CERUK DASAR KLIF DAN RUMPUT LAUT

Ceruk dasar kaki klif merupakan produk pengikisan air laut (abrasi) pada dasar atau kaki pantai klif (cliff) yang berbentuk seperti cekungan. Sebagaimana pantai klif, ceruk ini biasanya terjadi pada pantai berbukit/berpegunungan yang lautnya bergelombang besar. Deburan air laut yang berupa swash dan backwash yang berperan dalam pembentukan ceruk dasar kaki klif ini.

Gambar yang tersaji di atas merupakan bagian dari daerah pantai/pesisir Ngliyep, Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang. Bagian perairan laut dangkal di sekitar ceruk banyak ditumbuhi ganggang/rumput laut. Ganggang/rumput laut tropis yang memang hanyak hidup di sekitar daerah tersebut. Ketika air laut mengalami pasang surut seperti yang nampak pada gambar, ganggang/rumput laut tersebut yang teronggok di sekitar ceruk. Sayang, potensi sumberdaya alam ini belum dikelola dengan baik oleh masyarakat sekitar. Memang ada sekelompok kecil dari mereka yang telah memanfaatkannya. Mereka pun hanya sekedar mengambil tersedia di alam, lingkungan mereka. Padahal menurut penuturan seseorang yang pernah berprofesi sebagai pengumpul ganggang/rumput laut, bahwa tumbuhan laut itu belum tentu setiap saat ada. Pada saat tertentu, tumbuhan tersebut tidak nampak dan pada saat yang lain, di bulan-bulan berikutnya nampak hidup subur di perairan dangkal di sekitar ceruk klif. Belum ada di antara pengumpul ganggang/rumput laut tersebut yang berusaha membudidayakan, walau di berbagai tempat lain di Indonesia usaha tersebut sudah banyak dilakukan.

Keterangan foto:
Dokumentasi Ayun Finanti.

BATUKAPUR

Batukapur sering pula disebut dengan batugamping (limestone). Batukapur merupakan batuan padat yang termasuk batuan sedimen. Batuan ini terbentuk lantaran sisa-sisa organisme laut. Karakter dari batukapur adalah: komposisinya kalsium karbonat (CaCO3); warna putih, abu-abu, kuningtua, abu-abu kebiruan, jingga, dan hitam; dan berat jenisnya 2,6–2,8.

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan batuan kapur. Umumnya berupa pegunungan kapur yang tersebar di berbagai Provinsi, yakni di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam; Penen–Medan dan Tarutung (Sumatera Utara, berupa endapan air panas); Karangputih (Sumatera Barat, berupa endapan berlapis); Karangnunggal (Jawa Barat, berupa endapan berlapis lensa), Kuripan–Bogor, Cipanas, Cirebon (Jawa Barat, berupa fresh water limestone), dan di berbagai daerah di Jawa Barat lainnya; berbagai daerah di Jawa Tengah; Bluto–Madura (berupa endapan berlapis), pulau Madura pada umumnya, dan berbagai daerah di Jawa Timur; berbagai daerah di Kalimantan Barat; dan di Tonasa (Sulawesi Selatan, berupa endapan berlapis), serta di berbagai tempat lainnya di Indonesia.

Pemanfaatan batukapur dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk batu pondasi bangunan, bata (batu kumbung), pengeras jalan, dan serbuk kapur. Di samping itu batukapur digunakan pula sebagai bahan mentah dalam industri semen Portland, semen Roma, kalk zandsteen, dan semen alam. Dalam industri keramik, batukapur dipakai sebagai bahan mentah dalam pembuatan gelas, alat-alat dari gelas, dan email. Dalam industri gula, batu kapur digunakan untuk pembuatan kalsium. Sedang dalam industri kimia, batu kapur digunakan untuk pembuatan gas CO2, CaC, CaO, dan CaCl2. Di samping itu batukapur juga digunakan untuk pemberi warna pada industri minyak, untuk bahan-bahan kedokteran, pasta, pencegah penyakit tanaman, dan pupuk. Pada industri logam, batukapur dipakai untuk merendahkan titik lebur (flux), bahan-bahan tahan api, dan bahan cetak ofset (litografi).

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2, serta materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.

Sumber:
– Direktorat Pertambangan, Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
– Dari berbagai sumber lain.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek batukapur yang ada di Malang Selatan.

BATUAPUNG

Batuapung (pumice) merupakan batuan produk dari letusan (erupsi) eksplosif gunung berapi yang termasuk material eflata aotogen. Eflata aotogen adalah material erupsi yang berasal dari magma gunung berapi itu sendiri. Eflata autogen sering pula disebut dengan piroklastika. Proses terbentuknya, magma yang keluar melalui kawah (kemudian disebut lava) terlempar ke udara ketika erupsi terjadi. Buih lava yang bercampur uap dan gas-gas terlempar ke udara tersebut kemudian mengalami pendinginan yang sangat cepat, sehingga tidak sempat mengalami kristalisasi dan berstruktur berlubang-lubang/berpori-pori (porous).

Batuapung ini berbentuk bongkahan (block), butiran, maupun pecahan (fragmen) padat halus atau kasar. Batuan beku luar ini kaya akan silika, alumina, potash, soda, dan besi oksida. Endapan batuapung bisa juga bercampur dengan diatomea, silt, atau kalkareus. Umumnya batuapung berwarna putih, abu-abu, abu-abu kebiruan, abu-abu gelap, kemerahan, kekuningan, atau jingga. Batuan ini disebut batuapung karena batu ini ketika kering dapat terapung di permukaan air. Deposit batuapung bisa mencapai ketebalan lebih dari 3.300m yang berada di sekitar gunung berapi. Persebaran batuapung di Indonesia meliputi pulau Sumatera bagian tengah; Provinsi Sumateri Selatan; pulau-pulau Krakatau Provinsi Lampung; Ciomas, gunung Kiaraberes, Cicurug, dan Nagrek Provinsi Jawa Barat; serta jalur vulkanik dari bagian timur kepulauan Indonesia.

Manfaat batuapung dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai bahan mentah dalam membuat bahan-bahan poles, logam, mortar dan beton, bata ringan, bata tahan api, sabun tangan, bahan asah, plester, berbagai filter, genteng, cat, pasta gigi, bedak, pengesat karet, pengisi aspal, dan untuk industri keramik.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2, serta materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.

Sumber:
– Direktorat Pertambangan, Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.
– Marbun, M.A. 1982. Kamus Geografi. Jakarta Timur:Ghalia Indonesia.

Keterangan foto:
Dokumentasi pribadi dengan obyek batuapung koleksi pribadi.