Melihat Pasar Ikan Di Jepang

Sidat Kita

Sidat Kita
Pasar ikan yang ideal, bagus, rapi dan bersih tentu menjadi dambaan setiap kota. Tapi untuk kota-kota di indonesia kayanya belum bisa untuk di implementasikan karena faktor budaya kita yang mesti dirubah dalam hal pola pikir tentang pemasaran, hal ini sangat terkait dengan pemerintah daerah setempat yang menaungi tata kota, kita bisa mencontoh di negara Jepang yang boleh dibilang sebagai pelopornya. 
Sejak tahun 1967, negeri ini sudah memiliki Tsukiji Fish Market (TFM), yang berdiri di atas lahan seluas 23 ha dan berada di tengah-tengah Kota Tokyo. Pembangunan pasar ikan higienis ini secara dramatis mengubah citra pasar ikan tradisional, yang acapkali terlihat kumuh, berbau amis, dan becek. Di Indonesia, pasar ikan umumnya merupakan bagian integral dari bangunan pasar umum. Karena ciri amis, becek dan kumuh itulah, los-los ikan ditempatkan di bagian paling pojok. Para pedagang pun seperti terpinggirkan, karena terkucil dari para pedagang lainnya. 
TFM bukanlah satu satunya pasar ikan higienis di Jepang. Hampir setiap kota memiliki pasar serupa. Tetapi tempat inilah yang terbesar, sehingga selalu ramai dikunjungi pedagang serta pembeli perorangan. Sekitar 80 persen kebutuhan ikan bagi penduduk Tokyo disuplai dari sini. Berbagai jenis ikan pun dapat ditemui di TFMi. Mulai dari tuna beku, cakalang, tongkol, udang, sidat, lobster, kerang, hingga telur ikan dan produk ikan siap saji. Semua dijual di ruang terpisah, yang selalu terjaga mutu dan kebersihannya. Jalan utama menuju TFM selalu bersih. 
Setiap pagi, siang, dan sore hari, jalan selalu disemprot dengan air bersih dari mobil tangki air. Bau amis dan busuk pun tak tercium sama sekali. Sistem pengangkutan barang dilakukan dengan forklift dan kendaraan roda tiga, yang hilir-mudik mengangkut kotak-kotak kardus berisi ikan, udang, dan hasil laut lainnya. Mau tahu volume penjualan ikan setiap hari? Sulit dipercaya, tetapi angka 2.300 ton merupakan fakta yang tak bisa diingkari. Ikan-ikan ini berasal dari hasil tangkapan nelayan setempat, ditambah produk impor dari negara lain, termasuk Indonesia.

Transportasi dari nelayan atau importir dikelola oleh sebuah koperasi. Sedangkan pelelangan ikan ditangani oleh tujuh perusahaan. Namun, selebihnya, seluruh pengelolaan pasar ditangani sendiri oleh Pemkot Tokyo, dalam hal ini lembaga semacam Dinas Pasar di negara kita. Hal yang cukup menarik adalah penataan ruang terhadap komoditas tertentu, sehingga pembeli tak pernah bingung ketika akan mencari jenis ikan tertentu.
Selain itu, penyediaan sarana kebersihan, perawatan, dan sarana/ prasarana lainnya juga menjadi tanggung jawab Pemkot Tokyo. 
Sesuai dengan kesepakatan antara pedagang dan pengelola, setiap perusahaan/grosir yang melelang ikan harus membayar sewa tempat sebesar 494 yen/m2 per bulan. Sedangkan untuk toko dikenai ongkos 1.940 yen/m2 per bulan. Dalam setiap pelelangan, Pemkot memperoleh retribusi sebesar 0,25 persen dari harga lelang. 
Kegiatan di tempat ini berlangsung tiap hari, sejak pagi hingga siang hari. Di tempat ini, pembagian kegiatan antara pedagang besar, pedagang menengah, dan grosir diatur sedemikian rupa sehingga ada pembagian wilayah kerja yang transparan. Sistem penyewaan tempat berdagang dan alur kegiatan perdagangan juga diatur dengan bagus, sehingga penempatan lokasi berjualan pun terlihat serasi.
Yang unik, setiap bulan dilakukan rotasi tempat, sehingga tak ada pedagang yang dominan di lokasi strategis. Kita perlu menirup prinsip keadilan ini, karena tempat-tempat strategis seperti ini sering diperjualbelikan, dan uangnya masuk ke kantong pribadi pejabatnya. Komitmen pada perjanjian yang disepakati antarpihak itu menunjukkan mekanisme pelelangan, pelayanan penjualan, sirkulasi bahan/produk, dan lokasi usaha dapat berjalan lancar. Sistem informasi harga ikan dan hasil produksi juga bisa diakses langsung oleh siapa pun melalui perangkat multimedia (televise sirkuit) yang disediakan pengelola TFM. 
Bila kita ingin mencontoh Jepang, jangan ambil enaknya saja, semisal besarnya uang retribusi yang masuk ke kas daerah. Tetapi contohlah pula kewajibankewajiban yang mesti diselenggarakan pemerintah daerah terhadap pembeli dan pedagang di pasar ikan higienis. Tidak kalah pentingnya, sekalian mencontoh budaya antikorupsi dan antipungli, dalam bentuk apa pun.
By. Sidat Kita

Cara Memelihara Sidat Elver

Sidat Kita

Sidat Kita
Senang membaca kesan kesan rekan rekan sidaters yg sudah mulai memelihara baik glass eel, elver dan fingerlingnya di aquarium, dan bak fiber, ataupun bak beton. Penting bagi rekan rekan sidaters, mengamati tingkah laku sidat di aquarium, bahkan sangat dianjurkan oleh Atsushi Usui pakar Biologi Sidat Jepang yg mengarang buku “Eel Culture“. Sembari menggarap project, pengembangan budi daya sidat untuk target produksi 20 ton/tahun sebagai konsultan, saya sadur sifat sifat Elver (baby sidat) dari buku Eel Culture (Atshushi Usui) sbb:
Benih Ikan Sidat (Glass Eel-> Elver)
Usaha budi daya ikan sidat masih tergantung total pada glass eel (juvenile) yang ditangkap oleh nelayan selama migrasinya dari laut ke sungai sungai air tawar, yang berhadapan dengan samudera raya. Glass Eel yang tranparan secara perlahan mengalami pigmentasi dan di sebut Elver.

Sifat sifat dari Elver
Pelihara elver dalam akuarium. Ini adalah saran yang baik untuk setiap pembudi daya sidat, karena dalam akuarium anda dapat secara nyata melihat apa yang dilakukan elver, apa yang disukai dan yang tidak disukainya, dan bagaimana tingkah lakunya. Setelah anda memelihara elver dalam akuarium akan didapat pengetahuan yang berguna untuk memperlakukan sejumlah besar elver yang akan anda budi dayakan di dalam bak, dimana tidak dapat melakukan observasi secara dekat.

Elver yang baru ditangkap sampai dengan 4 hari

Elver akan bersembunyi di celah celah, di bawah batu dan sebagainya, dan muncul pada waktu malam (ketika tertarik dengan adanya cahaya) juga tidak menunjukan ketertarikan pada makanan.

Hari ke 4 sampai dengan hari ke 10

Elver sembunyi dalam celah-celah, dan menjadi berwarna abu-abu, dan mulai makan. Pakan terbaik adalah cacing tanah yang dilumatkan. Cacing tanah segar di lumatkan di blender, dan dibentuk pasta . Pertama kali pasta cacing ini dimasukan ke akuarium, tidak ada elver yang tertarik kecuali saat elver menabraknya dengan tidak sengaja. Ketika elver melakukannya maka dia mulai makan di dasar akuarium. Perlu waktu satu jam atau lebih bagi elver untuk makan, berikan pasta cacing satu kali sehari.

Hari ke 10 sampai dengan hari ke 20
Elver akan menggunakan separuh dari waktunya berenang secara aktif, bersembunyi di celah-celah tumbuhan air atau mengubur dirinya di pasir, dengan hanya memunculkan kepalanya dari separuh waktunya yang lain. Warnanya makin bertambah gelap, tetapi perutnya agak lebih transparan. Setelah makan akan mudah terlihat makanan di perutnya. Berikan makan dua kali sehari jam 09:00 dan jam 17:00, dan tempatkan pasta di lokasi yang sama. 

Elver kemudian secara cepat mendeteksi adanya makanan, dan tertarik dengan bau amis, akan tetapi lambat menentukan lokasi dari pakan, karena arus air akan mendifusikan bau makanan ke seluruh aquarium, elvers akn segera berenang menjelajah di dasar kolam. Elver menentukan lokasi pakannya sepenuhnya dengan indera penciuman (eel yang buta yang ditempatkan di akuarium dapat hidup bertahun tahun) akan memakan pakan secara rakus jika mendapatkannya.

Hari ke 21 sampai dengan hari ke 30
Elver akan tumbuh dan dapat terlihat beberapa tumbuh lebih cepat dari pada yang lainnya. Ia akan mulai terbiasa dengan rutinitas pemberian pakan, segera setelah pakan di letakan, dengan cepat sidat menciumnya dan secara rakus memakan pasta pakan. Dapat berlangsung dalam 10 menit.

Setelah hari ke 30
Jika elver bertahan sejauh ini berarti perlakuan yang dilakukan sudah tepat, dan dapat menjadi kesuksesan. Elver akan menjadi semakin rakus dan ada empat tanda penting yang mesti dimiliki.
1. Usahakan air tetap bening seperti kristal.
2. Berikan elver pakan sebisa dia makan, maka ia akan cepat tumbuh.

3. Jangan biarkan kelebihan pakan jatuh dalam bak, karena ini akan meracuni air, dan menyebabkan penyakit. Pakan jangan dilemparkan ke air tetapi letakan pada wadah, dan lokasikan agak di bawah permukaan air. Jika elver sudah cukup makan maka sisa makanan dapat di angkat.
4. Pisahkan elver yang kurang cepat pertumbuhannya, tempatkan pada kelompok yang lambat pertumbuhannya, dan yang lain pada kelompok yang cepat pertumbuhannya. (Ariya Hendrawan)
By. Sidat Kita

Cara Menyiasati Kolam Sidat Dengan Kepadatan Tinggi

Sidat Kita
Sidat Kita
Mengharap hasil yang maksimal dari kolam yang bisa dibilang kecil sebenernya boleh-boleh aja asalkan tahu cara menyiasatinya dan tentunya harus tahu ilmunya dulu biar nanti menghasilkan seperti yang kita harapkan, disini akan dibahas bagaimana agar bisa budidaya dikolam kecil dengan hasil maksimal. 
Tentunya kepadat sangat tinggi.  Nah untuk kepadatan diatas 30 kg/m3 atau 40kg/ m3, di perlukan Injeksi Langsung Oksigen, High density, Automatic RAS memang sangat mahal kalau mesin mesin di import dari LN seperti Jerman, contoh dulu di Parung, Farm Sidat, Jerman Punya, bangkrut usaha sidatnya, ini high Capital Investment. 
Tetapi ini bukan tidak bisa di buat, akan saya konsultasikan dgn Prof. Dr. Dimitri Mahayana teman saya Control Engineer, yang study di Jepang, untuk bikin produk dalam negeri bisa lebih murah. Fadel Muhammad saja dulu bikin Garbarata waktu di Bukaka, tentu beliau bisa bikin model RAS hitech untuk 200 kg/m3.

Tapi di negara kita banyak matahari, suhu cocok, dua musim, air berlimpah (tinggal cari lokasi ada mata air), sawah bisa dikonversi jadi tambak (perlu dihitung untung mana sawah atau tambak sidat), bisa sewa tanah 5 s/d 10 tahun, sekitar 2 juta/ha/tahun di jawa barat.

Kalau ada 20 juta bisa 10 tahun sewa tanah. Matahari bisa dipakai untuk mengeletrolisis air jadi oksigen (untuk direct injection pond, terutama untuk elver indoor), Oksigen dan Hydrogen bisa di dapat dari elektrolisis, bisa disimpan jadi energi potensial dari Fuel Cell (Sel Bahan Bakar), kalau ada sumber panas bumi juga bisa jadi energi. Atau juga pakai sel surya seperti punya Israel, pakai pantulan cermin parabolic.

Supaya Benefit/ Cost ratio tinggi, pakai sumber energi terbaharukan, kolam harus ada mata air terlindung minimal debit 5.2 liter/ detik (350m3/hari) untuk produksi 20 ton, daripada sedot air tanah seperti di Krawang (deep well) kedalaman 120 meter, listrik, solar dll berapa. Dapatkah model di krawang mencapai skala ekonomis.

Di Jepang mereka memang berani sedot air pakai, listrik, tapi untuk bersaing, strategi dan perencanaan dengan green energy akan perlu pertimbangan serius, perencanaan 50% dari sukses. 

By. Sidat Kita

Analisa dan Harga Sidat (Unagi) di Jepang

Sidat Kita

Sidat Kita
Menelaah kondisi dan strategi persidatan di Indonesia, sambil merencanakan sistem produksi 20 ton per tahun, sebagai konsultan sistem budi daya sidat. Berikut ini beberapa perencanaan dan strategi yang saya perhitungkan.

Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, tentang larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2009.

 Ukuran yang benih sidat yang dilarang adalah:
1. Benih adalah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa.
2. Benih sidat adalah sidat kecil dengan ukuran panjang sampai 35 cm dan/atau berat sampai 100 gram per ekor dan/atau berdiameter sampai 2,5 cm.

Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri sampai ukuran (100gr, diameter 2,5cm, panjang 35 cm), dan dapat dilepas ke pasar internasional untuk ukuran yang lebih besar.

Pasaran di Jepang menghendaki ukuran konsumsi 190 gr/ sd 200 gr per ekor yang disebut boko [ 150 gr s/d 220 gr, panjang s/d 80 cm sekilo 6 ekor], untuk ukuran small marketsize adalah futo [ 100 gr – 150 gr, panjang mencapai 50 cm, sekilo 8 ekor].

Jika sudah di paket menjadi sidat panggang (unagi kabayaki) kemasan adalah 110gr-120 gr, dan 150gr-160gr, dalam bentuk sudah di kemas dalam kemasan vakum. [Dapat di check di Cosmo, Ranch Market, Matsuya di Jogya dan Hero, serta swalayan Jepang atau Korea].

Harga sidat di Jepang di Tsukiji Market mencapai 7.000 yen per kg, sekitar Rp 739.865 per kilo gram, untuk unagi kabayaki (panggang di vakum) harga 110gr – 120 gr sekitar 1.260-1.500 yen (133 ribu s/d 158 ribu rupiah).

Jadi dapat diperhitungkan harga jual ke Jepang, jika dikurangi ongkos kirim, biaya eksport dan sebagainya, tentu akan memudahkan jika di Indonesia yg di eksport adalah produk olahan (unagi kabayaki), bisa juga dalam bentuk fresh frozen eel, frozen roasted eel (unagi kabayaki). Untuk pasaran dunia biasanya mereka menghendaki sidat hidup untuk pasar lokal, dan frozen eel.

Jika pembudi daya pembesaran sudah banyak yang perlu dilakukan adalah pembuatan pasar bersama sidat konsumsi, pasar bersama glass eel, dan pasar bersama elver. Tujuannya adalah memberi keuntungan optimum yang bagi pembudi daya, tanpa harus ditekan oleh tengkulak, kaum kapitalis yang serakah, dan kartel pasar. Karena jika para sidaters mulai merancang strategi pasar bersama, maka pengijon, brooker, dan para eksportir glass eel akan mati. 

Mereka harus membudi dayakan sidat jika ingin bermain di persidatan, atau membuat jaringan inti plasma. Atau jika tidak ingin ada intervensi korporasi bisa membuat koperasi dengan unit usaha sektoral, seperti di Jepang ada koperasi petani (beras) dan koperasi pembudi daya unagi yg disebut Kumiai (Cooperative Society). Strategi yang lain adalah mengeksport sidah hasil olahan dengan bekerjasama dengan perusahaan yg mempunyai processing.

Di Indonesia pertumbuhan berat sidat adalah rata rata 40 gr/ bulan, dan waktu minimum pembesaran sampai mencapai ukuran konsumsi adalah 9 bulan (Ahmad Suhaeri, BLU Pandu Krawang). Dari glass eel sampai ukuran 100 gr dicapai dalam 4 s/d 5 bulan, dan sampai ukuran konsumsi dari 100 gr sampai 250 gr dalam 3/4 bulan. Sidat betina lebih besar dari pada sidat jantan, dan penambahan hormon estrogen pada pakan membuat popolasi sidat betina akan lebih banyak. 

Atau pertumbuhan optimum 9 bulan x 40 gr = 360 gram. Pertumbuhan berat sidat sangat bergantung suhu optimum pemeliharaan 23 s/d 28 derajat celcius, rata rata 25 derajat cukup optimum, jadi tidak ada masalah suhu di Indonesia, kecuali penyakit dan parasit yg bisa muncul dalam rentang suhu tersebut.

Jadi kelompok kelompok para sidaters, bisa di bagi bagi:
1. Pembudi daya rumahan dengan sistem resirkilasi (semi intensif)
2. Pembudi daya sampai ukuran konsumsi 1 kg 4 atau 1 kg 5 ekor. Dari sidat 100 gr.
3. Pembesaran dari glass eel ke elver 1 gr
4. Pembesaran dari 1 gr ke 100 gr.
 Di Jepang elver mulai dikembangkan dari glass eel 0.15 gr ke elver 0.5 gr (kerapatan tebar 0.4 kg/m2 s/d 1.2kg/m2), setelah itu dilakukan grading dan pemindahan ukuran 0.5 gr ke kolam dengan kerapatan tebar 0.5 kg/m2 s/d akhir 1.6 kg/m2.

Di Jepang ukuran 6.5 gr sudah dilepas ke tambak pembesaran akhir (5000 m2 atau 0.5 ha bisa terdiri dari 25 kolam ukuran 200m2) dan mencapai ukuran panen 190 gram dengan kerapatan 4 kg/m2. Kolam adalah still water.

Dari ukuran 0.16 gr ke 0.5 gr ditebar dalam kolam running water, dan 0.5 gr s/d 1.3 gram pembesaran elver setelah grading dalam kolam running water. Atau kalau di Indonesia indoor, running water atau resirkulasi.

Dari ukuran 1.3 gr ke 6.5 gr bisa di budi dayakan di air tenang.
Untuk pembesaran s/d 20 ton dibutuhkan jumlah air 350m3/hari atau 5.208 liter/detik.


Jadi teman teman dapat mengelompokan diri:
1. Jadi Pemodal Stokist (memodali nelayan, dengan fasilitas, modal, jaring scoop) dan lainnya.
2. Sebagai nelayan penangkap glass eel dan stokist.
3. Pembesaran glass eel ke elver [elver tahap 1]
4. Pembesaran elver ke old elver [elver tahap 2]
5. Pembesaran old elver ke fingerling
6. Pembesaran fingerling ke sidat konsumsi.

Di Indonesia beberapa pembudi daya elver menjual hasil mereka degan berat 1 gr per ekor (atau 1 kg/ 1000 ekor), glass eel di estuaria ditangkap ukuran 1kg 6000 ekor.
857
Untuk tangkapan alam bisa sidat dewasa yg sedang migrasi ke laut, atau dengan umpan.

 Jadi para sidaters siap siap mengelompokan diri di bagian mana akan berusaha di bidang sidat.

Perlu rajin rajin mengecek pasar global, mengetahui biaya eksport, processing, freight, dan regulasi serta sertifikasi produk pangan, atau hasil olahan.

Sidat adalah makanan berkualitas, karena kandungan protein, asam amino, vitamin E, A yang tinggi, serta kandungan EPA dan DHA yang tinggi, bisa dikembangkan menjadi produk biotechnology atau farmasi untuk kebutuhan EPA dan DHA.

 Asam Amino yang sangat lengkap dikandung sidat berguna untuk kecerdasan, juga bersifat aphrosidiak atau meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. [Lihat lampiran nutrisi yg saya muat di file folder].

Jadi banyak parameter lingkungan, pasar, eksternal, internal, resiko yang harus di perhitungkan jika ingin membudidayakan sidat. Strategi Inti Plasma, dan jaringan yg rekan rekan sidaters kembangkan sudah ke arah yg tepat, pola keroyokan dan rumahan yg mulai berkembang juga bagus.

Karena kita di Indonesia, maka perlu dikombinasikan pola budi daya sidat di Jepang, dan Eropah yg disesuaikan dengan di Indonesia.

Jika ingin budi daya intensif dengan pola fish farm berteknologi tinggi untuk produksi 200 tahun/ bulan dengan air minimum, dan lahan yang sempit sangat dimungkinkan, karena di Indonesia sudah banyak ahli ahli IT, komputer, software engineer, dan ahli elektronika, controler dan lainnya seperti di forum sidat@yahoogroups.com  ada expert IT, Electrical, dll, selain ahli perikanan, modal kolaborasi yg kuat untuk kita bisa berkembang menyaingi Israel, Jerman, Inggris, dan Jepang sekalipun dalam budi daya sidat. Tinggal Strategi Riset dan Development perlu di tingkatkan.


Bahkan saya berpikir ke depan bisa di bikin kolam pemeliharaan full automatic, high density dikontrol lewat website lewat jaringan internet. Jadi satu server komputer, atau beberapa, mengontrol ribuan tambak di Indonesia, full automatic, dengan green energy, tenaga air, panas bumi, dan energi surya. Mungkin ini bisa kita capai bersama sama 5 tahun kedepan dengan membuat focus group masing masing. Bukan mustahil 10 ribu petambak sidat di Indonesia bisa tercapai, punya bank sendiri seperti grameen bank dan Mondragon Cooperative Cooperation di Spanyol. Sidat ikan berkualitas ada, harga OK, teknologi tinggal dibuat. (
Ariya Hendrawan – Moderator Millis sidat@yahoogroups.com)
By. Sidat Kita

Glass Eel Jadi Korban Tradisi

Sidat Kita

Sidat Kita
Musim paceklik masih melanda sebagian nelayan Pantai Selatan Teluk Palabuhanratu Kab. Sukabumi. Ini kontradiktif dengan momentum kemeriahan “Hari Nelayan”, tradisi yang senantiasa dilaksanakan oleh kaum marginal setiap tahun bertepatan dengan tanggal 6 April. Bagaimana pun situasi dan kondisi nelayan, pesta rakyat di pesisir pantai ini harus tetap terlaksana. Masalahnya, diantara serangkaian acara, selalu diselipkan sebuah upacara berbau magis yang cenderung mengedepankan unsur sakral melalui sebuah persembahan kepada sang penguasa Pantai Selatan.
Terlepas dari semua kepercayaan itu, bertepatan dengan pesta nelayan tahun ini ada sebuah pesta lain yang mewarnai kegiatan nelayan dan ini jarang terjadi, yaitu dengan hadirnya jutaan bahkan mungkin miliaran benur aneka jenis ikan yang oleh masyarakat setempat disebut “Impun”. Miliaran benur aneka jenis ikan yang baru menetas dan menyebar di sejumlah muara dan pesisir pantai memiliki makna tersendiri bagi para nelayan, petani bahkan komunitas warga lainnya. 
Miliaran “impun” yang tersebar di sepanjang muara dan pesisir pantai selatan tersebut, diburu dan ditangkap dengan menggunakan jaring khusus yang halus. Inilah yang disebut “Nyalawean” atau para pemburu benur ikan menamakan kegiatan tersebut sebagai “ngala impun salawena” (menangkap impun hari kedua puluh lima ). Kalimat “salawe” berarti dua puluh lima dan pada hari kedua puluh lima pada bulan Maulud inilah biasanya miliaran impun itu mulai bertebaran di pesisir pantai.Acara memburu benur impun atau “Nyalawean” terus berlangsung selama satu pekan atau sepanjang masih ada impun yang bisa ditangkap.
Bahkan agar tidak kehilangan momentum datangnya gerombolan impun warga rela membuat tenda-tenda sederhana di pesisir pantai. Terutama di kawasan muara dan pemandangan ini akan menjadi sebuah tontonan tersendiri bagi pengunjung yang datang ke Pantai Selatan Palabuhanratu.Perburuan impun dilakukan dengan cara sederhana, tidak ubahnya melihat petani ikan yang tengah menangkap ikan dengan menggunakan jaring di kolam. 
Bedanya, dalam “Nyalawean” lebih didominasi oleh kalangan ibu-ibu atau remaja putri. Biasanya, dengan tanda-tanda alam yang muncul dari permukaan air atau banyaknya burung pemangsa ikan berputar-putar di areal tertentu, para pemburu impun sudah hafal saatnya untuk turun ke pesisir dan memasang jaring impun. Ketika muncul gelombang dari laut ke arah darat, saatnya para pemburu impun beraksi mencelupkan jaringnya memecah ombak dan biasanya impun-impun yang berada diantara gulungan ombak tersebut menempel di jaring. Ini dilakukan berulangkali sampai akhirnya terkumpul impun cukup banyak.
Hasilnya, jika mau dijual banyak orang yang mau membeli dengan harga cukup mahal. Untuk… satu kilogram impun, biasanya dibeli dengan harga sampai Rp 50.000,00. Bahkan ada yang berani hingga Rp 100.000,00. Mahalnya harga impun selain karena sulit dan jarang ada, juga rasanya yang luar biasa. Kelezatan rasa impun menurut beberapa warga setempat melebihi jenis ikan atau makanan apa pun. Memasaknya pun tidak perlu menggunakan bumbu macam-macam. Hanya sedikit diberi garam kemudian dipanaskan, sudah selesai. “Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa impun. Pokoknya dimasak dengan cara apa pun sangat enak. 
Oleh sebab itu, banyak yang memburu impun walau pun harus mengeluarkan uang cukup banyak,” kata H. Nursobah, tokoh nelayan asal Cisolok Kab. Sukabumi.Mahalnya harga impun dan kelezatan rasanya inilah yang membuat “Nyalawean” mengundang ratusan ibu-ibu nelayan dan warga lainnya berebut mendapatkan impun. Ibu-ibu dan kalangan remaja rela meninggalkan kewajibannya di rumah untuk mendapatkan impun sebanyak-banyaknya. Terlebih saat ini ketika sebagian nelayan tengah menghadapi musim paceklik akibat cuaca yang tidak menguntungkan. 
Memburu impnu atau “Nyalawean” bisa diandalkan untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga. Sayangnya, tidak banyak pemburu impun yang bisa memperoleh impun melimpah. Rosmiatin (42), istri nelayan asal Kampung Bagbagan Palabuhanratu, mungkin orang yang paling beruntung dibanding pemburu impun lainnya. Menurut pengakuannya, selama hampir satu minggu memburu impun, tidak kuirang dari tujuh kilogram impun yang sudah ditangkapnya. Ini merupakan hasil yang luar biasa untuk ukuran mereka. 
Semua hasil tangkapan Rosmiatin dijual dengan harga Rp 80.000,00/kg. “Lumayan untuk menutupi kebutuhan dan membayar utang ke warung,” katanya.Impun memang membawa berkah, ketika impun muncul, nelayan tak peduli lagi dengan kegiatan yang ada di sekelilingnya, demikian pula saat “Nyalawean” tahun ini yang bersamaan dengan pelaksanaan “pesta nelayan”. 
Ibu-ibu nelayan, terlihat lebih antusias berada di pesisir pantai, berkemah sambil matanya terus menatap permuakaan laut dan sekitarnya untuk mengamati tanda-tanda kehadiran impun, ketimbang bergabung melaksanakan kegiatan seremonial dalam pesta nelayan. Paling jika ada atraksi hiburan, ada menunda sementara kegiatan memburu impun untuk kemudian kembali lagi ke lokasi perburuan. Selain itu, bagi kalangan remaja putri, kegiatan “nyalawean” bahkan bisa dijadikan ajang mencari jodoh. Ini bisa difahami karena selain banyaknya pemburu impun, banyak pula kaum pria yang menonton. 
Pertemuan antara kedua jenis manusia yang berlawanan kelamin inilah yang memungkinkan terjadinya kontak. “Awalnya hanya ingin melihat pemandangan yang jarang dilihat. Yaitu kaum wanita yang berbasah-basah dan terkadang roknya tersingkap. Selanjutnya, saling berkenalan dan tidak jarang yang akhirnya sampai ke pelaminan,” kata Badri, pengurus Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Palabuhanratu.
“Nyalawean” memang diakui H. Nursobah sudah berjalan puluhan tahun, bahkan ketika H. Nursibah masih remaja hingga saat ini berusia diatas 60 tahun, kegiatan ini tetap ada dan menarik perhatian. Sayangnya. “nyalawean” tidak menjanjikan ada setiap tahun, setiap tanggal 25 bulan Maulud, terkadang dua atau tiga tahun tidak pernah muncul impun, baru tahun berikutnya impun banyak. “Kegiatan ini memang snagat menarik dan menguntungkan. 
Setiap ada kegiatan ini saya selalu memesan impun sampai dua atau tiga kilo. Berapa pun harganya pasti saya beli,” kata Nursobah.“Nyalawean” memang tidak selalu ada setiap tahun. Ini bisa terjadi. Menurut Ir. H. Deden Sugandi, M.Si, mantan Kadis Perikanan Kab. Sukabumi yang saat ini menjadi pejabat di lingkungan Provinsi Banten, kehadiran impun sangat tergantung pada migrasi ikan. Biasanya pada waktu-waktu tertentu ada migrasi ribuan jenis ikan. 
Pada umumnya, ikan-ikan tersebut satu arah dan satu tujuan karena semuanya membawa telur. Secara alami, ribuan bahkan jutaan ikan dari aneka jenis ikan tersebut memburu muara-muara sungai atau tempat-tempat yang memungkinkan untuk bertelur. “Biasanya muara-muara banyak pohon-pohon rindang dan suasana seperti itulah yang diinginkan oleh ikan-ikan laut yang akan bertelur. Karena proses alam pula, jutaan ikan dari aneka jenis ikan laut itu bertelur dalam waktu bersamaan dan menetas dalam waktu hampir bersamaan. 
Bayi-bayi ikan inilah yang disebut sebagai impun,” kata Deden.Secara alami pula, bayi-bayi ikan tersebut berusaha untuk hidup di laut lepas. Kelompok impun keluar dari muara dan beradaptasi dengan air laut. Jika lolos dari predator, termasuk para pemburu impun, maka bayi-bayi ikan tersebut akan hidup sebagai ikan dewasa dengan berbagai jenis, tergantung pada induknya. Tapi hanya sebgian kecil saja yang bisa bertahan di derasnya kehidupan laut. Sebab, sebagian besar lainnya justru diburu oleh manusia. Perburuan itu kemudian disebut wraga nelayan sebagai kegiatan “Nyalawean”.
By. Sidat Kita

Cara Membuat Bio Filter Untuk Kolam Sidat

Sidat Kita

Sidat Kita
Kali ini kita akan membahas bagaimana membuat filter seperti Bio Ball yang mudah, murah dan terjangkau dan bahan-bahannya pun yang mudah kita dapat disekitar kita. Kita kembali ke natur saja, Kenapa Air yang mengalir/tdk mengalir yg disekitarnya banyak pepohonan, rerantingan dan dedaunan nampak bersih dan bening ? 
Tidak sia-sia Allah menciptakan sesuatu’ ; potongan2 dahan, potongan2 ranting dan reruntuhan daun daunan yg berada dalam air masih banyak gunanya. diantara tumpukan daun2an, ranting dan pohon masih ada rongga/ruang sebagai tempat tinggal renik2, bakteri atau mahluk lainnya.

Contoh ini katanya sebagai ide utk membuat bio ball. Mau pakai Bio Ball mahal, hehe…

Cari yang murah, ini salah satu trik untuk membuat Bio Ball yang murah dan terjangkau :

a. Penuhi salah satu chamber dengan waring yang di untel-untel ( digulung juga ok) sdh mendekati Bio ball-Bio ball an, beli waring baru mahal tapi lebih murah dari bio ball, kalau mau yg murah lagi pergunakan saja “WARING BEKAS PENGAMAN GEDUNG BERTINGKAT”, kalau ga salah Rp 5.000,- per kg. 

b. Sampah plastik ( bukan pelet biji plastik ); bisa potongan botol2 aqua, botol2 plastik lainnya, potongan2 plastik yg mendekati bentuk dedaunan atau  apa saja bentuknya asal

kalau ditumpuk diantara potongan2 tsb masih ada ruang utk tempat tinggal mahluk renik dan mahluk halus halus. Di pengumpul barang bekas banyak banget, kalau ga salah
per kg Rp 2.500,- sampai Rp 7.500,- tergantung bahan dan kebersihannya ( putih bening mahal).

a dan b kalau bisa diikat dan dikarungi waring/jaring untuk mempermudah pengankatan/penggantian.
Tambahan aja kalau suka … bagaimana kalau disalah satu chamber ditanam berbagai jenis ikan pemakan kotoran ikan dan kotoran lainnya?.
Bagaimana, mudahkan membuat filter seperti Bio Ball. Semoga bermanfaat.
By. Sidat Kita


Hal hal Yang Dibutuhkan Untuk Memulai Budidaya Sidat

Sidat Kita

Sidat Kita

Banyak orang bertanya, bagaimana memulai budidaya sidat? apa saja yang harus dipersiapakan? apa saja yang dibutuhkan baik sarana maupun prasaranannya??
Disini kita akan membahas langkah awal untuk memulai budidaya sidat, ini dia syarat dan ketentuannya, walau terkesan susah tapi sebenarnya tidak saklek seperti yang tertulis, karena ini saduran dari buku berjudul Eel Culture (Atsushi Usui), sekedar referensi dan menembah pengetahuan kita, hehe…:

  
Karakter dari Person In Charge (PIC)

  1. Apakah anda mempunyai naluri bisnis, dan pengetahuan dari prosedur keuangan? Apakah anda mengetahui detail ilmiah biologi sidat?
  2. Apakah anda  bertangan dingin, dan mempunyai kemampuan teknis praktis seperti membangun struktur bangunan dari beton? Jika anda tipe “high powered tycoon”, anda akan cepat menjadi bosan dengan budi daya sidat, dan keluar dari usaha.

Pembiayaan Modal

  1. Apakah anda memiliki cukup modal untuk menutup biaya modal, dalam memulai usaha budidaya.
  2. Apakah anda memiliki modal yang cukup untuk membayar biaya operasional dari usaha budidaya.

Kebutuhan Dasar

  1. Apakah anda membaca semua literatur yang dibutuhkan untuk memulai usaha budidaya sidat? Anda mesti  meninjau usaha budidaya komersial, dan pusat budidaya milik pemerintah, untuk melihat model budi daya, dan menemui orang orang yang dapat memberi anda saran saran. Dapatkah anda berkunjung ke Jepang selama 2 minggu untuk melihat industri sidat sebenarnya.
  2. Apakah anda meminta pendapat ahli ahli dalam bidang bidang seperti menjalankan usaha, perbankan, akuntansi, real estate, teknik, biology.
  3. Untuk membangun usaha budidaya, anda mesti meminta ijin badan pengelola air sungai dan perencanaan daerah. Orang orang yg ditemui tersebut akan mempunyai saran yg membantu, lebih awal anda menghubungi mereka, lebih mudah mereka menolong anda.
  4. Buat detail biaya dari biaya operasi, buat estimasi saat biaya tinggi dan produksi rendah

Gambaran Umum Lokasi Budidaya

  1. Apakah suplai air sekurangnya 18.000 m3 yang masih tersedia pada musim kering di tahun berjalan? Air bisa didapat di sungai, danau, dan juga sumur bor.
  2. Kualitas air yang disuplai?
a.Apakah air yang di supply bebas dari polusi, check bagian hilir aliran jika dari sungai, jika ada pembuangan limbah industri. Tanyakn petani apa insektisida yang mereka gunakan dan bila mereka gunakan. Air tidak perlu terlalu bening, agak keruh juga tidak apa apa. Jika ada sidat di air, maka kualitas air cukup baik.
b.Bagaimana anda dapat mendeteksi polusi yang memasuki farm anda?
c. Bagai mana anda dapat mencegah polusi memasuki farm anda?
d.Bagaimana langkah anda jika terjadi kerugian karena polusi?

3.Banjir:  Apakah anda yakin bahwa lokasi tidak terkena banji?
4.Area: Anda memerlukan sekitar 1,5 ha untuk membangun kapasitas produksi 40 ton per tahun (di Jepang, di Indonesia ongkos sewa tanah sekitar 2 juta/ th di Jawa Barat). Dibutuhkan 4 ha lagi untuk ekspansi, ini dapat dilakukan dengan pembelian, atau sewa.
5. Apakah ada jalan dan aliran listrik?

Tinjauan Biologi

1. Elver: Dimana anda akan mendapatkan elver? Berapa harganya?  Pada bulan apa elver didapat?
2.Penyakit: Jika sidat sakit fasilitas apa yang anda ketahui untuk mendiagnosis penyakitnya? Dimana ahli parasitologi? Atau ahli penyakit ikan yang dapat membantu anda? Berapa biaya pengobatan ikan?
3.Pemberian pakan: Berapa harga pakan per (kg, ton) untuk pakan buatan? Bagaimana dengan harga dari pakan alami (ikan runcah)? Berapa harga per (kg, ton), apakah memerlukan frezer untuk menyimpannya?

Marketing

1. Keuntungan anda bergantung dengan harga jual ikan anda. Anda memerlukan pengetahuan marketing dan skill. Apakah anda akan menjual sidat anda dalam partai pada pengepul? Atau apakah anda akan menjual dalam jumlah kecil ke retailer pada harga yang lebih tinggi? Pembeli mana yang anda kontak?
2. Apakah anda berencana membuat produk olahan dari sidat anda dan melakukan pengepakan? Perlu melihat harga pasar,  trend harganya, dan pasar alternatif lain.
(Diterjemahkan bebas dari Eel Culture, Atsushi Usui oleh Ariya Hendrawan 2011)
By. Sidat Kita

Ikan Kayu (Katsuobushi)

          
            Ikan kayu (dried bonito stick) atau yang lebih dikenal sebagai Katsuobushi adalah produk tradisional yang dibuat melalui tahapan-tahapan, menurut Nasren dan Irianto (1987) dalam Giyatmi (1998) tahapan tersebut meliputi meliputi penyiangan dan pemotongan, perebusan, pengasapan pertama, penambalan, pengasapan tahapan kedua, Pengeringan dan penyerutan, dan fermentasi.
a. Penyiangan dan pemotongan
            Proses ini meliputi pembuangan kepala dan isi perut, pembuatan fillet dan pemotongan dalam bentuk lain. Untuk fillet yang berbobot kurang dari 3 kg dipotong menjadi dua bagian, yang biasa disebut kome-bushi. Sedangkan fillet akan berukuran besar menjadi 4 bagian, yang disebut honbushi. Khususnya untuk honbushi dipisahkan lagi menjadi male-fushi atau o-bushi untuk bagian punggung dan femade-bushi atau me-bushi untuk loin bagian perut (Tanikawa 1971 dan ismi 1971 dalam Giyatmi 1998). Hasil survei yang dilaporkan oleh Lubis (1980) dalam Giyatmi (1998) bahan baku yang digunakan oleh perajin Indonesia dibedakan antara ika yang berbobot kurang dari 2,5 Kg dan lebih dari 2,5 Kg.
b. Perebusan
            Perebusan dilakukan dengan cara meletakkan ikan pada suatu baki dengan susunan yang teratur dan posisi lurus. Perebusan dilakukan pada suhu 80-850C untuk daging ikan segar dan 90-950C untuk daging ikan yang kurang segar. Suhu dinaikkan perlahan-lahan kira-kira 20 menit sampai mendidih. Setelah mendidih perebusan diteruskan sampai 45-60 menit  untuk Komebushi dan 60-90 menit untuk hunbushi. Selanjutnya didinginkan dan dibuang duri serta tulang-tulang kecilnya.
c. Pengasapan
            Pengasapan merupakan salah satu cara pengawetanikan agar tahan lama, selain memasak juga mengeringkan ikan serta memberi rasa yang khas pada ikan yang diasap (Irawan 1995 dalam Nurhaeruningsih 2000). Beberapafaktor yang mempengaruhi proses pengasapan adalah suhu pengasapan, kelembaban udara, jenis kayu yag digunakan dan ketebalan asap (Wibowo 2000 dalam Nurhaeruningsih 2000).
            Proses pegasapan dibedakan menjadi dua macam yaitu pengasapan panas dan pengasapan dingin. Pengasapan panas menggunakan suhu (65-80) 0C selama 3-5 jam, sedangkan pengasapan dingin menggunakan suhu (30-40)0C selama 4-6 minggu.
Pengasapan dalam proses pembuatan ikan kayu bertujuan menurunkan kadar air, sehingga membentuk  tekstur yang keras pada ikan kayu. Pembuatan ikan kayu menggunakan cara pengasapan dingin dengan waktu yang lama dapat mencapai kadar air yan cukup rendah (Motohiro 1989 dalam Nurhaeruningsih 2000).
d. Pengeringan dan penyerutan
            Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari (penjemuran). Setelah pengeringan tahap pertama tingkat kekeringannya harus mencapai 60% pada bagian penggung dan 40 % pada bagian perut (Ismail 1971 dalam Giyatmi 1998). Setelah  kering, ikan disimpan di dalam kotak sampai 3-4 hari hingga tekstur menjadi agak lunak, selanjutnya permukaan diserut hingga halus. Setelah penyerutan, permukaan daging ikan kaering berwarna coklat cemerlang. Kemudian fillet dijemur kembali sampai 2-3 kali. Wada et al (1992) dalam Giyatmi (1998) menambahkan bahwa selama pengeringan permukaan daging digaris-garis dengan pisau selama 2 mm. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tempat bagi tumbuhnya kepang.
e. Fermentasi
            Ikan yang telah kering ditempatkan didalam sebuah kotak dan disimpan seama 13-14 hari, sehingga akan tumbuh kapang (terutama Penicilium dan Aspergillus) dipermukaan secara alami. Tahap ini adalah fermentasi tahap pertama. Ikan diambil dan diletakkan di udara terbuka (diangin-anginkan), selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari. Setelah kering, kapang yang tumbuh lebat atau yang tidak diinginkan dibuang dengan sikat, kemudian dipindahkan ke kontak lain untuk fermentasi tahap kedua. Fermentasi diulang sampai empat kali, dengan pertumbuhan kapang semakin banyak. Warna permukaan ikan akan berubah dan hijau keabu-abuan menjadi coklat muda yang merupkan karakteristik dari  katsuobushi. Fermentasi dapat dilakukan pada suhu 300C, dengan kelembaban relatif (RH) 80% selama 30 hari (Wada et al 1992 dalam Giyatmi 1998).
             Ikan kayu yang difermetasi lebih lama dikenal sebagai produk tradisonal jepang yang dimanfaatkaan sebagai bumbu masak (penyedap), dengan cara menyerut ikan kayu dengan pisau tajam menjadi serpihan tipis, selanjutnya ditambahkan air panas sebagai stok untuk pembuatan soup dan beberapa masakan.
            Di Indonesia, ikan kayu juga menghasilkan komoditas komersial untuk diekpor. Daerah produki ikan kayu ini terutama terdapat di Sulawesi Utara dan Sumatera Utara (Lubis 1980 dalam Yusma Yennie 1998). Sesuai dengan permintaan negara pengimpor, ikan kayu yang dihasilkna hanya merupaan produk setengah jadi, yaitu produk yang sudah diasapi, dikeringkan tanpa dilakukan proses penumbuhan kapang, yang disebut arabushi. Biasanya penjamuran dilakukan sendiri di negara tersebut dengan cara khusus untuk mengontrol pertumbuhan (Hanafiah et al 1984 dalam Yusma Yennie 1998).
            Sebagai produk tradisional Jepang mempunyai sejumlah proses pengolahan yang sejenis yang merupakan turunan dari proses pembuatan Katsuobushi. Dari beberapa jenis tersebut, Jepang hanya mengimpor dari negara lain dalam bentuk arabushi (Sjef van Eys 1983 dalam Yusma Yennie 1998).
Daftar Pustaka
Yusma Yennie 1998. Skripsi. Teknik Pembuatan dan Penyimpanan starter cair kapang Eurotium repens untuk fermentasi ikan kayu (Katsuwobushi). THP-FPIK : IPB
Giyatmi 1998. Thesis. Isolasi dan Identifikasi Kapang Pada Pembuatan Ikan Kayu (Katsueobushi) Cakalang (Katsuwonus pelamis L.) Dengan Fermentasi Alami. Pasca sarjana. IPB
Nurhaerunningsih 2000. Skripsi. Proses Pembuatan Katsuobushi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan Menggunakan Starter Polikultur Aspergillus sp. THP-FPIK : IPB