlu diketahui :

Filter Mekanis.
Sebagian besar media filter memiliki fungsi mekanis. Tangki settling membuat gravitasi untuk menarik limbah padat untuk dikeluarkan dari air dengan memperlambat aliran air. Tangki settling biasanya ditempatkan diawal filter.

Dalam tangki settling dibuat pusaran air yang bergerak secara melingkar yang memungkinkan kotoran padat dalam air berkumpul di pusat dengan mudah dapat dialirkan ke pembuangan. Filter kasa atau anyaman dapat digunakan untuk menyaring air untuk tahap selanjutnya.

Filter Biologi.
Filter bergantung pada bakteri yang spesifik untuk menghancurkan sisa pakan atau kotoran ikan yg meracuni kolam menjadi substansi yang tidak berbahaya. Ada dua tahapan menguraikan amonia, tiap tahap memerlukan bakteri yang berbeda. Tahap pertama adalah menguraikan amonia menjadi nitrit dengan bakteri untuk nitrifikasi, seperti Nitrosomonas. Tahap kedua adalah mengkonversi nitrite menjadi nitrat oleh Nitrobacter.

Kedua jenis bakteri ini membutuhkan oksigen untuk hidup, endapan yang terbentuk dalam filter akan menekan level oksigen, sehingga penting untuk membuat sedimen dalam kondisi minimum, dengan menempatkan tangki settlemen dan dengan secara teratur, membersihkan filter ( jangan menggunakan air pam yang mengandung chlorine, karena akan membunuh bakteri).

Berbagai media yang berbeda mungkin di tempatkan pada filter, material seperti gravel, matt, hair roller, busa, bisa diterapkan untuk menyediakan permukaan bagi bakteri untuk berkembang biak. Filter biologi membutuhkan waktu beberapa minggu untuk menjadi matang, budidaya bakteri nitrifikasi akan mempercepat proses.

Filter Kimia.
Karbon aktif menghilangkan chlorine, rasa, bau, warna, pestisida, logam berat dan ketidakmurnian lain. Filter carbon mesti diganti tiap 3 bulan. Zeolite akan menyerap amonia dari air. Fitur yang baik dari Zeolite ialah dapat di bersihkan dalam air garam (6 gr) per liter, selama 24 jam dan dapat digunakan kembali. Jangan menambahkan garam ke air kolam anda jika menggunakan Zeolite, karena ini akan melepaskan sejumlah amonia.

Jika filter biologi digunakan, filtrasi kimia tidak diperlukan lagi, tapi dapat digunakan jika filter biologi yang sudah jadi (matang) tidak mencukupi untuk kolam.  Filter pasir, beberapa pemelihara ikan menggunakan filter pasir sebagai tahap akhir untuk membersihkan air. Air dilewatkan ke pasir dengan tekanan tinggi, dan keluar dengan sangat jernih. Aktivitas bakteri juga mengambil tempat dalam filter pasir. Filter pasir cukup mahal, susah dibuat sendiri karena memerlukan tekanan air yang tinggi.

Pengontrolan Alga
Filter boologi merubah amonia menjadi nitrat, yang kurang berbahaya bagi ikan (kecuali dalam tingkatan yang tinggi), tetapi kerugiannya adalah alga menyukai nitrt, dan alga akan berkembang biak. Ada dua tipa masalah oleh alga, Air hijau, dan tanaman air. Air menjadi hijau karena alga mikroskopis di air, tidak berbahaya bagi ikan yang memakan alga.

Dalam cuaca cerah alga akan menggunakan oksigen, yang menyebabkan ikan susah bernapas. Ada beberapa cara untuk mengurangi alga: filter tanaman sayur sayuran, tumbuhan yang menggunakan nitrat, sehingga tidak cukup bagi alga. Filter Ultra Violet juga membunuh alga yang lewat; Bahan kimia Algaecide dapat digunakan tetapi masalah akan muncul kembali; Magnet yang ditempatkan pada pipa akan merusak sel alga secara internal, ini akan membunuhnya atau membuat alga tidak ber-reproduksi. Blanket weed (filament algae) akan membentuk pita panjang juga dapat dicegah dengan filtrasi dengan tanaman air, algaecide dan magnet.

Pembersihan Filter
Filter perlu dibersihkan secara teratur untuk membuang endapan, pertimbangkan hal ini dalam pembuatannya. Bikin pengeluaran pada dasar tangki, sehingga endapan dapat keluar dengan mudah, dan pembersihan endapan mudah dilakukan. Hal lain yg mudah dilakukan adalah menempatkan media filter dalam kantung dari jaring, tidak menuangkan media ke tangki begitu saja, sehingga media filter mudah di ambil satu persatu tiap kantung. Jangan sekali kali membersihkan filter dengan air PAM untuk filter yg sudah ada bakterinya, ini akan membunuh bakteri filter dan anda akan membutuhkan waktu agar bakteri berkembang biak lagi. (Diterjemahkan oleh: Ariya Hendrawan)

By. Sidat Kita

Cara Mengetahui Benih Sidat Yang Baik

Sidat Kita
Sidat Kita
Benih sidat yang baik pasti sangat berpengaruh pada hasil akhir yang baik pula, tetapi banyak dari kita tidak tahu bagaimana membedakan benih sidat yang baik dan yang kurang baik dan apakah dari para sidater sekalian mengetahui benih yang baik untuk pembesaran? Apa saja kriteria benih yang baik?

Dari pembicaraan dengan salah seorang pelaku budidaya sidat, saya mendapatkan informasi bahwa jika kita menggunakan fingerling atau elver dari tangkapan alam maka resiko gagal dalam pembesaran sidat cukup besar. Walaupun ukuran benih seragam, tetapi kita tidak tahu apakah umurnya seragam atau tidak. Bisa jadi ada sebagian yang sudah jauh umurnya tetapi beratnya sama dengan yang lebih muda.

Salah satu kriteria yang diungkapkan dalam memilih benih sidat adalah ukuran ekor tidak boleh lebih besar/panjang dari bagian badannya. Karena jika ekornya panjang sidat tidak akan menjadi besar alias “kuntet” atau sidat tersebut akan terus memanjang tidak membesar. Mohon dikoreksi juga kurang benar.


Untuk mengurangi resiko kegagalan maka lebih baik jika benih diambil dari pembudidayaan glass eel atau kita melakukannya dari glass eel. Dengan catatan bahwa pembudidaya glass eel harus jujur untuk memisahkan benih yang dari awal beratnya tidak berkembang dengan benih yang tumbuh berkembang. Pembudidaya glass eel boleh mengklasifikasi benih elver ataupun fingerling yang seseuai dengan kwalitasnya yaitu Super untuk kwalitas yang baik KW 1 untuk yang sedang dan KW2 untuk yang kwalitas kurang baik. Ini hanya sekedar usul saja agar nantinya disepakati oleh semua pembudidaya baik Glass Eel, Elver maupun Pembesaran.

Jika rekan-rekan sidat mengetahui kriteria lain dalam memilih benih yang baik, terutama untuk benih hasil tangkapan alam, mohon sharingnya. Karena untuk saat ini belum banyak yang menghasilkan benih fingerling dari glass eel.(Adhi Budi)

By. Sidat kita

Budidaya Sidat Australia Ukuran Elver Besar

Sidat Kita

Sidat Kita
Faktor pakan yang bagus dan sirkulasi yang baik sangat berpengaruh sekali dalam perkembangan sidat dikolam budidaya, salah satu farm atau perusahaan yang telah memberika report untuk pembesaran sidat asal australia yang berciri fisik lebih pendek dari sidat bicolour ini adalah perusahaan NIWA, disini NIWA membesarkan Sidat Australia yang mendekati ukuran komersial sebagai pilot project. 
Fokus utama adalah meminimumkan biaya untuk membesarkan sidat dengan menggunakan system kolam yang ada, dan menentukan makanan yang mudah didapat dan tidak mahal. Penelitian memilih sidat betina dan makanan suplemennya untuk meningkatkan produksi dari tangkapan alam.

Hasil dari pembesaran percobaan dalam kolam budidaya dari limbah ternak juga dicoba. Didapatkan sidat betina yang tumbuh lebih besar dari jantan dapat diseleksi. Ukuran sidat minimum untuk pembesaran dan stok alam dalam kondisi jelek tidak mempengaruhi pertumbuhan sidat menjadi besar. Proporsi sidat ini dapat dengan cepat dibesarkan baik itu dalam kolam pembesaran ataupun sidat yang dialiri air limbah dari ternak, pertumbuhan 50 kali lebih cepat dari yang ada di sungai Waikato.

Dalam jangka pendek pemberian suplemen level rendah dari stok budidaya, pertumbuhan sidat dapat mencapai 14 kali dari pertumbuhan di sumber air asal dan stok awal. Bahkan budi daya jangka pendek dari sidat dalam kolam budi daya yang berkualitas bagus dengan kerapatan lebih rendah dari kondisi alamiah dan tanpa tambahan pakan ekstra juga dicapai pada kolam dengan air dari limbah ternak (dairy farm) dan dapat mencapai ukuran dan kondisi siap pasar. Pertumbuhan jangka pendek cepat (220g ke 550 g dalam 2 bulan), dan peningkatan kondisi juga dalam kolam yang dialiri limbah peternakan tanpa pakansuplement.

pertumbuhan sidat individu berubah ubah baik itu dalam kolam pembesaran atau kolam dengan air limbah, dan akibatnya formulasi pakan yang merangsang pertumbuhan sidat secara cepat akan menjadi faktor krusial untuk sukses usaha pembesaran sidat.

Perusahaan komersial dengan sistem filtrasi sirkuler dengan teknologi tinggi, mendapatkan eel dari 300 g tumbuh menjadi 800 gr hanya dalam 50 hari. NIWA telah menyelidiki tipe dari pakan yang memicu pertumbuhan pemberian pakan tingkat tinggi untuk kedua spesies sidat sehingga dapat diadopsi oleh usaha intensif dan ekstensif budidaya sidat.

By. Sidat Kita

Kondisi Sidat Saat Ini Di Indonesia

Sidat Kita

Sidat Kita
“Kami sudah membuat banyak publikasinya dalam jurnal ilmiah internasional. Sayang, di Indonesia tidak banyak yang tertarik.” Banyak yang spontan terkekeh ketika Yulia mengungkapkan belum ada yang pernah bisa menyaksikan bagaimana sidat kawin dan memijahkan telurnya di laut. Seorang teman wartawan berceletuk, “Apa pentingnya menonton ikan kawin?” Tapi Yulia bergeming. 
Wanita bernama lengkap Hagi Yulia Sugeha, yang juga peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, melanjutkan, “Sensei saya penasaran sekali ingin bisa melihatnya.” Yulia menerangkan, sidat (Anguilla spp.) tidak sebatas lezat disantap. “Siklus hidupnya juga sangat unik,” katanya. Yulia menjelaskan, sidat hidup di dua alam: ia berpijah di laut, lalu bayi- bayi sidat akan mencari air tawar untuk melanjutkan hidupnya sebelum belasan tahun kemudian–ketika sudah dewasa–kembali lagi ke laut. 
Siklus hidup itu mirip salmon, yang berpijah di perairan tawar dan tumbuh dewasa di laut. Bedanya, kata Yulia, “Kita sudah mengenal dan mengeksploitasi salmon, sedangkan sidat? No body knows.” Nah, rupanya, di sinilah yang terpenting yang membuat Yulia ikut penasaran sama seperti sensei-nya–Katsumi Tsukamoto, profesor di Institut Penelitian Laut Universitas Tokyo. Apalagi belakangan Yulia mengetahui bahwa tujuh dari 18 spesies ikan itu yang pernah dilaporkan endemik perairan tropis.

Yulia jadi sangat tertarik untuk memetakan lokasi-lokasi pemijahan itu khusus untuk perairan tropis di Indonesia. Dia pun sempat berlayar tiga tahun, tapi tidak tuntas karena faktor biaya. Yulia memutuskan sedikit banting setir. Dia memilih pertanyaan yang lebih spesifik dengan kebutuhan dana yang lebih kecil: apakah proses masuknya bayi-bayi sidat itu ke perairan tawar (recruitment) yang terjadi di setiap perairan di Indonesia sama. Hasil penelitiannya yang sudah berjalan tiga tahun dan masih setengah matang—karena dijadwalkan baru selesai tahun depan–itulah yang dipaparkannya kepada wartawan dari berbagai media di kantor LIPI.
Tepat sepuluh tahun lalu, Yulia, yang saat ini berusia 33 tahun, berkenalan dengan sidat. Saat itu Yulia masih asisten dosen di kampusnya, Universitas Sam Ratulangi, Manado. Tsukamoto datang untuk meneliti sidat di Sulawesi Utara. “Kebetulan lokasinya itu adalah daerah kelahiran saya di Kabupaten Bolaang Mongondow, yakni di muara Sungai Koidar. Saya ditugasi menemani beliau dan timnya,” dia mengenang.

Berawal dari ditanya-tanyai, Yulia akhirnya ditawari terlibat langsung dalam penelitian jenis ikan yang sering disangka ular atau belut itu. Pucuk di cinta, belakangan Yulia malah bisa mengambil master dan doktor lewat proyek itu. Sejak perkenalannya itu, Yulia rajin mengikuti sidat. Dia menangkap di alam dan mengikuti siklus hidupnya. “Kalau larvanya ada di laut, ya nangkap di laut. Juvenile-nya di muara, saya pergi dan nangkap di sana. Yellow eel-nya (sidat muda) ada di sungai, danau, dan rawa, saya pergi ke sana,” urainya panjang lebar.

Sekali sesar, metode transeknya mampu menjala hingga ribuan ekor. Dari jumlah itu, dia mengoleksi seratusan saja. Sisanya dilepas kembali. Langkah selanjutnya adalah identifikasi dan konfirmasi spesies. Pendekatan penghitungan tulang dengan teknik pewarnaan diperbantukan untuk upaya itu. Lepas dari pengamatan morfologi, Yulia juga melangkah lebih jauh kepada uji genetik lewat pemotongan fragmen-fragmen DNA. Dari situ saja, sebenarnya dia sudah bisa menelusuri perbedaan spesies. Tapi, ternyata, banyak didapatkannya potongan-potongan baru berisi kode yang belum pernah dilaporkan. “Ini berpeluang spesies baru,” katanya.

Kode-kode itu sebenarnya bisa dipastikannya lewat uji lanjutan, sequencing. Setengah bersedih, Yulia harus menerima kenyataan bahwa uji itu belum bisa dilakukannya karena lebih mahal ketimbang sebatas pemotongan fragmen DNA. Meski begitu, Yulia mengatakan sudah banyak hasil penelitiannya yang bisa disimpulkan tentang sidat Indonesia. Banyak pula publikasi yang sudah dibuat dan dimuat dalam jurnal ilmiah internasional. “Sayang, di Indonesia tidak banyak yang tertarik,” katanya.

Bukan tanpa alasan Yulia mengeluh. Harga makanan olahannya yang mahal (seporsi kabayaki–makanan olahan dari sidat di Jepang—hampir Rp 400 ribu) mendorong terus berlangsungnya eksploitasi besar-besaran sidat di luar perairan tropis. Padahal, katanya lagi, negara sekaliber Jepang belum berhasil mengembangkan teknik pembiakannya. Di laboratorium, larva sidat hanya bertahan tiga hari, lalu mati. “Otomatis stok benih sidat di alam akan terancam, dan mereka mereka mulai mencarinya ke perairan tropis,” kata Yulia. Dan kita di sini (tropis) bisa tidak menyadarinya sama sekali.
By. Sidat Kita

Hal Yang Mempengaruhi kolam Sidat

Sidat Kita

Sidat Kita
Setiap orang pasti ingin mendapatkan hasil yang maksimal dari budidaya ikan sidat dikolamnya, nah kondisi lingkungan yang tidak mendukung dapat menyebabkan terjadinya stress pada ikan sidat, baik yang hidup di alam maupun di kolam budidaya. Perubahan lingkungan yang berada diluar batas toleransi ikan sidat dapat menimbulkan terjadinya gangguan pertumbuhan, reproduksi dan bahkan mengakibatkan kematian yang bersifat massal. 
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap ikan sidat adalah kelarutan gas (oksigen dan karbondioksida), temperatur, salinitas dan parasit.

A. Gas-gas terlarut
Secara umum, ikan sidat lebih tahan terhadap konsentrasi oksigen yang rendah jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya (misal: ikan mas, ikan tawes, ikan nilem). Pada kondisi “apnoea”, yaitu keadaan dimana otot-otot pernapasan dan alat pernapasan lainnya (insang, paru-paru) dalam kondisi istirahat, elver (benih sidat ) mampu bernapas selama 30 menit. Selama 30 menit tersebut, elver  hanya menggunakan oksigen yang tersimpan dalam darahnya, tanpa mengambil oksige dari luar. Kemampuan ini merupakan bukti bahwa ikan sidat mampu hidup dalam kondisi hipoxia (kekerangan oksigen). Selain itu, sidat juga mampu bernapas melalui kulitnya, meskipun tidak menyumbang oksigen yang tinggi.

Sidat berukuran 100g mampu mengatur dan mengkompensasi oksigen yang rendah, tetapi tidak tahan terhadap konsentrasi karbondioksida yang tinggi (hypercapnia). Daya tahan yang tinggi terhadap hypoxia pada sidat ukuran 100g diduga mengurangi daya tahannya terhadap hypercapnia. Sedangkan pada sidat berukuran 100-300g, kemampun bertahan pada kondisi hypoxia juga diimbangi dengan kemampuan bertahan dalam kondisi hypercapnia. Konsentrasi C02 yang tinggi pada air tawar kemungkinan disebabkan oleh aktivitas metabolisme mikroba dan pertukaran gas di permukaan air.

Oksigen terlarut (DO) pada malam hari akan menurun secara tajam di perairan eutrofik. Hal ini disebabkan terhentinya proses fotosintesis oleh fitoplankton atau kematian massal alga pasca terjadinya “blooming”. Kombinasi antara temperatur air yang tinggi pada siang hari dengan oksigen terlarut yang rendah di malam hari dapat menyebabkan terjadinya kematian massal ikan sidat.

B. Kejenuhan gas
Kejenuhan gas yang terlalu tinggi (gas supersaturation) di perairan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit gelembung gas (gas bubble disease). Perairan dengan kandungan gas super jenuh menyebabkan cairan dalam tubuh ikan mengalami hal yang sama, sehingga timbul gas (terutama N dan O2) dalam pembuluh darah dan jaringan tubuh dan menyebabkan “emboli”. Emboli akan mengganggu transportasi oksigen, ikan akan mengalami hypoxia dan kerusakan jaringan, akibat lebih jauh akan menyebabkan kematian massal. Kondisi gas super jenuh di perairan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

pemanasan air pada kolam budidaya atau danau, fotosintesis berlebihan, tekanan udara rendah (biasa terjadi jika akan ada badai atau angin puting beliung) produksi gas O2, N dan metana akibat adanya aktivitas bakteri pemanasan oleh matahari dalam waktu yang lama dan angin dalam kondisi tenang (misalnya pada musim kemarau di daerah pengunungan/lembah)


C. De-stratifikasi Suhu
Stratifikasi suhu biasa terjadi pada perairan eutrofik dimana proses fotosintesis menghasilkan osigen terlarut yang tinggi di zona epilimnion, tetapi menyebabkan kondisi anaerob pada zona hypolimnion. Pada perairan dangkal, stratifikasi suhu terjadi pada siang hari. Pada malam hari akan terjadi de-stratifikasi suhu yang diakibatkan kehilangan panas di permukaan air. Dalam kondisi de-stratifikasi, air pada zona hypolimnion yang miskin O2 akan bercampur dengan air di zona epilimnion yang kaya oksigen. Proses percampuran ini mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi O2 yang tajam dan dapat menyebabkan kematian massal ikan.

D. Temperatur/Suhu
Ikan sidat mempunyai toleransi yang tinggi terhadap suhu, daya toleransi terhadap suhu juga akan meningkat sejalan dengan bertambahnya ukuran tubuh ikan. Glass eel (larva sidat) spesies Anguilla australis mampu hidup pada suhu 28°C, elver 30,5-38,1°C dan sidat dewasa 39,7°C. Ikan sidat tropis (A. bicolor, A. marmorata) kemungkinan besar mempunyai toleransi terhadap suhu yang lebih tinggi dari A. australis.

Mucus atau lendir yang terdapat pada kulit ikan sidat memiliki zat anti bakteri yang sangat kuat, salah satunya adalah antibacteri kelompok protease seperti cathepsins L dan B. Suhu yang tinggi (30°C) dan rendah (10°C) dapat meningkatkan sensitifitas ikan sidat terhadap bakteri cathepsin yang ditularkan melalui kulit. Kemampuan bertahan terhadap serangan bakteri dapat ditingkatkan melalui perlakuan suhu (thermal stress).

E. Salinitas (kadar garam dalam air)
Ikan sidat dalam beberapa stadia hidupnya akan melakukan adaptasi terhadap salinitas. Stadia glass eel (larva) lebih menyukai air laut dan bersifat osmoregulator kuat. Sedangkan elver (benih sidat) yang sudah mengalami pigmentasi penuh lebih menyukasi perairan tawar.

Salinitas media pemeliharaan juga mempengaruhi respon ikan sidat terhadap tekanan lingkungan. Glass eel A. anguilla yang dipelihara di air tawar dan mampu hidup 60 hari tanpa makan sedikitpun. Pada salinitas 10 dan 20 ppt, glass eel mampu berpuasa 37 dan 35 hari. Dengan demikian, salinitas mampu meningkatkan daya tahan glass eel terhadap kelangkaan makanan. Glass eel yang sedang ber-metamorfose ke stadia elver lebih tahan terhadap kelaparan jika berada di perairan tawar daripada periaran payau. Ketahanan terhadap kelaparan diduga berhubungan dengan kapasitas ikan sidat dalam melakukan proses osmoregulasi dan penurunan konsumsi energi untuk proses metabolisme.

F. Ammonia
Ammonia merupakan polutan yang masuk ke perairan melalui saluran limbah. Ammonia dalam keadaan tak ter-ionisasi NH3 lebih beracun bagi ikan. Daya toksik akan meningkat sebanding dengan peningkatan pH air. Konsentrasi NH3 pada pH yang sama akan meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu. Selanjutanya, toksisitas NH3 akan meningkat jika kelarutan oksigen (DO) menurun. A. australis dan A. dieffenbachii mampu bertahan hidup pada perairan dengan kadar ammonia lebih dari 2mb/l.

Sekedar berbagai ajapostingan ini diambil dari berbagai sumber, semoga bisa menambah pengalam buat kita semua terutama bagi yang ingin budidaya sidat.
By. Sidat Kita

Cara Menyiasati Kolam Sidat Dengan Kepadatan Tinggi

Sidat Kita
Sidat Kita
Mengharap hasil yang maksimal dari kolam yang bisa dibilang kecil sebenernya boleh-boleh aja asalkan tahu cara menyiasatinya dan tentunya harus tahu ilmunya dulu biar nanti menghasilkan seperti yang kita harapkan, disini akan dibahas bagaimana agar bisa budidaya dikolam kecil dengan hasil maksimal. 
Tentunya kepadat sangat tinggi.  Nah untuk kepadatan diatas 30 kg/m3 atau 40kg/ m3, di perlukan Injeksi Langsung Oksigen, High density, Automatic RAS memang sangat mahal kalau mesin mesin di import dari LN seperti Jerman, contoh dulu di Parung, Farm Sidat, Jerman Punya, bangkrut usaha sidatnya, ini high Capital Investment. 
Tetapi ini bukan tidak bisa di buat, akan saya konsultasikan dgn Prof. Dr. Dimitri Mahayana teman saya Control Engineer, yang study di Jepang, untuk bikin produk dalam negeri bisa lebih murah. Fadel Muhammad saja dulu bikin Garbarata waktu di Bukaka, tentu beliau bisa bikin model RAS hitech untuk 200 kg/m3.

Tapi di negara kita banyak matahari, suhu cocok, dua musim, air berlimpah (tinggal cari lokasi ada mata air), sawah bisa dikonversi jadi tambak (perlu dihitung untung mana sawah atau tambak sidat), bisa sewa tanah 5 s/d 10 tahun, sekitar 2 juta/ha/tahun di jawa barat.

Kalau ada 20 juta bisa 10 tahun sewa tanah. Matahari bisa dipakai untuk mengeletrolisis air jadi oksigen (untuk direct injection pond, terutama untuk elver indoor), Oksigen dan Hydrogen bisa di dapat dari elektrolisis, bisa disimpan jadi energi potensial dari Fuel Cell (Sel Bahan Bakar), kalau ada sumber panas bumi juga bisa jadi energi. Atau juga pakai sel surya seperti punya Israel, pakai pantulan cermin parabolic.

Supaya Benefit/ Cost ratio tinggi, pakai sumber energi terbaharukan, kolam harus ada mata air terlindung minimal debit 5.2 liter/ detik (350m3/hari) untuk produksi 20 ton, daripada sedot air tanah seperti di Krawang (deep well) kedalaman 120 meter, listrik, solar dll berapa. Dapatkah model di krawang mencapai skala ekonomis.

Di Jepang mereka memang berani sedot air pakai, listrik, tapi untuk bersaing, strategi dan perencanaan dengan green energy akan perlu pertimbangan serius, perencanaan 50% dari sukses. 

By. Sidat Kita

Pembuatan Tempat Pakan Ikan Sidat

Sidat Kita

Sidat Kita

Makanan yang baik dan teratur akan membawa dampak positif untuk perkembangan sidat, nah disini kita akan membahas cara untuk membuat tempat pakan otomatis biar kita tidak repot lagi, hehe…Untuk tempat pakan yang otomatis, bisa digunakan botol aqua/coca-cola dasarnnya di potong, dibalik. Moncongnya di potong diameter 8cm.

Untuk menaburkan pellet, bikin pakai motor listrik ac, dikontrol oleh relay, atau rangkaian switching dan timer. Motor listrik menghadap ke atas, di pasang di dudukannya di atas kolam, pada poros motor dipasang pelat, dan posisikan dekat moncong aqua galon. Pellet yang di masukan lewat bagian atas container (aqua galon) akan keluar ke moncong aqua ke atas pelat(jarak moncong aqua galon dgn pelat .75 cm), dan tersumbat jika pellet sudah banyak keluar maka saat piringan pelat berputar otomatis dengan diatur timer, maka pelet akan dilontarkan secara radial di atas tangki (pembesaran elver).
By. Sidat Kita

Hal hal Yang Dibutuhkan Untuk Memulai Budidaya Sidat

Sidat Kita

Sidat Kita

Banyak orang bertanya, bagaimana memulai budidaya sidat? apa saja yang harus dipersiapakan? apa saja yang dibutuhkan baik sarana maupun prasaranannya??
Disini kita akan membahas langkah awal untuk memulai budidaya sidat, ini dia syarat dan ketentuannya, walau terkesan susah tapi sebenarnya tidak saklek seperti yang tertulis, karena ini saduran dari buku berjudul Eel Culture (Atsushi Usui), sekedar referensi dan menembah pengetahuan kita, hehe…:

  
Karakter dari Person In Charge (PIC)

  1. Apakah anda mempunyai naluri bisnis, dan pengetahuan dari prosedur keuangan? Apakah anda mengetahui detail ilmiah biologi sidat?
  2. Apakah anda  bertangan dingin, dan mempunyai kemampuan teknis praktis seperti membangun struktur bangunan dari beton? Jika anda tipe “high powered tycoon”, anda akan cepat menjadi bosan dengan budi daya sidat, dan keluar dari usaha.

Pembiayaan Modal

  1. Apakah anda memiliki cukup modal untuk menutup biaya modal, dalam memulai usaha budidaya.
  2. Apakah anda memiliki modal yang cukup untuk membayar biaya operasional dari usaha budidaya.

Kebutuhan Dasar

  1. Apakah anda membaca semua literatur yang dibutuhkan untuk memulai usaha budidaya sidat? Anda mesti  meninjau usaha budidaya komersial, dan pusat budidaya milik pemerintah, untuk melihat model budi daya, dan menemui orang orang yang dapat memberi anda saran saran. Dapatkah anda berkunjung ke Jepang selama 2 minggu untuk melihat industri sidat sebenarnya.
  2. Apakah anda meminta pendapat ahli ahli dalam bidang bidang seperti menjalankan usaha, perbankan, akuntansi, real estate, teknik, biology.
  3. Untuk membangun usaha budidaya, anda mesti meminta ijin badan pengelola air sungai dan perencanaan daerah. Orang orang yg ditemui tersebut akan mempunyai saran yg membantu, lebih awal anda menghubungi mereka, lebih mudah mereka menolong anda.
  4. Buat detail biaya dari biaya operasi, buat estimasi saat biaya tinggi dan produksi rendah

Gambaran Umum Lokasi Budidaya

  1. Apakah suplai air sekurangnya 18.000 m3 yang masih tersedia pada musim kering di tahun berjalan? Air bisa didapat di sungai, danau, dan juga sumur bor.
  2. Kualitas air yang disuplai?
a.Apakah air yang di supply bebas dari polusi, check bagian hilir aliran jika dari sungai, jika ada pembuangan limbah industri. Tanyakn petani apa insektisida yang mereka gunakan dan bila mereka gunakan. Air tidak perlu terlalu bening, agak keruh juga tidak apa apa. Jika ada sidat di air, maka kualitas air cukup baik.
b.Bagaimana anda dapat mendeteksi polusi yang memasuki farm anda?
c. Bagai mana anda dapat mencegah polusi memasuki farm anda?
d.Bagaimana langkah anda jika terjadi kerugian karena polusi?

3.Banjir:  Apakah anda yakin bahwa lokasi tidak terkena banji?
4.Area: Anda memerlukan sekitar 1,5 ha untuk membangun kapasitas produksi 40 ton per tahun (di Jepang, di Indonesia ongkos sewa tanah sekitar 2 juta/ th di Jawa Barat). Dibutuhkan 4 ha lagi untuk ekspansi, ini dapat dilakukan dengan pembelian, atau sewa.
5. Apakah ada jalan dan aliran listrik?

Tinjauan Biologi

1. Elver: Dimana anda akan mendapatkan elver? Berapa harganya?  Pada bulan apa elver didapat?
2.Penyakit: Jika sidat sakit fasilitas apa yang anda ketahui untuk mendiagnosis penyakitnya? Dimana ahli parasitologi? Atau ahli penyakit ikan yang dapat membantu anda? Berapa biaya pengobatan ikan?
3.Pemberian pakan: Berapa harga pakan per (kg, ton) untuk pakan buatan? Bagaimana dengan harga dari pakan alami (ikan runcah)? Berapa harga per (kg, ton), apakah memerlukan frezer untuk menyimpannya?

Marketing

1. Keuntungan anda bergantung dengan harga jual ikan anda. Anda memerlukan pengetahuan marketing dan skill. Apakah anda akan menjual sidat anda dalam partai pada pengepul? Atau apakah anda akan menjual dalam jumlah kecil ke retailer pada harga yang lebih tinggi? Pembeli mana yang anda kontak?
2. Apakah anda berencana membuat produk olahan dari sidat anda dan melakukan pengepakan? Perlu melihat harga pasar,  trend harganya, dan pasar alternatif lain.
(Diterjemahkan bebas dari Eel Culture, Atsushi Usui oleh Ariya Hendrawan 2011)
By. Sidat Kita