Jepang Tanam Investasi Sidat Di Blitar

Sidat Kita

Sosialisasi Sidat Di Blitar
Keberadaan ikan sidat yang berbentuk seperti belut namun berukuran lebih besar dan memiliki sirip juga telinga ini merupakan ikan berprotein tinggi yang selalu dikonsumsi oleh masyarakat Jepang. Bahkan saat ini pemenuhan ikan sidat bagi Negara Jepang masih sangat kurang. Untuk itulah salah satu investor dari Jepang berencana menggandeng para petani yang ada di Kota Blitar untuk budidaya ikan sidat yang nantinya akan diekspor ke Jepang.

Sebagai langkah awal pemerintah Kota Blitar dalam hal ini Dinas Pertanian telah menggelar sosialisasi budidaya ikan sidat, disalah satu hotel di Jl. Melati Kota Blitar. Selain diikuti oleh para petani, kegiatan itu juga melibatkan instansi terkait. Hal ini seperti diungkapkan Drs. Teteng Rukmo Condrono, Kepala Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar saat dikonfirmasi disela – sela pelaksanaan sosialisasi ikan sidat di salah satu hotel di Jl. Melati.

Sementara itu Anom Sigit Suryawan, Presiden Direktur Perusahaan Jepang di Indonesia saat dikonfirmasi terpisah menjelaskan, pihaknya akan menyuplai benih dan pakan ikan bagi para petani, sekaligus bertanggungjawab pada sistem sirkulasi air pada kolam dan pembelian ikan sidat besar. Sehingga tugas para petani hanya membesarkan ikan sidat sampai ukuran siap panen. 

Adapun rencana kerjasama perusahaan dari Jepang dengan para petani di Kota Blitar ini mendapatkan sambutan positif dari Moh.Samanhudi Anwar, SH, Walikota Blitar. Menurut Walikota, kegiatan itu sesuai dengan satu diantara beberapa visinya, bahwa masyarakat tidak lapar. Apalagi petani tidak usah repot untuk mencari modal, karena hanya menyiapkan lahan untuk kolamnya saja. 
Bahkan jika hasilnya bagus, ikan sidat bisa menjadi maskot Kota Blitar selain ikan koi. Mengingat dari penelitian investor bersangkutan, jenis air di Indonesia yang cocok untuk budidaya ikan sidat hanya di perairan Blitar. Sedangkan untuk mengawali kerjasama ini, sejak dua bulan yang lalu, Dinas Pertanian Daerah Kota Blitar mulai membudidayakan ikan sidat, yakni untuk proses pembibitan.
(sumber:blitarkota.go.id)
By. Sidat Kita

Ikan Sidat Samarinda Tembus Pasar Hongkong

Sidat Kita

Panen Ikan Sidat Dikolam Keramba
Sejak 2010 ikan “sidat(Angguila Sp)” hasil budidaya peternak di Samarinda ternyata sudah diekspor ke Hongkong, hanya saja peternak ikan sidat di Samarinda cuma sedikit sehingga tidak mampu memenuhi permintaan lebih besar ke negara itu.

“Sebenarnya yang meminta ikan sidat ke kami bukan hanya dari Hongkong, namun juga dari Singapura, Thailand, Jepang dan China,” ujar Samsul Huda, peternak ikan sidat di Samarinda saat ditemui di Lokasi Penas yang digelar di Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Samsul yang membudidayakan ikan sidat dengan memanfaatkan kolam eks lahan tambang batu bara di Berambai, Samarinda ini melanjutkan, bahwa pangsa pasar sidat sebenarnya sangat menjanjikan, namun sayang hanya beberapa orang saja yang mau membudidayakannya.

Jangankan di Samarinda, lanjut dia, di seluruh Indonesia saja masih kurang pembudidaya sidat, sehingga permintaan yang tinggi dari berbagai negara di Asia tidak sanggup dipenuhi. Padahal cara memelihara sidat tidak sulit.

Sistem yang digunakan Samsul dalam memelihara sidat di kolam eks tambang itu adalah menggunakan keramba jaring panjang. Pola ini diterapkannya bersama rekan lain satu kelompok tani yang ada di Berambai, Kecamatan Samarinda Utara.

Dia dan rekan memulai usaha ini sekitar Februari 2010. Saat itu masih pemula sehingga hanya ada tiga keramba yang digunakan. Dari jumlah keramba itu, kemudian mampu menghasilkan lebih dari 1 ton sidat.

Dari hasil panen itu, selanjutnya yang sebanyak 1 ton sidat diekspor ke Hongkong melalui pihak ketiga yang ada di Jakarta. Dari hasil panen perdana 1 ton itu, dia mendapat harga lumayan bagus, yakni sebesar Rp100 juta.

Berdasarkan hasil penjualan sidat yang lumayan besar tersebut, maka dia dan rekan satu kelompok, kemudian lebih semangat dalam mengembangkan sidat, sehingga kini total keramba yang ada di sejumlah kolam tersebut mencapai 19 keramba.

Pada awal Juni 2011 lanjut dia, pihaknya berhasil melakukan panen kedua di tiga kolam dengan produksi mencapai 900 kilogram sidat. Kini pihaknya juga siap melakukan panen lagi untuk 4 kolam yang lain.
Sedangkan sejumlah kolam lainnya masih dalam tahap pembesaran, namun diperkirakan dua hingga tiga bulan ke depan sejumlah ikan sidat dikolam keramba itu sudah siap untuk dipanen.

“Semua hasil panen nanti masih diekspor ke Hongkong. Sebenarnya kami ingin melayani permintaan untuk 4 negara yang juga berminat mengkonsumsi sidat, namun hal itu belum bisa dipenuhi, karena untuk kebutuhan Hongkong saja masih kurang,” ucap Samsul. (Sumber : lepmida.com)

By. Sidat Kita

Benih Sidat Kini Diburu Jepang

Sidat Kita

Sidat Kita
Selepas dari bencana tsunami yang meluluh lantakkan jepang ternyata memebawa angin segar bagi para pembudidaya sidat, tidak cuma untuk yang ukuran konsumsi tetapi permintaan juga sangat tinggi untuk ukuran benih. Namun, akibat masih minimnya produksi ikan sidat di Indonesia, maka permintaan Jepang belum dapat dipenuhi seluruhnya.
“Setelah bencana gempa dan tsunami, benih sidat di Jepang tidak bisa lagi ditangkap. Begitu juga benih-sidat di Korea Selatan. Sementara jumlah benih sidat di Indonesia masih memungkinkan untuk diekspor,* katanya di sela acara panen udang vanname di Karawang. Jawa Barat, pekan lalu.
Menurut dia, kebutuhan ikan sidat di Jepang mencapai 600.000 ton per tahun dan baru bisa dipenuhi Indonesia sekitar 200.000 ton. Masyarakat Jepang menggemari ikan sidat, karena ada keyakinan yang menyebutkan ikan ini berkhasiat untuk panjang umur, awet muda, serta menjaga stamina. “Di Jepang, ada hari makan sidat nasional,” katanya. Untuk mengantisipasi peningkatan permintaan Jepang, KKP akan mengajak investor untuk pengembangan produksi ikan sidat di Indonesia, terutama di Balai Layanan Usaha Pro-duksi Perikanan Budi-Daya (BLUPPB) Karawang.
“Kita membuka kesempatan kepada investor untuk mengembangkan usaha ikan sidat, namun harus melalui kerja sama kemitraan dan ada proses transfer teknologi maupun keahlian sumber daya manusia,” ujarnya. Pada kesempatan yang sama. Kepala BLUPPB Karawang Supriyadi mengatakan, saat ini sudah ada investor dari Jepang yang siap mengembangkan ikan sidat di kawasan tambak terpadu milik pemerintah. 
PT Nippon Maru, yang akan menanamkan modalnya, siap mengelola tambak seluas 3 hektare dengan target produksi sekitar 3.000 ton per tahun. Ke depan, diharapkan akan lebih banyak lagi investor yang terlibat dalam pengelolaan tambak di BLUPPB Karawang. Dengan ini, pendanaan operasional balai tidak lagi bergantung pada APBN.
Dari 400 hektare (ha) lahan tambak yang ada, sekitar 225 ha dikelola oleh pemerintah, sedangkan sisanya 152 ha oleh plasma yang pengembangannya diserahkan kepada investor. Sejumlah mitra yang pernah melakukan kerja sama operasional di BLUPPB Karawang, seperti Dflip Sathyanathan berupa budi daya udang vanname. Koperasi Mina Utama untuk budi daya ikan bandeng dan lele, serta PT Naprodev, Ban Corporation, dan Tri Wahyono untuk budidaya ikan sidat.
By. Sidat Kita

Wapres Kunjungi Stand Ikan Sidat Di Samarinda

Sidat Kita

Sidat Kita
Stan pameran Samarinda satu-satunya stan Kaltim yang dikunjungi Wakil Presiden (Wapres) RI Boediono seusai upacara pembukaan Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XIII di stadion Aji Imbut Tenggarong, Sabtu (18/6) lalu. Hal ini sebagai bentuk apresiasi yang luar biasa dari Wapres sekaligus menjadi motivasi bagi jajaran Pemkot Samarinda.
Apa yang membuat Wapres mampir di stan Samarinda? Tidak lain karena tertarik pada ikan sidat produksi Kelompok Tani Berambai Kelurahan Sempaja Utara yang menjadi salah satu komoditas andalan yang dipamerkan di stan Samarinda. “Sidat yah. Ini potensial diekspor dan dijamin tidak rugi petani kita membudidayakannya. Apalagi kadar protein tinggi dan nilai jual juga tinggi,” ungkap Wapres singkat yang waktu itu didampingi Wakil Wali Kota Samarinda H Nusyirwan Ismail ketika mampir di stan Samarinda.
Wapres di stan ini terlihat cukup lama dan dari raut wajahnya tidak bisa disembunyikan ketertarikannya kepada budidaya ikan sidat. “Sepertinya Pak Wapres sangat tertarik dengan budidaya ikan sidat ini. Alhamdulillah, stan kita satu-satunya stan Kaltim yang dikunjungi Pak Wapres,” ungkap Nusyirwan kepada wartawan.
Nusyirwan menjelaskan, budidaya ikan sidat oleh Kelompok Tani Berambai dengan budidaya keramba jaring apung itu memanfaatkan kolam eks tambang batu bara PT Mahakam Sumber Jaya (MSJ). Mantan kepala Disperindagkop Kaltim dan Asisten II Sekprov Kaltim ini menyebutkan ikan sidat memiliki kadar protein tinggi melebih ikan salmon, dengan pasar ekspor ke Jepang, Korsel dan China.
“Pasarnya sudah jelas, dan harganya juga tinggi mencapai Rp 180 ribu per kilogramnya,” urai Nusyirwan penuh semangat. Menurutnya, ikan sidat sangatberpotensi menjadi unggulan ikan budidaya ikan dari Samarinda, dimana saat ini sudah menghasilkan panen perdana 1,4 ton dengan dikelola 40 anggota kelompok tani di Berambai.
“Kebutuhan sidat di Jepang 100 ribu ton per tahun, sementara baru bisa memenuhi sendiri 20 ribu ton per tahun. Jadi masih ada 80 ribu ton/tahun impor kita. Ini baru di Jepang. Di Jepang saja harganya bisa mencapai Rp 500 ribu,” tandasnya.(kaltimpost)
By. Sidat Kita

Sidat Hasil Tangkapan Alam Kini Menurun

Sidat Kita

Sidat Kita
Sudah menjadi rahasia umum, jika suatu barang adalah hasil dari alam dan terus hanya mengandalkan dari alam tanpa ada pengalihan menjadi produk budidaya atau terbarukan pasti akan terjadi penurunan jumlah produksi. Salah satu produk dari alam yang sedang menjadi trend adalah ikan sidat yang akhir-akhir ini banyak diburu untuk dijadikan komoditas perdagangan baik pemain dari dalam maupun luar negeri dan akhirnya terjadi kelangkaan ikan sidat ini dihabitat aslinya.
Seperti laporan dari Dr Hagi Yuli Sugeha, peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkannya dalam wawancara usai presentasi hasil penelitian ikan sidat di Widya Graha LIPI, Jakarta, “Belakangan sudah mulai menurun hasil tangkapannya. Ukuran yang ditangkap juga sudah kecil-kecil,” katanya. Menurutnya, penyebabnya adalah pola penangkapan memakai jebakan permanen sehingga tak satu pun ikan sidat yang bisa lolos dari jebakan.

Hagi juga mengungkapkan bahwa banyak nelayan masih menangkap juvenile sidat di muara sungai. “Di Danau Poso juga banyak yang menangkap sidat yang akan bertelur,” kata Hagi. Hal ini adalah salah satu faktor yang membuat populasi ikan sidat bisa menyusut. Menurut Hagi, sebenarnya ukuran konsumsi ikan sidat adalah 50 cm. Namun, ikan sidat dewasa biasanya sulit ditangkap. Hal ini mendorong masyarakat untuk tetap menangkap juvenile. Sementara, penangkapan ikan yang akan bertelur tetap dilakukan sebab telurnya pun bisa dimanfaatkan.

“Bagian tubuh ikan sidat itu semuanya bisa dimanfaatkan. Telurnya bisa untuk bikin caviar, lalu juvenile-nya bisa untuk sashimi, dewasanya untuk sushi dan tulangnya juga bisa dibuat keripik di Jepang,” ungkap Hagi. Menurutnya, sebenarnya sudah ada peraturan pemerintah pada tahun 2009 yang melarang ekspor sidat, terutama juvenile. Tapi, kenyataannya hal itu masih berlanjut. “Ini DKP dan pemerintah daerah juga harus bekerjasama mengawasi di lapangan,” saran Hagi.

Pada masyarakat, ia menganjurkan untuk menangkap berdasarkan musim serta perbaikan alat penangkapan. “Sebenarnya bisa menggunakan seser, itu semacam sekop. Kalau dengan trap seperti sekarang kan tidak ada yang bisa lolos. Apalagi trap-nya permanen,” jelasnya. Ia mengakui, memang sulit melakukan pengaturan sebab masyarakat pun mencari penghasilan. Namun, ke depan ia berupaya untuk mengembangkan artificial reproduction. “Tapi untuk ini kita masih perlu paham dulu tentang sidat tropis ini. Jadi masih perlu penelitian,” urainya.

Ikan sidat adalah jenis ikan yang hidup di air tawar dan air laut. Ikan sidat biasa bereproduksi di laut sementara anakannya akan tumbuh di air tawar. Ikan ini merupakan salah satu komoditi penting sebab bisa diekspor dengan harga Rp 250 ribu per kilogram. Biasanya, jenis ikan ini diekspor ke China dan Jepang. (sumber : kompas.com)

By. Sidat Kita

Populasi Sidat Bicolour Di Pulau Jawa

Sidat Kita

Sidat Kita
Khusus untuk perkembangan sidat jenis bicolour memang kebanyakan populasinya ada di sekitar pantai selatan pulau jawa, membentang dari ujung kulon hingga banyuwangi. Nah termasuk didaerah ini terdapat rawa-rawa, sungai, anak sungai, dan juga persawahan. untuk jenis Anguilla bicolor adalah spesies ikan sidat yang dominan di pulau jawa. Habitat dari ikan sidat di Indonesia banyak ditemukan di pantai, estuaria, sungai-sungai yang mengarah ke samudera, pematang sawah, dan danau.

Distribusi ikan sidat di Indonesia, dilihat dari tempat ditemukannya pada sungai-sungai, bahkan pematang sawah, dan danau, yang terhubung dengan Samudera (atau laut dalam), maka sebarannya ada di selatan dan barat pulau Sumatera, selatan pulau Jawa, Bali dan selatan tataran Sunda yang berhadapan dengan Samudera Indonesia.  Juga di wilayah pantai timur kalimantan, utara dan timur laut Sulawesi yang berhadapan dengan samudera Fasifik.

Di pulau jawa Sidat ditemukan di daerah kabupaten, dan kotamadya:
– Pelabuhan Ratu: Cimaja, Citepus, Cihaur.
– Serang : Cibanten.

– Cilacap : Laguna Segara Anakan
– Tasikmalaya : Citanduy, Ciwulan.
– Ciamis : Citanduy.
– Pagelaran : Cijampang.
– Garut : Cikaengan, Cisanggiri, Cibeluk, Cilaki, Cilaju, Cirancong, Cikandung.
– Banjarnegara : Sungai Serayu dan anak sungainya.
– Joyakarta : Kali Progo, Kali Opak dan Oja.
– Kaloran : Kali Progo, dan Kali Tinggal.
– Pacitan : Kali Grindu dan anak sungainya. Kali Lorok dan Sukoredjo.
– Temanggung : Kali Progo.
– Banyuwangi 
Adakah didaerah anda ikan sidat jenis bicolour ini yang makin lama makin langka dan makin banyak peminatnya ini. Jika ada silakan hubungi admin blog ini di 081327667137 (Budhy), agar kami bisa update daftarnya dan biar temen-temen yang lain bisa melihat potensinya. Terima kasih.
By. Sidat kita

Potensi Sidat Laut Di Bengkulu

Sidat Kita
Sidat Kita
Alam indonesia sungguh sangat kaya, baik perairan air tawar maupun perairan air laut semuanya menghasilkan yang dibutukan oleh manusia, salah satu hasil laut yang saat ini sedang booming adalah ikan sidat yang memang sangat banyak sekali peminatnya. sebagai contoh di Laut Bengkulu, terutama di sekitar kawasan perairan Pulau Enggano, kaya akan ikan sidat (sejenis belut), bahkan menjadi habitat ikan berbadan panjang itu. “Informasi yang saya dapat, nelayan Enggano bisa mendapatkan 6 ton sidat dalam setiap minggu, jika sedang musim,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, Maman Hermawan di Bengkulu. 
Selama ini, sidat hasil tangkapannelayan hanya dioleh menjadi ikan asin dan dijual di sekitar Provinsi Bengkulu. Padahal itu, merupakan salah satu komiditi ekspor nasional dan banyak diminati terutama pasar di Jepang. “Saya sedang menginventarisir berapa banyak sidat hasil tangkapan nelayan, rencananya kita akan mengupayakan agar bisa diekspor terutama ke Jepang,” katanya. Menurut dia, sidat merupakan jenis ikan berkualitas ekspor namun tidak terlalu laku dipasarkan di dalam negeri. Selain di perairan Enggano, sidat juga banyak terdapat di perairan pantai Kabupaten Kaur. 
Ikan itu hanya terdapat di beberapa perairan di Indonesia, dan Bengkulu merupakan salah satunya. Ikan itu, kata dia, sebenarnya merupakan ikan air tawar tapi bertelur di dasar laut yang dalam. “Di Bengkulu banyak sungai besar yang bermuara ke laut, sehingga ikan sidat pada saat musim bertelur turun ke laut,” katanya. Mengenai budidaya sidat, menurut dia, hingga kini di Indonesia belum ada yang membudidayakan ikan itu. 
Yang ada hanya pembesaran yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. “Belum ada budidaya, yang ada hanya pembesaran, yakni mengambil bibit sidat dari laut kemudian dibesarkan di penangkaran,” katanya. Maman juga memprogramkan untuk membangun tempat pembesaran ikan sidat di Bengkulu. Terkait dengan rencanan itu pihaknya telah melakukan studi banding ke Karawang.
By. Sidat Kita

Cara Pembesaran Sidat Di Danau Moat

Sidat Kita

Sidat Kita
Pembesaran ikan sidat baik dikolam budidaya maupun di alam merupakan hal yang sangat penting, salah satunya yang sudah berjalan adalah pembesaran di danau seperti yang dilakaukan di poso yaitu di danau moat.

Danau Moat dikenal sebagai salah satu kawasan wisata perairan yang sangat diminati, baik oleh para wisatwan local maupun yang berada dari luar daerah atau mancanegara. Tapi, siapa sangka jika di kawasan danau Moat yang merupakan salah satu kebanggaan dan juga ikon dari Kabupaten Bolaang Mongondow ini, menyimpan hewan langka yang pada masa yang lalu dikenal sebagai sebuah mitos, yakni populasi Ikan Sidat atau ikan semacam Ikan Sogili tapi mempunyai dada berwarna kuning. 
Oleh karena adanya populasi hewan yang langka tersebut, akhirnya Pemerintah Pusat melalui DKP, telah menetapkan kawasan Danau Moat sebagai kawasan Konservasi Perairan di Indonesia, dengan luas wilayah sekitar 617 hektare. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Bolaang Mongondow Ir S M Assegaf, dimana tujuan dari penetapan wilayah konservasi ini, untuk menjaga populasi dari jenis ikan Sidat ini. 
Sesuai dengan amanat dari pemerintah pusat melalui DKP, Danau Moat telah dijadikan sebagai kawasan Konservasi Perairan, dimana tujuannya untuk membudidayakan atau menjaga kelestarian dari populasi ikan Sidat, ujar Assegaf kepada Koran ini. Lebih lanjut menurut Assegaf, dengan ditetapkannya wilayah Danau Moat sebagai kawasan Konservasi, maka dengan demikian, pihaknya akan memberikan bantuan kepada masyarakat yang ada di sekitar kawasan tersebut, untuk bisa mengalihkan kebiasaan masyarakat untuk menangkap ikan Sidat, yang telah menjadi ikan berjenis langka tersebut. 
Sekadar diketahui, Ikan Sidat ini mempunyai cara berkembang biak yang cukup aneh dan mirip dengan ikan Salmon, dimana Ikan Sidat ini akan berkembang biak tidak di Danau Moat tetapi melakukan migrasi hingga ke kawasan Poigar, baru kemudian kembali datang ke danau Moat untuk menjadi besar. Ikan Sidat ini sendiri, di Indonesia hanya berada di 2 danau, yakni di Danau Moat dan Danau Poso Sulawesi Tengah.
By. Sidat Kita

Cara Menyiasati Kolam Sidat Dengan Kepadatan Tinggi

Sidat Kita
Sidat Kita
Mengharap hasil yang maksimal dari kolam yang bisa dibilang kecil sebenernya boleh-boleh aja asalkan tahu cara menyiasatinya dan tentunya harus tahu ilmunya dulu biar nanti menghasilkan seperti yang kita harapkan, disini akan dibahas bagaimana agar bisa budidaya dikolam kecil dengan hasil maksimal. 
Tentunya kepadat sangat tinggi.  Nah untuk kepadatan diatas 30 kg/m3 atau 40kg/ m3, di perlukan Injeksi Langsung Oksigen, High density, Automatic RAS memang sangat mahal kalau mesin mesin di import dari LN seperti Jerman, contoh dulu di Parung, Farm Sidat, Jerman Punya, bangkrut usaha sidatnya, ini high Capital Investment. 
Tetapi ini bukan tidak bisa di buat, akan saya konsultasikan dgn Prof. Dr. Dimitri Mahayana teman saya Control Engineer, yang study di Jepang, untuk bikin produk dalam negeri bisa lebih murah. Fadel Muhammad saja dulu bikin Garbarata waktu di Bukaka, tentu beliau bisa bikin model RAS hitech untuk 200 kg/m3.

Tapi di negara kita banyak matahari, suhu cocok, dua musim, air berlimpah (tinggal cari lokasi ada mata air), sawah bisa dikonversi jadi tambak (perlu dihitung untung mana sawah atau tambak sidat), bisa sewa tanah 5 s/d 10 tahun, sekitar 2 juta/ha/tahun di jawa barat.

Kalau ada 20 juta bisa 10 tahun sewa tanah. Matahari bisa dipakai untuk mengeletrolisis air jadi oksigen (untuk direct injection pond, terutama untuk elver indoor), Oksigen dan Hydrogen bisa di dapat dari elektrolisis, bisa disimpan jadi energi potensial dari Fuel Cell (Sel Bahan Bakar), kalau ada sumber panas bumi juga bisa jadi energi. Atau juga pakai sel surya seperti punya Israel, pakai pantulan cermin parabolic.

Supaya Benefit/ Cost ratio tinggi, pakai sumber energi terbaharukan, kolam harus ada mata air terlindung minimal debit 5.2 liter/ detik (350m3/hari) untuk produksi 20 ton, daripada sedot air tanah seperti di Krawang (deep well) kedalaman 120 meter, listrik, solar dll berapa. Dapatkah model di krawang mencapai skala ekonomis.

Di Jepang mereka memang berani sedot air pakai, listrik, tapi untuk bersaing, strategi dan perencanaan dengan green energy akan perlu pertimbangan serius, perencanaan 50% dari sukses. 

By. Sidat Kita

Analisa dan Harga Sidat (Unagi) di Jepang

Sidat Kita

Sidat Kita
Menelaah kondisi dan strategi persidatan di Indonesia, sambil merencanakan sistem produksi 20 ton per tahun, sebagai konsultan sistem budi daya sidat. Berikut ini beberapa perencanaan dan strategi yang saya perhitungkan.

Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, tentang larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2009.

 Ukuran yang benih sidat yang dilarang adalah:
1. Benih adalah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa.
2. Benih sidat adalah sidat kecil dengan ukuran panjang sampai 35 cm dan/atau berat sampai 100 gram per ekor dan/atau berdiameter sampai 2,5 cm.

Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri sampai ukuran (100gr, diameter 2,5cm, panjang 35 cm), dan dapat dilepas ke pasar internasional untuk ukuran yang lebih besar.

Pasaran di Jepang menghendaki ukuran konsumsi 190 gr/ sd 200 gr per ekor yang disebut boko [ 150 gr s/d 220 gr, panjang s/d 80 cm sekilo 6 ekor], untuk ukuran small marketsize adalah futo [ 100 gr – 150 gr, panjang mencapai 50 cm, sekilo 8 ekor].

Jika sudah di paket menjadi sidat panggang (unagi kabayaki) kemasan adalah 110gr-120 gr, dan 150gr-160gr, dalam bentuk sudah di kemas dalam kemasan vakum. [Dapat di check di Cosmo, Ranch Market, Matsuya di Jogya dan Hero, serta swalayan Jepang atau Korea].

Harga sidat di Jepang di Tsukiji Market mencapai 7.000 yen per kg, sekitar Rp 739.865 per kilo gram, untuk unagi kabayaki (panggang di vakum) harga 110gr – 120 gr sekitar 1.260-1.500 yen (133 ribu s/d 158 ribu rupiah).

Jadi dapat diperhitungkan harga jual ke Jepang, jika dikurangi ongkos kirim, biaya eksport dan sebagainya, tentu akan memudahkan jika di Indonesia yg di eksport adalah produk olahan (unagi kabayaki), bisa juga dalam bentuk fresh frozen eel, frozen roasted eel (unagi kabayaki). Untuk pasaran dunia biasanya mereka menghendaki sidat hidup untuk pasar lokal, dan frozen eel.

Jika pembudi daya pembesaran sudah banyak yang perlu dilakukan adalah pembuatan pasar bersama sidat konsumsi, pasar bersama glass eel, dan pasar bersama elver. Tujuannya adalah memberi keuntungan optimum yang bagi pembudi daya, tanpa harus ditekan oleh tengkulak, kaum kapitalis yang serakah, dan kartel pasar. Karena jika para sidaters mulai merancang strategi pasar bersama, maka pengijon, brooker, dan para eksportir glass eel akan mati. 

Mereka harus membudi dayakan sidat jika ingin bermain di persidatan, atau membuat jaringan inti plasma. Atau jika tidak ingin ada intervensi korporasi bisa membuat koperasi dengan unit usaha sektoral, seperti di Jepang ada koperasi petani (beras) dan koperasi pembudi daya unagi yg disebut Kumiai (Cooperative Society). Strategi yang lain adalah mengeksport sidah hasil olahan dengan bekerjasama dengan perusahaan yg mempunyai processing.

Di Indonesia pertumbuhan berat sidat adalah rata rata 40 gr/ bulan, dan waktu minimum pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi adalah 9 bulan (Ahmad Suhaeri, BLU Pandu Krawang). Dari glass eel sampai ukuran 100 gr dicapai dalam 4 s/d 5 bulan, dan sampai ukuran konsumsi dari 100 gr sampai 250 gr dalam 3/4 bulan. Sidat betina lebih besar dari pada sidat jantan, dan penambahan hormon estrogen pada pakan membuat popolasi sidat betina akan lebih banyak. 

Atau pertumbuhan optimum 9 bulan x 40 gr = 360 gram. Pertumbuhan berat sidat sangat bergantung suhu optimum pemeliharaan 23 s/d 28 derajat celcius, rata rata 25 derajat cukup optimum, jadi tidak ada masalah suhu di Indonesia, kecuali penyakit dan parasit yg bisa muncul dalam rentang suhu tersebut.

Jadi kelompok kelompok para sidaters, bisa di bagi bagi:
1. Pembudi daya rumahan dengan sistem resirkilasi (semi intensif)
2. Pembudi daya sampai ukuran konsumsi 1 kg 4 atau 1 kg 5 ekor. Dari sidat 100 gr.
3. Pembesaran dari glass eel ke elver 1 gr
4. Pembesaran dari 1 gr ke 100 gr.
 Di Jepang elver mulai dikembangkan dari glass eel 0.15 gr ke elver 0.5 gr (kerapatan tebar 0.4 kg/m2 s/d 1.2kg/m2), setelah itu dilakukan grading dan pemindahan ukuran 0.5 gr ke kolam dengan kerapatan tebar 0.5 kg/m2 s/d akhir 1.6 kg/m2.

Di Jepang ukuran 6.5 gr sudah dilepas ke tambak pembesaran akhir (5000 m2 atau 0.5 ha bisa terdiri dari 25 kolam ukuran 200m2) dan mencapai ukuran panen 190 gram dengan kerapatan 4 kg/m2. Kolam adalah still water.

Dari ukuran 0.16 gr ke 0.5 gr ditebar dalam kolam running water, dan 0.5 gr s/d 1.3 gram pembesaran elver setelah grading dalam kolam running water. Atau kalau di Indonesia indoor, running water atau resirkulasi.

Dari ukuran 1.3 gr ke 6.5 gr bisa di budi dayakan di air tenang.
Untuk pembesaran s/d 20 ton dibutuhkan jumlah air 350m3/hari atau 5.208 liter/detik.


Jadi teman teman dapat mengelompokan diri:
1. Jadi Pemodal Stokist (memodali nelayan, dengan fasilitas, modal, jaring scoop) dan lainnya.
2. Sebagai nelayan penangkap glass eel dan stokist.
3. Pembesaran glass eel ke elver [elver tahap 1]
4. Pembesaran elver ke old elver [elver tahap 2]
5. Pembesaran old elver ke fingerling
6. Pembesaran fingerling ke sidat konsumsi.

Di Indonesia beberapa pembudi daya elver menjual hasil mereka degan berat 1 gr per ekor (atau 1 kg/ 1000 ekor), glass eel di estuaria ditangkap ukuran 1kg 6000 ekor.
857
Untuk tangkapan alam bisa sidat dewasa yg sedang migrasi ke laut, atau dengan umpan.

 Jadi para sidaters siap siap mengelompokan diri di bagian mana akan berusaha di bidang sidat.

Perlu rajin rajin mengecek pasar global, mengetahui biaya eksport, processing, freight, dan regulasi serta sertifikasi produk pangan, atau hasil olahan.

Sidat adalah makanan berkualitas, karena kandungan protein, asam amino, vitamin E, A yang tinggi, serta kandungan EPA dan DHA yang tinggi, bisa dikembangkan menjadi produk biotechnology atau farmasi untuk kebutuhan EPA dan DHA.

 Asam Amino yang sangat lengkap dikandung sidat berguna untuk kecerdasan, juga bersifat aphrosidiak atau meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. [Lihat lampiran nutrisi yg saya muat di file folder].

Jadi banyak parameter lingkungan, pasar, eksternal, internal, resiko yang harus di perhitungkan jika ingin membudidayakan sidat. Strategi Inti Plasma, dan jaringan yg rekan rekan sidaters kembangkan sudah ke arah yg tepat, pola keroyokan dan rumahan yg mulai berkembang juga bagus.

Karena kita di Indonesia, maka perlu dikombinasikan pola budi daya sidat di Jepang, dan Eropah yg disesuaikan dengan di Indonesia.

Jika ingin budi daya intensif dengan pola fish farm berteknologi tinggi untuk produksi 200 tahun/ bulan dengan air minimum, dan lahan yang sempit sangat dimungkinkan, karena di Indonesia sudah banyak ahli ahli IT, komputer, software engineer, dan ahli elektronika, controler dan lainnya seperti di forum sidat@yahoogroups.com  ada expert IT, Electrical, dll, selain ahli perikanan, modal kolaborasi yg kuat untuk kita bisa berkembang menyaingi Israel, Jerman, Inggris, dan Jepang sekalipun dalam budi daya sidat. Tinggal Strategi Riset dan Development perlu di tingkatkan.


Bahkan saya berpikir ke depan bisa di bikin kolam pemeliharaan full automatic, high density dikontrol lewat website lewat jaringan internet. Jadi satu server komputer, atau beberapa, mengontrol ribuan tambak di Indonesia, full automatic, dengan green energy, tenaga air, panas bumi, dan energi surya. Mungkin ini bisa kita capai bersama sama 5 tahun kedepan dengan membuat focus group masing masing. Bukan mustahil 10 ribu petambak sidat di Indonesia bisa tercapai, punya bank sendiri seperti grameen bank dan Mondragon Cooperative Cooperation di Spanyol. Sidat ikan berkualitas ada, harga OK, teknologi tinggal dibuat. (
Ariya Hendrawan – Moderator Millis sidat@yahoogroups.com)
By. Sidat Kita