Sumber : informasi-budidaya.blogspot.com
Kategori: Kesenian
Ide Bisnis | Peluang Bisnis Saxwood, Saksofon dari Kayu
Produk yang dihasilkan amat unik, yakni saksofon yang terbuat dari kayu jati kuno. Saksofon buatannya bisa ditiup dan menghasilkan suara yang lebih lembut dari alat tiup serupa yang terbuat dari logam yang dipopulerkan pertama kali oleh Adolphe Sax pada 1841.
Andjar tidak mau membuat produk unik yang fungsinya hanya sebagai pajangan. Pemuda kelahiran 1985 ini memutar otak bagaimana alat musik tersebut dapat dimainkan juga.
“Saya datang dari keluarga yang mencintai musik, sewaktu kami berkumpul ada ide untuk membuat saxwood. Kenapa memilih saksofon karena kalau membuat gitar atau biola sudah biasa. Kami menginginkan yang unik, walaupun sulit membuatnya.”
Usaha yang dikembangkannya dengan bantuan penuh keluarga ini mengandalkan bahan baku asli Indonesia. Andjar mengambil bahan baku kayu jati tua yang kadar airnya mendekati 0%.
Dia biasa mengumpulkan bahan baku dari bongkaran rumah kuno atau bahan sisa pembuatan furnitur antik yang memakai kayu jati tua. Pada awalnya produksi saxwood per bulan hanya satu.
Tingkat kesulitan yang tinggi membuat produksi saxofon kayu ini terbatas. Belakangan Andjar yang dibantu dua pekerja biasa membuat lima hingga belasan saxwood per bulan. “Untuk membuatnya saya banyak berbagi dengan teman-teman sesama pemusik. Kami membuatnya tidak sembarangan. Kami ingin berkontribusi kepada musik jazz Indonesia dan musik dunia pada umumnya.”
Saksofon identik dengan musik rock n’ roll, ska, hingga jazz. Andjar mulai memasarkan saxwood sejak Maret 2008 bertepatan dengan perhelatan ajang jazz tahunan internasional Java Jazz. Promosi pada ajang tersebut sejalan dengan tujuannya menyasar pasar domestik dan asing.
Bidikan penjualan produk lebih diperuncing ke arah pasar domestik. Hal tersebut dipicu oleh proyeksi bahwa jazz Tanah Air akan semakin berkembang pada masa depan. Dia pun memberanikan diri segera melemparkan produknya ke pasaran.
“Tes pasar di Java Jazz karena kami fokus memperbaiki kualitas produk secara bertahap, sekaligus memasyarakatkan jazz di Indonesia lewat saxwood.”
Tidak sekadar bicara, pria yang kini melanjutkan kuliah di S2 jurusan manajemen Universitas Gadjah Mada ini mewujudkan dukungan terhadap pengembangan musik dalam negeri lewat langkah konkret.
Dia membanderol harga saxwood lebih murah untuk pembeli domestik. Saxwood alto dijual seharga Rp3,5 juta, sopran Rp4,5 juta, tenor Rp5,5 juta, dan bariton Rp7 juta-Rp8 juta.
Andjar memberi harga jual lebih tinggi untuk pembeli asing. Untuk membawa pulang saxwood alto pembeli asal mancanegara harus merogoh kocek US$549, sopran US$649, tenor US$700, dan bariton US$1.200.
Sejauh ini, pesanan saxwood datang dari beberapa musikus luar negeri yang sempat mengenal karyanya a.l. melalui Java Jazz. Beberapa di antaranya pemusik yang berasal dari Italia dan Jepang.
“Pasar asing merespons cukup baik karena saksofon pada awalnya memang terbuat dari kayu, kendala bahan baku membuatnya lantas diproduksi menggunakan logam. Sekarang teknologinya sudah ada dan bahan bakunya banyak di Indonesia makanya kami mulai membuat.”
ia merasa tertantang untuk selalu mengembangkan produk ini selangkah lebih maju walaupun belum memiliki kompetitor. Memasarkan produk yang terbilang baru di Tanah Air memiliki nilai plus minus di mata Andjar.
Beruntung dia memiliki keluarga yang selalu mendukung langkahnya. Dia banyak mendapatkan masukan dan ilmu berharga seputar penjualan dari sang ayah yang kebetulan seorang marketer yang bekerja di salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.
“Mengembangkan bisnis yang terkait erat dengan keluarga ada enak dan tidaknya. Enaknya kalau ada masalah ya dicari jalan keluarnya bersama. Tidak enaknya, kreativitas kadangkala malah nggak keluar, berbeda kalau bekerja dengan orang lain.” (*/Bisnis Indonesia)
Ide Bisnis | Sukses Usaha Bisnis Daerah Ponorogo
Salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki sumber daya alam melimpah adalah Kabupaten Ponorogo. Selain dikenal hingga mancanegara karena kesenian reognya, daerah yang terletak di antara 111°17’-111°52’ Bujur Timur dan 7°49’-8°20’ Lintang Selatan ini memiliki beberapa potensi daerah yang prospek bisnisnya cukup bagus.
Berbatasan langsung dengan Kabupaten Madiun, Magetan dan Nganjuk di sebelah utara, Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek di sebelah Timur, Kabupaten Pacitan di selatannya, serta Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di sebelah baratnya, membuat Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi dua kawasan yang berbeda yaitu perbukitan di daerah utara dan dataran rendah di kawasan selatan. Kondisi inilah yang membuat daerah Ponorogo memiliki berbagai
potensi bisnis yang memberikan kebanggaan besar bagi warganya, serta menawarkan berbagai peluang usaha menjanjikan yang saat ini dijadikan sebagai mata pencaharian utama masyarakat di daerah tersebut.
Berikut ini beberapa potensi bisnis yang dapat ditemukan di Kabupaten Ponorogo.
Potensi wisata alam
Salah satu objek wisata unggulan yang ada di daerah Kabupaten Ponorogo yaitu wisata alam air terjun Pletuk yang berlokasi di Dusun Kranggan, Jurug Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo. Wisata alam yang berada pada ketinggian 400 mdpl ini menawarkan panorama air terjun alami yang mengalir dari Gunung Wilis kepada para pengunjungnya. Tidak hanya itu, di objek wisata Pletuk juga terdapat arena outbond serta agrowisata buah naga merah. Sehingga pengunjung selalu betah untuk berlama-lama tamasya di agrowisata ini.
Wisata alam lainnya yang cukup potensial adalah Telaga Ngebel. Terletak di Desa Wewengkon, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo dengan ketinggian 734 mdpl, wisata alam ini menampilkan pemandangan bukit berbaris dan panorama alami dari telaga Ngebel yang di kelilingi gunung Wilis. Keindahan pemandangan yang ditawarkannya, membuat wisatawan dari berbagai kalangan tidak pernah bosan untuk berkunjung ke objek wisata tersebut.
Potensi bisnis di bidang makanan
Selain wisata alam yang mempesona, Kabupaten Ponorogo juga memiliki dua daerah potensial yang menjadi sentra bisnis roti. Yaitu di Kecamatan Brotonegaran dan Kepatihan, serta di Kecamatan Sambit, Kabupaten Ponorogo. Di kedua kecamatan tersebut, hampir semua warganya berprofesi sebagai produsen roti. Dari mulai roti tawar, roti manis, kue bolu, donat, serta jenis kue lainnya yang dipasarkan di daerah Ponorogo dan beberapa daerah disekitarnya. Tak heran jika dua kecamatan ini sudah dikenal masyarakat luas sebagai sentranya produsen roti.
Potensi bisnis kerajinan kulit
Di bidang kerajinan, Ponorogo juga memiliki sentra kerajinan kulit yang sudah dibangun sejak tahun 1980. Bisnis kerajinan tersebut berada di desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo. Dan seperti halnya yang terjadi di daerah sentra roti, sebagian besar masyarakat di desa Nambangrejo juga menekuni bisnis kerajinan kulit untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Berbekal kulit domba dan kulit sapi, para pengrajin berhasil memproduksi beraneka macam kerajinan kulit yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Antara lain seperti ikat pinggang, aneka macam dompet, jaket, dan produk lainnya yang kini sudah menjangkau pasar di luar daerah Ponorogo.
Potensi agibisnis
Mengingat sebagian dari wilayah Ponorogo adalah kawasan pegunungan, maka tidaklah heran bila potensi agribisnis yang dimiliki daerah tersebut cukup tinggi. Bahkan potensi di bidang ini telah berhasil memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan daerah. Beberapa produk unggulan yang dihasilkan dari pertanian di Ponorogo antara lain cabai, yang berpusat di Kecamatan Slahung dan Balong, Kabupaten Ponorogo. Serta budidaya buah naga merah yang berlokasi di Desa Jurug, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo (di sekitar objek wisata air terjun Pletuk).
Potensi berbagai produk unggulan dari tanah liat
Beberapa produk unggulan yang terbuat dari tanah liat seperti genteng, bata merah, serta gerabah, menjadi salah satu potensi bisnis yang sangat menguntungkan bagi masyarakat di Desa Gombang, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo. Memanfaatkan potensi tanah liat yang diambil langsung dari alam, para pengrajin mencoba memenuhi permintaan pasar yang semakin modern dengan menawarkan kualitas yang terbaik. Jadi, meskipun semua produk dibuat secara manual, namun kualitasnya tidak kalah bersaing dengan produk cetakan mesin. Hal inilah yang membuat produk unggulan dari tanah liat berhasil menembus pasar di Jawa Tengah, Jawa Timur hingga sebagian wilayah di Jakarta.
Semoga berbagai informasi potensi bisnis daerah Ponorogo yang telah kita bahas bersama, dapat memberikan inspirasi bisnis bagi masyarakat di daerah lain untuk mulai memanfaatkan segala potensi alam yang ada di masing-masing daerah sebagai peluang usaha yang cukup menjanjikan.
Sumber : informasi-budidaya.blogspot.com/search/label