Atraktor Cumi-cumi

Keunggulan
Secara alamiah, cumi-cumi dan sotong menempatkan telurnya pada substrat di dasar laut dan benda-benda yang menggantung di air, seperti rumput laut, dan lambun. Tingkah laku ini dapat dimanfaatkan oleh nelayan dengan cara menyediakan tempat yang disukainya, di antaranya adalah atraktor cumi-cumi. Di tempat-tempat yang tidak banyak memiliki benda-benda menggantung, pemasangan atraktor cumi-cumi akan menjadi tempat tersebut daerah pemijahan. Biasanya, cumi-cumi memijah dan bertelur bersama-sama pada tempat dan waktu tertentu. Dengan demikian, suatu kawasan akan dapat menampung cumi-cumi Iebih banyak jika dijadikan tempat pemasangan cumi-cumi. Jika, tempat pemasangan cumi-cumi ini dilindungi, maka siklus hidup cumi-cumi semakin terjamin. Cumi-cumi telah menetas kemudian akan tumbuh dewasa dan sebagian darinya tentu dapat ditangkap.
Cumi-cumi yang sebelumnya tersebar di habitat alaminya akan berkumpul pada atraktor ini sehingga nelayan dengan mengetahui posisi cumi-curni. Hal ini akan memudahkan pengelolaan perikanan cumi-cumi, misalnya dimana dan kapan cumi-cumi boleh ditangkap, cumi-cumi ukuran berapa yang boleh ditangkap atau yang tidak boleh ditangkap, dimana saja atraktor cumi-cumi akan dipasang dan sebagainya.
Telur cumi-cumi yang menempel dapat dipindahkan sebagai benih budidaya cumi-cumi. Peralatan ini cukup sederhana, dan nelayan dapat mengerjakan pembuatan atraktor cumi-cumi dengan bahan-bahan yang cukup mudah diperoleh di berbagai pesisir di IndonesiaIndonesia.
Spesifikasi
Konstruksi atraktor cumi-cumi dapat berbagai bentuk, namun sebuah komponen yang penting di antaranya adalah: (1) atraktor yang terbuat dari untaian tali-temali (kelapa atau tali ijuk) yang akan dgunakan cumi-cumi untuk menempelkan dirinya dan telur-telurnya, dan (2) naungan yang melindungi cumi-cumi dari sorotan matahri Iangsung ketika menempel pada atraktor. Rangka atraktor cumi-cumi dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, seperti kawat, tali plastik, bambu dan ban bekas, jumlah penggunaan ban bekas sebaiknya dilakukan terbatas. Bahan naungan tersebut dapat berupa lembaran plastik atau karung goni.
Prinsip Kerja
Cumi-cumi akan mendekati dan menempel pada atraktor ketika akan memijah dan bertelur.
Cara Pembuatan
Atraktor cumi-cumi cukup mudah dibuat. Kegiatan pertama, tentu membuat rancangan bentuk, ukuran dan menentukan kebutuhan bahan yang akan digunakan. Setelah itu, pembuatan komponen-komponen atraktor cumi-cumi, yaitu rangka, atraktor, pelampung, pemberat, tali-temali dan jangkar. Gambar 4 menyajikan contoh proses pembuatan salah satu jenis atraktor cumi-cumi.
SaIah satu konstruksi berbentuk seperti bunga dengan diameter 120 cm dan tinggi 35 cm, dibuat dari bahan kawat plastik yang dilengkapi dengan untaian tali dan pada bagian atasnya ditutupi lembaran plastik hitam (Gambar 1).
Cara Penggunaan
Atraktor cumi-cumi dapat ditempatkan di dasar laut, di tengah kolom air pada jarak tertentu dari dasar taut, dan di dekat permukaan laut (TaIIo 2006). Pemasangan atraktor cumi-cumi dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah masing-masing dipasang secara terpisah, sedangkan cara kedua adalah dipasang dalam rangkaian seperti rawai. Agar posisi atraktor cumi-cumi stabil dan mudah diketahui Iokasinya, maka diperlukan tali-temali, pemberat, pelampung, jangkar dan pelampung tanda.
Pada cara kedua, setiap atraktor cumi-cumi dihubungkan dengan atraktor cumi-cumi terdekat sehingga penurunan ke air untuk pemasangan dan Pengangkatannya dapat dilakukan secara berurutan.
Penangkapan cumi-cumi dapat dilakukan dengan menggunakan pancing cumi-cumi (squid jig) di tempat yang ditentukan. Pemanenan telur yang menempel dilakukan dengan cara mengangkat atraktor.
Cara Pemeliharaan
Jika pemasangan atraktor cumi-cumi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk perbaikan habitat perikanan, maka tidak memerlukan pemeliharaan karena setelah beberapa waktu (sekitar 6-8 bulan) atraktor cumi-cumi akan dihuni oleh berbagai macam biota laut seperti yang terjadi pada terumbu buatan (artificial reefs).
Jika pemasangan atraktor cumi-cumi dimaksudkan sebagai sumber benih untuk budidaya cumi-cumi, maka bahan atraktor perlu diperbaiki sesuai dengan kebutuhan. Kondisi bahan atraktor ini dapat diketahui setiap pengangkatan untuk mengambil telur cumi-cumi.
Pembelajaran
Penelitian uji coba telah dilakukan di teluk Pelabuhan ratu, Sukabumi (Jawa Barat) pada tahun 2005 untuk atraktor yang terbuat dari rangka kawat, jenis yang berkumpul adalah sotong dengan hasil 67% efektif. Penelitian uji coba di teluk Alor, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2005 untuk atraktor yang terbuat dari rangka bambu, jenis yang berkumpul adalah cumi-cumi dengan hasil 85% telur menetas dan hidup. Penelitian uji coba pada tahun 2006 di pulau Pari dan teluk Kaca untuk atraktor yang terbuat dari rangka ban bekas dan kawat.
Atraktor cumi-cumi sudah diperkenalkan kepada khalayak ramai melalui Departemen Kelautan dan Perikanan, dan serangkaian sosialisasi dan pelatihan pembuatan model atraktor cumi-cumi di pulau Batam, pulau Barranglompo dan pulau Moyo, serta kepulauan Raja Ampat, Irian Jaya Barat.
Jika akan diterapkan secara besar-besaran, perlu serangkaian kajian atau penelitian untuk mengatur penggunaan atraktor cumi-cumi ini, termasuk penetapan lokasi dan pengalokasian kawasan di antara pihak-pihak yang berminat mengembangkan usaha ini. Kajian mi seyogyanya diarahkan dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya perikanan dan manfaat maksimum bagi kesejahteraan masyarakat luas.

Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telepon: 0251-8622935, Fax: 0251-8421732, email: iwashi_maguro@yahoo.com

BUBU UDANG BARONG

Udang barong termasuk kedalam binatang yang aktif makan pada malam hari (nocturnal habit) terutama banyak hidup di perairan yang berkarang atau di perairan diantara perairan karang. Alat tangkap yang banyak dipergunakan untuk menangkap udang barong adalah jaring insang tiga lembar – trammel net, sedangkan alat tangkap bubu sebagai alat tangkap alternatif masih belum banyak dikenal meskipun di luar negri sudah umum dilakukan. Sebagai gambaran, di bawab ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu udang barong yang mungkin dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan usaha penangkapan.
Konstruksi
Konstruksi untuk bubu udang barong, diusahakan supaya bubu dapat stabil di perairan dan pintu masuk diusahakan serendah mungkin untuk memudahkan udang barong memasuki bubu. Rangka bubu keseluruhannya memakai rangka dari besi behel 0.8 cm, badan jaring memakai jaring sintetis multifilamen dengan mesh size 0.5 inchi dan kantung umpan memakai bahan kawat kasa. Ukuran bubu ke arah panjang 100 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Untuk pintu masuk panjang 25-30 cm, lebar 20 cm dan tinggi 10-12 cm atau ukuran pintu masuk disesuaikan dengan besar kecilnya udang barong yang ada di daerah penangkapan. Tali pelampung, tali utama, tali cabang dan tali pemberat semuanya memakai tambang berdiameter 8-10 mm. Jarak antara satu bubu dan bubu lainnya antara 8-12 m, panjang tali utama disesuaikan dengan banyak sedikitnya jumlah bubu yang dipergunakan, sedangkan untuk tali pelampung disesuaikan dengan kedalaman.
Metode operasi
Metode pengoperasian pada prinsipnya hampir sama dengan metode ngoperasian bubu lainnya. Lama perendaman biasanya antara 2-3 hari, tetapi dimusim puncak lama perendaman hanya dilakukan selama satu hari. Pemasangan dan pengangkatan bubu dilakukan setiap hari di pagi hari. Pemasangan bubu di daerah penangkapan dapat dilakukan secara tunggal atau dipasang dengan cara diuntai di mana jarak satu dan lainnya antara 6-10 m. Jumlah bubu yang dipasang dalam satu set dapat berbeda tergantung dari kapasitas perahu untuk menampungnya atau tergantung kemampuan nelayan yang mengoperasikannya.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.
Jenis hasil tangkapan
Udang barong
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu dapat dilakukan dengan mempergunakan perahu motor. Jumlah nelayan antara 1-2 orang.
Musim penangkapan
Musim penangkapan dimulai dari musim peralihan dari musim timur ke musim barat sampai memasuki musim peralihan musim barat ke musim timur, pada waktu musim penghujan atau disesuaikan dengan musim keberadaan udang barong di daerah penangkapan.
Umpan
Umpan yang paling baik adalah ikan saury, tetapi dapat juga memakai umpan ikan rucah atau ikan lainnya yang mudah didapat.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan adalah daerah penangkapan yang mempunyai dasar perairan berbatu atau berkarang atau diantara perairan berkarang.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan dengan air tawar, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko jaring atau toko perlengkapan nelayan
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu motor Rp. 30.000.000,- s/d Rp. 100.000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 25.000,- s/d Rp. 50.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta
————————————————–

BUBU UDANG BARONG

Udang barong termasuk kedalam binatang yang aktif makan pada malam hari (nocturnal habit) terutama banyak hidup di perairan yang berkarang atau di perairan diantara perairan karang. Alat tangkap yang banyak dipergunakan untuk menangkap udang barong adalah jaring insang tiga lembar – trammel net, sedangkan alat tangkap bubu sebagai alat tangkap alternatif masih belum banyak dikenal meskipun di luar negri sudah umum dilakukan. Sebagai gambaran, di bawab ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu udang barong yang mungkin dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan usaha penangkapan.
Konstruksi
Konstruksi untuk bubu udang barong, diusahakan supaya bubu dapat stabil di perairan dan pintu masuk diusahakan serendah mungkin untuk memudahkan udang barong memasuki bubu. Rangka bubu keseluruhannya memakai rangka dari besi behel 0.8 cm, badan jaring memakai jaring sintetis multifilamen dengan mesh size 0.5 inchi dan kantung umpan memakai bahan kawat kasa. Ukuran bubu ke arah panjang 100 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Untuk pintu masuk panjang 25-30 cm, lebar 20 cm dan tinggi 10-12 cm atau ukuran pintu masuk disesuaikan dengan besar kecilnya udang barong yang ada di daerah penangkapan. Tali pelampung, tali utama, tali cabang dan tali pemberat semuanya memakai tambang berdiameter 8-10 mm. Jarak antara satu bubu dan bubu lainnya antara 8-12 m, panjang tali utama disesuaikan dengan banyak sedikitnya jumlah bubu yang dipergunakan, sedangkan untuk tali pelampung disesuaikan dengan kedalaman.
Metode operasi
Metode pengoperasian pada prinsipnya hampir sama dengan metode ngoperasian bubu lainnya. Lama perendaman biasanya antara 2-3 hari, tetapi dimusim puncak lama perendaman hanya dilakukan selama satu hari. Pemasangan dan pengangkatan bubu dilakukan setiap hari di pagi hari. Pemasangan bubu di daerah penangkapan dapat dilakukan secara tunggal atau dipasang dengan cara diuntai di mana jarak satu dan lainnya antara 6-10 m. Jumlah bubu yang dipasang dalam satu set dapat berbeda tergantung dari kapasitas perahu untuk menampungnya atau tergantung kemampuan nelayan yang mengoperasikannya.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.
Jenis hasil tangkapan
Udang barong
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu dapat dilakukan dengan mempergunakan perahu motor. Jumlah nelayan antara 1-2 orang.
Musim penangkapan
Musim penangkapan dimulai dari musim peralihan dari musim timur ke musim barat sampai memasuki musim peralihan musim barat ke musim timur, pada waktu musim penghujan atau disesuaikan dengan musim keberadaan udang barong di daerah penangkapan.
Umpan
Umpan yang paling baik adalah ikan saury, tetapi dapat juga memakai umpan ikan rucah atau ikan lainnya yang mudah didapat.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan adalah daerah penangkapan yang mempunyai dasar perairan berbatu atau berkarang atau diantara perairan berkarang.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan dengan air tawar, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko jaring atau toko perlengkapan nelayan
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu motor Rp. 30.000.000,- s/d Rp. 100.000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 25.000,- s/d Rp. 50.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta
————————————————–

BUBU PINTUR UNTUK UDANG DAN KEPITING

Salah satu alat tangkap yang dipakai untuk menangkap kepiting dan udang di perairan pantai adalah alat tangkap yang disebut dengan bubu pintur atau di Sulawesi dikenal dengan sebutan bubu rakkang. Alat tangkap ini umumnya memakai rangka dari bambu meskipun ada juga yang memakai besi sebagai rangkanya. Bahan jaring yang digunakan umumnya memakai potongan jaring bekas atau potongan dari jaring yang sudah tidak dipakai lagi, oleh karena itu tidak ada spesifikasi khusus untuk membuatnya. Potongan jaring yang biasanya dipakai adalah potongan bekas pembuatan jaring insang.

Jenis penangkapan dengan menggunakan bubu pintur dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata pencaharian utama. Sebagai gambaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari pintur yang mungkin dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan penangkapan dengan bubu pintur.
Konstruksi
Konstruksi pintur terdiri dari rangka dan badan jaring, rangka terbuat dari bambu atau besi behel dengan diameter antara 4 – 10 mm, sedangkan nomor jaring memakai nomor 210D/6-12 dengan mesh size berkisar aritara 2.5-6.76 cm. Umpan diletakan di tengah-tengah pintur dengan cara diikatkan pada salah satu rnata jaringnya. Untuk Pintur tunggal ada juga yang dilengkapi dengan bambu yang panjangnya antara 1-2 m sebagai tiang pancang pada waktu pintur dioperasikan. Untuk pintur yang tidak memakai pancang biasanya memakai tali yang dilengkapi dengan pelampung sebagai tanda keberadaan pintur di perairan. Tali pelampung memakai tali yang berdiameter 0.3 mm, sedangkan pelampungnya ada yang memakai potongan bambu, karet bekas sandal, bekas botol aqua atau benda lainnya yang dapat dijadikan sebagai pelampung.
Metode operasi
Alat tangkap ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati oleh kepiting atau udang. Supaya kepiting atau udang mau memasuki pintur, di tengah-tengah pintur diletakan umpan dengan cara diikatkan pada salah satu mata jaringnya. Pengoperasian pintur dapat dioperasikan secara tunggal dengan cara dipancangkan di perairan atau diset menetap dengan diberi pelampung tanda atau ada juga yang dioperasikan secara beruntai. Dalam satu kali operasi dapat dipasang mulai dari satu buah atau dipasang dalam jumlah banyak. Pintur biasanya dipasang di pagi hari, siang hari atau sore hari tergantung nelayan yang mengoperasikannya. Lama perendaman bervariasi mulai dan 2-3 jam sampai 12 jam. Operasi penangkapan semuanya dilakukan secara manual baik tanpa perahu, dengan sampan atau memakai perahu motor tempel.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.
Jenis hasil tangkapan
Jenis-jenis udang dan jenis-jenis kepiting
Perahu dan nelayan
Pengoperasiannya ada yang tanpa mengunakan perahu, ada yang memakai sampan dan ada juga yang memakai perahu motor tempel. Nelayan bubu pintur adalah nelayan tradisional yang hanya mengoperasikan bubu pintur sebagai pekerjaan utama atau nelayan alat tangkap lain yang mengoperasikan bubu pintur sebagai pekerjaan sambilan.
Umpan
Umpan yang dipakai tidak menentu, biasanya memakai ikan apa saja atau potongan daging ikan yang tersedia pada saat pintur akan dioperasikan.
Musim penangkapan
Musim penangkapan umumnya dilakukan sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk pengoperasian pintur ialah perairan pantai yang dangkal yang banyak dihuni udang dan kepiting. Kedalaman perairan mulai dari yang kedalaman 1-10 m.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu, untuk rangka yang mempergunakan besi, bisa dibeli di toko material, dan untuk jaring bisa dibeli di toko jaring.
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu tanpa motor / perahu motor tempel Rp. 2.000.000,- s/d Rp.5.000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 2.500,- s/d Rp. 5.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

BUBU PINTUR UNTUK UDANG DAN KEPITING

Salah satu alat tangkap yang dipakai untuk menangkap kepiting dan udang di perairan pantai adalah alat tangkap yang disebut dengan bubu pintur atau di Sulawesi dikenal dengan sebutan bubu rakkang. Alat tangkap ini umumnya memakai rangka dari bambu meskipun ada juga yang memakai besi sebagai rangkanya. Bahan jaring yang digunakan umumnya memakai potongan jaring bekas atau potongan dari jaring yang sudah tidak dipakai lagi, oleh karena itu tidak ada spesifikasi khusus untuk membuatnya. Potongan jaring yang biasanya dipakai adalah potongan bekas pembuatan jaring insang.

Jenis penangkapan dengan menggunakan bubu pintur dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata pencaharian utama. Sebagai gambaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari pintur yang mungkin dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan penangkapan dengan bubu pintur.
Konstruksi
Konstruksi pintur terdiri dari rangka dan badan jaring, rangka terbuat dari bambu atau besi behel dengan diameter antara 4 – 10 mm, sedangkan nomor jaring memakai nomor 210D/6-12 dengan mesh size berkisar aritara 2.5-6.76 cm. Umpan diletakan di tengah-tengah pintur dengan cara diikatkan pada salah satu rnata jaringnya. Untuk Pintur tunggal ada juga yang dilengkapi dengan bambu yang panjangnya antara 1-2 m sebagai tiang pancang pada waktu pintur dioperasikan. Untuk pintur yang tidak memakai pancang biasanya memakai tali yang dilengkapi dengan pelampung sebagai tanda keberadaan pintur di perairan. Tali pelampung memakai tali yang berdiameter 0.3 mm, sedangkan pelampungnya ada yang memakai potongan bambu, karet bekas sandal, bekas botol aqua atau benda lainnya yang dapat dijadikan sebagai pelampung.
Metode operasi
Alat tangkap ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati oleh kepiting atau udang. Supaya kepiting atau udang mau memasuki pintur, di tengah-tengah pintur diletakan umpan dengan cara diikatkan pada salah satu mata jaringnya. Pengoperasian pintur dapat dioperasikan secara tunggal dengan cara dipancangkan di perairan atau diset menetap dengan diberi pelampung tanda atau ada juga yang dioperasikan secara beruntai. Dalam satu kali operasi dapat dipasang mulai dari satu buah atau dipasang dalam jumlah banyak. Pintur biasanya dipasang di pagi hari, siang hari atau sore hari tergantung nelayan yang mengoperasikannya. Lama perendaman bervariasi mulai dan 2-3 jam sampai 12 jam. Operasi penangkapan semuanya dilakukan secara manual baik tanpa perahu, dengan sampan atau memakai perahu motor tempel.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.
Jenis hasil tangkapan
Jenis-jenis udang dan jenis-jenis kepiting
Perahu dan nelayan
Pengoperasiannya ada yang tanpa mengunakan perahu, ada yang memakai sampan dan ada juga yang memakai perahu motor tempel. Nelayan bubu pintur adalah nelayan tradisional yang hanya mengoperasikan bubu pintur sebagai pekerjaan utama atau nelayan alat tangkap lain yang mengoperasikan bubu pintur sebagai pekerjaan sambilan.
Umpan
Umpan yang dipakai tidak menentu, biasanya memakai ikan apa saja atau potongan daging ikan yang tersedia pada saat pintur akan dioperasikan.
Musim penangkapan
Musim penangkapan umumnya dilakukan sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk pengoperasian pintur ialah perairan pantai yang dangkal yang banyak dihuni udang dan kepiting. Kedalaman perairan mulai dari yang kedalaman 1-10 m.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu, untuk rangka yang mempergunakan besi, bisa dibeli di toko material, dan untuk jaring bisa dibeli di toko jaring.
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu tanpa motor / perahu motor tempel Rp. 2.000.000,- s/d Rp.5.000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 2.500,- s/d Rp. 5.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

BUBU KEPITING DAN UDANG LAUT DALAM

Di negara yang sudah maju sistem perikanannya seperti di Jepang, penangkapan kepiting, udang atau ikan dengan bubu di laut dalam (200 – 600 m) selain banyak dilakukan oleh nelayan secara individu (usaha rumah tangga) ada juga yang dilakukan oleh perusahaan perikanan dengan skala besar dan bahkan ada juga dengan sistim perikanan perahu induk. Peralatan yang dipakai semuanya memakai peralatan modem.


Sebagai gainbaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu kepiting atau bubu udang laut dalam yang mungkin dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan usaha penangkapan.
Konstruksi
Rangka bubu untuk bubu kepiting, keseluruhannya memakai rangka dari besi behel 0.8 cm sedangkan untuk bubu udang rangka bagian bawahnya saja yang memakai besi behel 0.8 cm sedangkan bagian atasnya memakai badan jaring untuk keduanya memakai jaring sintetis multifilamen mesh size 2.0 inchi untuk bubu kepiting dan 0.5 inchi untuk bubu kantung umpan untuk keduanya memakai bahan kawat kasa.
Ukuran bubu untuk bubu kepiting, bagian bawahnya berdiameter 70.0 – 80.0 cm bagian atas 50.0-60.0 cm dan tinggi 60.0-70.0 cm, sedangkan pintu masuknya berdiameter 25.0 – 30.0 cm. Untuk bubu udang bagian bawahnya 60.-70.0cm, bagian atas 40.0-50.0 cm dan tinggi 50.0-60.0 cm.
Sedangkan pintu masuk berdiameter 15.0-25.0 cm. Tali pelampung, tali utama dan tali pemberat semuanya memakai tambang yang disebut dengan tros (nama dagang dari tali yang dijual untuk kebutuhan perikanan dan kelautan) berdiameter 2.0 cm dengan panjang 8.000-10.000 m, sedangkan tali cabangnya memakai tambang berdiameter 1.0 cm.
Metode operasi
Metode operasi dimulal dari persiapan semua kebutuhan yang diperlukan, kemudian pemasangan pemberat pada tali utama, penyambungan tali temali dan pemasangan pelampung tanda di kedua  ujung tali utama. Setelah semua persiapan dilakukan, kemudian perahu menuju ke daerah penangkapan terpilih. Sambil menuju ke daerah penangkapan, dilakukan pengisian umpan ke dalam kantung umpan. Setelah sampai di daerah penangkapan, pelampung tanda, pemberat, bubu, pemberat dan pelampung tanda diturunkan.
Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai menjadi satu set. Satu set bubu biasanya terdiri dari 400 – 500 bubu dengan jarak satu bubu dan bubu lainnya antara 10-15 m. Lama perendaman bubu biasanya antara 3- 4 hari. Untuk nelayan yang biasa merendam bubunya selama 3 hari maka banyaknya bubu yang dioperasikan jumlahnya sebanyak 4 set (4 x 400-500 bubu).
Pada waktu memulai operasi penangkapan, selama tiga hari berturut – turut, nelayan hanya melakukan setting, tiap kali setting dipasang 1 set, kemudian setelah melakukan setting di hari ke 4 dilanjutkan dengan hauling bubu yang dipasang dihari pertama. Setelah melakukan hauling kemudian umpan diganti, bubu yang rusak diganti kemudian dilakukan setting kembali, begitu seterusnya dan dilakukan sepanjang tahun. Konstruksi dan metode pengoperasian yang dioperasikan di perairan laut dalam pada kedalaman 200-600 m dapat dilihat pada (Gambar 1 dan 2, dan prinsip kerja dari call buoy bisa dilihat pada Gambar 3.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai line hauler.
Jenis hasil tangkapan
Untuk bubu kepiting hampir 100% hasil tangkapannya kepiting, sedangkan untuk bubu udang hasil tangkapannya udang dan ikan dasar.
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu kepiting dan bubu udang laut dalam dapat dilakukan dengan menggunakan perahu ukuran 30-90 GT yang dilengkapi dengan line hauler, kompas, SSB dan GPS. Banyaknya nelayan dalam satu kali operasi berjumlah antara 3-5 orang.
Umpan
Umpan yang dipakai adalah ikan rucah yang dimasukkan ke dalam kantung umpan yang terbuat dari kawat kasa.
Musim penangkapan
Sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Laut dalam dengan kedalaman mulai dari 200 sampai 600 m.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan dengan air tawar, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko material dan toko jaring atau toko perlengkapan nelayan.
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu motor Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 250.000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 25.000,- s/d Rp. 50.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

BUBU KEPITING DAN UDANG LAUT DALAM

Di negara yang sudah maju sistem perikanannya seperti di Jepang, penangkapan kepiting, udang atau ikan dengan bubu di laut dalam (200 – 600 m) selain banyak dilakukan oleh nelayan secara individu (usaha rumah tangga) ada juga yang dilakukan oleh perusahaan perikanan dengan skala besar dan bahkan ada juga dengan sistim perikanan perahu induk. Peralatan yang dipakai semuanya memakai peralatan modem.


Sebagai gainbaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu kepiting atau bubu udang laut dalam yang mungkin dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan usaha penangkapan.
Konstruksi
Rangka bubu untuk bubu kepiting, keseluruhannya memakai rangka dari besi behel 0.8 cm sedangkan untuk bubu udang rangka bagian bawahnya saja yang memakai besi behel 0.8 cm sedangkan bagian atasnya memakai badan jaring untuk keduanya memakai jaring sintetis multifilamen mesh size 2.0 inchi untuk bubu kepiting dan 0.5 inchi untuk bubu kantung umpan untuk keduanya memakai bahan kawat kasa.
Ukuran bubu untuk bubu kepiting, bagian bawahnya berdiameter 70.0 – 80.0 cm bagian atas 50.0-60.0 cm dan tinggi 60.0-70.0 cm, sedangkan pintu masuknya berdiameter 25.0 – 30.0 cm. Untuk bubu udang bagian bawahnya 60.-70.0cm, bagian atas 40.0-50.0 cm dan tinggi 50.0-60.0 cm.
Sedangkan pintu masuk berdiameter 15.0-25.0 cm. Tali pelampung, tali utama dan tali pemberat semuanya memakai tambang yang disebut dengan tros (nama dagang dari tali yang dijual untuk kebutuhan perikanan dan kelautan) berdiameter 2.0 cm dengan panjang 8.000-10.000 m, sedangkan tali cabangnya memakai tambang berdiameter 1.0 cm.
Metode operasi
Metode operasi dimulal dari persiapan semua kebutuhan yang diperlukan, kemudian pemasangan pemberat pada tali utama, penyambungan tali temali dan pemasangan pelampung tanda di kedua  ujung tali utama. Setelah semua persiapan dilakukan, kemudian perahu menuju ke daerah penangkapan terpilih. Sambil menuju ke daerah penangkapan, dilakukan pengisian umpan ke dalam kantung umpan. Setelah sampai di daerah penangkapan, pelampung tanda, pemberat, bubu, pemberat dan pelampung tanda diturunkan.
Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai menjadi satu set. Satu set bubu biasanya terdiri dari 400 – 500 bubu dengan jarak satu bubu dan bubu lainnya antara 10-15 m. Lama perendaman bubu biasanya antara 3- 4 hari. Untuk nelayan yang biasa merendam bubunya selama 3 hari maka banyaknya bubu yang dioperasikan jumlahnya sebanyak 4 set (4 x 400-500 bubu).
Pada waktu memulai operasi penangkapan, selama tiga hari berturut – turut, nelayan hanya melakukan setting, tiap kali setting dipasang 1 set, kemudian setelah melakukan setting di hari ke 4 dilanjutkan dengan hauling bubu yang dipasang dihari pertama. Setelah melakukan hauling kemudian umpan diganti, bubu yang rusak diganti kemudian dilakukan setting kembali, begitu seterusnya dan dilakukan sepanjang tahun. Konstruksi dan metode pengoperasian yang dioperasikan di perairan laut dalam pada kedalaman 200-600 m dapat dilihat pada (Gambar 1 dan 2, dan prinsip kerja dari call buoy bisa dilihat pada Gambar 3.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai line hauler.
Jenis hasil tangkapan
Untuk bubu kepiting hampir 100% hasil tangkapannya kepiting, sedangkan untuk bubu udang hasil tangkapannya udang dan ikan dasar.
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu kepiting dan bubu udang laut dalam dapat dilakukan dengan menggunakan perahu ukuran 30-90 GT yang dilengkapi dengan line hauler, kompas, SSB dan GPS. Banyaknya nelayan dalam satu kali operasi berjumlah antara 3-5 orang.
Umpan
Umpan yang dipakai adalah ikan rucah yang dimasukkan ke dalam kantung umpan yang terbuat dari kawat kasa.
Musim penangkapan
Sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Laut dalam dengan kedalaman mulai dari 200 sampai 600 m.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dibersihkan dengan air tawar, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko material dan toko jaring atau toko perlengkapan nelayan.
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu motor Rp. 100.000.000,- s/d Rp. 250.000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 25.000,- s/d Rp. 50.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

BUBU KEPITING BAKAU

Salah satu jenis alat tangkap yang dipakai untuk menangkap kepiting di sekitar hutan bakau adalah alat tangkap yang disebut dengan bubu wadorng. Alat tangkap ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati oleh kepiting dan supaya kepiting mau memasuki wadong di dalamnya diberi umpan yang ditusuk dengan bambu supaya tidak terbawa arus atau terjatuh dari bubu. Keseluruhan bagian dari alat tangkap ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat pemancang dan alat penusuk umpan.



Jenis penangkapan dengan menggunakan bubu wadong dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata pencaharian utama. Sebagai gambaran, di bawahi ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu wadong yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan penangkapan dengan bubu wadong.
Konstruksi
Keseluruhan bagian dari alat tangkap ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat pemancang dan alat penusuk umpan. Ukurannya bervariasi dengan antara 50-60 cm, diameter bagian tengah antara 40 — 50 cm. Pintu terletak di kedua ujungnya dengan diameter antara 15 20 cm. Di bagian tengah badan bubu terdapat pintu untuk mengambil hasil tangkapan. Umpan diletakan ditengah-tengah bubu dengan cara ditusuk dengan bambu.
Pemasangan bubu wadong di perairan menggunakan bambu penyangga wadong selalu menetap dan stabil di tempatnya.
Metode operasi
Pemasangan Wadong di daerah penangkapan biasanya ‘dipasang secara satu persatu terpisah dengan yang lainnya. Dalam satu kali operasi dapat dipasang sebanyak 10 – 20 buah wadong. Pemasangan wadong biasanya dilakukan di sore hari pada waktu air surut dan diangkat pada pagi hari selagi air surut. Semua kegiatan dilakukan secara manual baik dengan sampan maupun tanpa sampan.
Jenis hasil tangkapan
Kepiting bakau (Scylle seratta)
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu wadong biasanya tidak mempergunakan perahu, tetapi nelayan memasangnya dengan cara turun langsung ke perairan. Nelayan bubu wadong pada umumnya adalah orang-orang yang tinggal dekat dengan hutan bakau di mana mereka melakukan aktifitas di daratan sebagai petani, peternak atau sebagai buruh, sedangkan pengoperasian bubu wadong hanya merupakan pekerjaan sambilan.
Umpan
Umpan yang dipakai tidak menentu, biasanya memakai ikan apa saja yang tersedia saat wadong akan dioperasikan.
Musim penangkapan
Musim penangkapan umumnya dilakukan sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk meletakan wadong adalah di sekitar akar-akar pohon mangrove atau di tempat yang diperkirakan akan dilalui kepiting. Kedalaman perairan antara 40 – 50 cm pada waktu surut.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah pemakaian sebaiknya dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko material atau beli langsung pada seseorang yang mempunyai pohon bambu.
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu tanpa motor I perahu motor tempel Rp. 2.000.000,- s/d Rp.5.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 5000,- s/d Rp. 10.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

BUBU KEPITING BAKAU

Salah satu jenis alat tangkap yang dipakai untuk menangkap kepiting di sekitar hutan bakau adalah alat tangkap yang disebut dengan bubu wadorng. Alat tangkap ini sifatnya pasif, dipasang menetap di tempat yang diperkirakan akan dilewati oleh kepiting dan supaya kepiting mau memasuki wadong di dalamnya diberi umpan yang ditusuk dengan bambu supaya tidak terbawa arus atau terjatuh dari bubu. Keseluruhan bagian dari alat tangkap ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat pemancang dan alat penusuk umpan.



Jenis penangkapan dengan menggunakan bubu wadong dapat dilakukan sebagai mata pencaharian sambilan atau sebagai mata pencaharian utama. Sebagai gambaran, di bawahi ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dan daerah penangkapan dari bubu wadong yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan penangkapan dengan bubu wadong.
Konstruksi
Keseluruhan bagian dari alat tangkap ini terbuat dari bahan bambu termasuk alat pemancang dan alat penusuk umpan. Ukurannya bervariasi dengan antara 50-60 cm, diameter bagian tengah antara 40 — 50 cm. Pintu terletak di kedua ujungnya dengan diameter antara 15 20 cm. Di bagian tengah badan bubu terdapat pintu untuk mengambil hasil tangkapan. Umpan diletakan ditengah-tengah bubu dengan cara ditusuk dengan bambu.
Pemasangan bubu wadong di perairan menggunakan bambu penyangga wadong selalu menetap dan stabil di tempatnya.
Metode operasi
Pemasangan Wadong di daerah penangkapan biasanya ‘dipasang secara satu persatu terpisah dengan yang lainnya. Dalam satu kali operasi dapat dipasang sebanyak 10 – 20 buah wadong. Pemasangan wadong biasanya dilakukan di sore hari pada waktu air surut dan diangkat pada pagi hari selagi air surut. Semua kegiatan dilakukan secara manual baik dengan sampan maupun tanpa sampan.
Jenis hasil tangkapan
Kepiting bakau (Scylle seratta)
Perahu dan nelayan
Pengoperasian bubu wadong biasanya tidak mempergunakan perahu, tetapi nelayan memasangnya dengan cara turun langsung ke perairan. Nelayan bubu wadong pada umumnya adalah orang-orang yang tinggal dekat dengan hutan bakau di mana mereka melakukan aktifitas di daratan sebagai petani, peternak atau sebagai buruh, sedangkan pengoperasian bubu wadong hanya merupakan pekerjaan sambilan.
Umpan
Umpan yang dipakai tidak menentu, biasanya memakai ikan apa saja yang tersedia saat wadong akan dioperasikan.
Musim penangkapan
Musim penangkapan umumnya dilakukan sepanjang tahun.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang umum dijadikan tempat untuk meletakan wadong adalah di sekitar akar-akar pohon mangrove atau di tempat yang diperkirakan akan dilalui kepiting. Kedalaman perairan antara 40 – 50 cm pada waktu surut.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah pemakaian sebaiknya dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu bisa dicari di toko material atau beli langsung pada seseorang yang mempunyai pohon bambu.
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu tanpa motor I perahu motor tempel Rp. 2.000.000,- s/d Rp.5.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Rp. 5000,- s/d Rp. 10.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta

BUBU KEONG MACAN DARI WARING

Nama TTG : Bubu Keong Macan dari Waring
Keong macan yang banyak hidup di perairan pantai dapat juga ditangkap dengan menggunakan alat tangkap yang disebut dengan bubu keong macan. Sebagai gambaran, di bawah ini dijelaskan mengenai konstruksi, metode operasi, umpan yang dapat dipakai, musim penangkapan dari daerah penangkapan bubu keong macan waring yang dapat dijadikan sebagai acuan sebelum melakukan usaha penangkapan dengan bubu keong macan.

Konstruksi
Rangka bubu terbuat dan besi behel dengan diameter 4 mm dan badan bubu terbuat dari waring dengan mesh size 4 mm. Ukuran bagian bawah 30 x 30 cm, atas 10 x 10 cm, tinggi antara 8 — 10 cm dan diameter pintu masuk berukuran antara 6-8 cm. Ukurannya dapat berbeda antara nelayan satu dan nelayan lainnya meskipun masih dalam satu daerah.
Metode operasi
Pemasangan bubu di daerah penangkapan dipasang satu demi satu kemudian diuntai dengan jarak satu dan lainnya antara 3-4 m. Dalam satu set bubu biasanya dipasang antara 200-600 buah bubu atau tergantung dari kapasitas perahu, modal dan kemampuan nelayan yang mengoperasikannya. Waktu operasi dimulai dari jam 18:00-06:00 dengan lama perendaman antara 2  – 4 jam.
Alat bantu penangkapan
Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.
Jenis hasil tangkapan
Keong macan — Babylonia spirata
Perahu dan nelayan
Perahu yang dapat digunakan adalah perahu motor tempel atau perahu motor dengan ukuran Lx B x D = 8.5 x 2.3 x 1,0 m. Alat bantu penarik tali utama bisa memakai gardan. Nelayan yang mengoperasikan bubu keong macan dari waring adalah nelayan yang mengoperasikan bubu keong macan sebagai pekerjaan utama, jumlah nelayan berjumlah antara 2 sampai 4 orang.
Umpan
Umpan yang bisa dipakai adalah ikan pepetek atau ikan rucah. Cara meletakan umpan di dalam bubu diletakan di bagian bawah, kemudian untuk menjaga umpan supaya tahan lama, dibungkus dengan kawat kasa.
Musim penangkapan
Musim penangkapan disesuaikan dengan musim keong macan di daerah penangkapan masing-masing. Informasi dan musim keong macan bisa diperoleh dari Cabang Dinas Perikanan dan Kelautan di daerah masing-masing.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan yang baik adalah daerah penangkapan yang dasar perairannya berlumpur atau berlumpur bercampur pasir. Kedalaman perairan tergantung keberadaan keong macan di daerah penangkapan, nelayan keong macan di Pelabuhan Ratu pada umumnya mengoperasikannya di kedalaman mulai 5 meter sampai dengan 30 meter.
Pemeliharaan alat
Untuk memelihara alat tangkap supaya tahan lama, setiap setelah dipergunakan sebaiknya dicuci dengan air tawar dan dibersihkan, yang rusak diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pengadaan alat dan bahan
Bahan dan alat untuk pembuatan bubu waring, untuk rangka bisa dibeli di toko material dan untuk waring bisa dibeli di toko perlengkapan nelayan atau toko jaring.
Kisaran harga satuan peralatan
Perahu tanpa motor / perahu motor tempel Pp. 2.000.000,- s/d Rp. 5.000.000,-. Satu buah Bubu dan tali temali Pp. 10.000,- s/d Pp. 15.000,-
Sumber : Dit PMP, DKP
Kontak : Departemen Kelautan dan Perikanan
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lantai 9 Tel. (021)3519070 (Hunting) Fax. (021) 3522560 Jakarta