Rawatan Kacer ( bag 1 )

Nama latin Kacer adalah Copsychus Saularis,
nama umum dalam bahasa inggris : Magpie Robin

LOMBA
Untuk maju ke lomba, perlu dilihat sejumlah aspek yang saya rangkum dalam 5W dan 1 H (mirip konsep bikin berita hehehe), yakni who, why, what, when, where, (5W) dan how (1H). Keenam unsur itu akan saling terkait dalam hal kita mempersiapkan burung untuk lomba.
Aspek WHO, adalah melihat “siapa” burung kita dan “siapa” saja burung lawan. Dalam hal ini, kita harus benar2 tahu, siapakah sesungguhnya burung kita itu. Pertanyaannya, benarkah burung kita sudah siap tarung; bagaimana pengalaman tarungnya selama ini jika bertemu burung2 lain.
Burung siap tarung adalah burung dalam kondisi fit dengan bulu cukup tua (tidak habis mabung; tapi kira2 2 bulan setelah mabung), dan punya senjata andalan. Kalau burung Anda tidak fit, lebih baik tidak diikutkan lomba karena hanya akan buang2 uang, tenaga dan waktu. Juga, untuk burung yang tidak punya senjata andalan dalam hal irama/lagu, volume/suara dan gaya, sebaiknya tidak perlu diikutkan dalam lomba. Namun hal utama adalah irama/lagu.


Kondisi burung fit pun, harus benar2 disiapkan jauh hari sebelumnya. Terutama sekali, tidak dipertemukan dengan burung lain (mendengar kicau tantangan dari burung lain), minimal 7 hari sebelumnya, agar dia punya cadangan stamina dan power yang banyak di arena lomba nantinya. Selama 7 hari itupun perlu penanganan khusus, misalnya dalam hal penjemuran. Penjemuran tidak perlu lama2, tetapi yg penting dia diletakkan di ruang yang relatif panas (misalnya digantung 0,5 m di bawah atap seng, selama pukul 9-11). Hal itu diperlukan untuk memperkuat/memperpanjang nafas. Banyak orang menjemur dari pagi sampai sore burung yg disiapkan untuk lomba, tetapi hal ini bisa merusak bulu (kusam/pecah2 dll).

Penjemuran/pemanasan seperti itu dihentikan 2 hari sebelum lomba dan burung tetap dirawat seperti biasanya, hanya saja sehabis mandi, dijemur pagi hari, lantas diangin2kan dan langsung dikerodong. Tujuannya agar burung tidak terlalu cerewet yang menyebabkan dia terlalu banyak buang tenaga.
Banyak di antara kita yang sering memberi makanan tambahan bagi burung yang akan kita lombakan. Baik dari sisi jenis makanan, maupun jumlahnya. Kalau biasanya dikroto 1 sendok, maka memasuki masa lomba diberi 2 sendok dsb, atau biasanya tidak diberi kelabang maka 1-2 hari sebelum lomba diberi kelabang. Tetapi menurut saya, cara ini sebaiknya tidak dilakukan karena dengan perubahan makanan, baik jumlah maupun jenis, sering membuat burung berubah dalam penampilan. Adanya penambahan/perubahan menu, biasanya menjadikan burung sangat2 agresif dan dia hanya terlalu banyak gerak di arena lomba tetapi pelit untuk mengeluarkan suara.

Aspek WHO berikutnya adalah tentang lawan2 kita. Siapakah lawan2 burung kita. Kalau Anda melihat calon2 lawan burung kita adalah burung yang sudah punya nama (karena memang bagus), maka Anda harus bertanya tentang aspek “WHY” dalam lomba. Ya, tanyakanlah pada diri Anda, “Mengapa saya ikut lomba?”
Kalau tujuan Anda lomba adalah untuk merebut juara, maka urungkan niat Anda jika Anda tidak yakin burung Anda punya andalan yang bisa mengungguli lawan. Tapi kalau niat Anda ingin mengetes kemampuan burung Anda, teruskan saja niat Anda… nothing to lose.

Untuk menggali lebih jauh tentang hal “who”, baik untuk burung kita sendiri atau lawan2 kita, kita akan melihat aspek WHAT. Yakni event lomba apakah yang kita ikuti ini. Kalau eventnya adalah lomba tingkat nasional, maka kita harus yakin benar bahwa burung kita pernah berprestasi di tingkat lokal ataupun regional, atau bisa juga, kita baru saja menemukan burung dengan bakat besar dan kualitas bagus meski belum pernah ikut lomba. Jika memang demikian, jalan terus saja.

Terkait dengan masalah WHAT ini kita akan melihat pula apakah ini event yang harus kita hadapi secara “biasa” atau secara “luar biasa”. “Biasa” dan “luar biasa” terkait dengan pengetahuan kita atas penyelenggara lomba dan personel juri. Penyelenggara lomba yang punya kredibilitas tinggi, tidak akan sembarangan menunjuk juri. Juri2 di lomba besar dengan insentif besar, biasanya malah tidak silau oleh gebyar sangkar atau penampilan para pemilik burung. Dalam menilai, dia benar2 berdasar pada kinerja burung dan bukan pada kondisi sangkar. Tapi ini bukan berarti bahwa juri dalam lomba yang biasa2 saja adalah juri yang tidak bisa dipercaya. Tidak, sama sekali tidak. Hanya saja, dengan pengetahuan kita tentang “event apakah ini”, maka membuat kita siap mental bila terjadi “apa2” dalam hal penjurian.





Setelah who, why dan what, kita masuk ke masalah WHERE, yakni di manakah digelar lomba. Unsur “di mana” ini harus kita ketahui benar, misalnya dari sisi jarak tempuh dan kondisi riil arena lomba. Kalau jarak tempuh lebih dari 2 jam perjalanan darat, sebaiknya Anda datang sehari sebelumnya di kota tempat lomba. Hal ini untuk memberi istirahat yang cukup bagi burung sebelum tampil di arena.

Terkait aspek WHERE ini adalah kondisi lapangan yang Anda juga harus tahu sebelumnya. Pastikan Anda tahu apakah arena tersebut terbuka dari sinar matahari atau tertutup rimbunnya pepohonan atau ditutup dengan tenda. Pastikan burung Anda tidak akan terpengaruh dengan kondisi lapangan seperti itu. Atau kalau burung Anda tidak terbiasa dengan arena yang direncanakan untuk lomba, maka dengan mengetahui kondisi lapangan jauh hari sebelumnya, Anda bisa mengkondisikan burung Anda.
Aspek berikut adalah WHEN. Masalah “kapan” lomba digelar, Anda juga harus paham, terutama berkaitan dengan musim/cuaca. Jika cuaca berangin, maka pastikan bahwa sangkar burung Anda cukup berat sehingga tidak akan terayun-ayun di gantangan. Jika sangkar Anda terbuat dari bahan yang ringan, maka tidak ada salahnya pada dasar sangkar (dibawah jeruji dasar) Anda menambahkan batu/besi sehingga sangkar tidak akan terayun-ayun oleh angin.

Jika cuaca berangin, pastikan pula plastik yang biasanya kita pasang pada dasar sangkar sebagai pencegah sangkar kena kotoran burung, dilepas. Jika tidak dilepas, seringkali plastik ini tersingkap yang menyebabkan burung kita ketakutan dan tidak kerja di arena lomba.
Juga jika cuaca berangin, buatlah sangkar Anda sedemikian rupa sehingga tidak mungkin ada daun/kotoran dari pohon, menerobos masuk ke sangkar. Daun/kotoran yang masuk ke sangkar, biasanya menyebabkan burung macet bunyi dan malah memain2kan daun/kotoran itu.
Setelah persoalan2 5W saya kemukakan, maka perlu kiranya saya sampaikan sejumlah “HOW” mulai dari pakan sampai sikap kita dalam lomba:
1. Jangan pernah tinggalkan makanan, kecuali air minum, ketika burung mulai digantangkan di arena.
2. Jangan pernah teriak2 dalam lomba karena teriak2 tidak berpengaruh apa2 kecuali malah memberi “perlindungan” bagi juri yang akan berbuat tidak jujur dalam lomba. Adanya suara gaduh, membuat suara burung tidak terdengar jelas dari luar arena. Hal ini bisa membuat juri memberikan penilaian apa saja, dengan berpikir, “Toh kalian semua (pemilik burung) tidak mendengar apapun di arena lomba kecuali jerit teriakan.”
3. Jangan pernah tinggalkan burung di kawasan lomba tanpa pengawasan.
4. Jangan gantung/letakkan sangkar di sembarang tempat. Waspadai keberadaan serangga/semut pengganggu burung.
Demikian kawan sejumlah hal yang bisa saya sampaikan untuk Anda semua. Barangkali masih banyak hal yang belum saya sampaikan di sini mengingat keterbatasan ingatan saya.
Mohon dikoreksi kalau ada kesalahan, mohon ditambah jika ada kekurangan.

seperti ditulis di artikel : kicaumania.org

Seputar burung Gelatik

Gelatik jawa atau Padda oryzivora adalah sejenis burung pengicau berukuran kecil, dengan panjang lebih kurang 15cm, dari suku Estrildidae. Burung gelatik jawa memiliki kepala hitam, pipi putih dan paruh merah yang berukuran besar. Burung dewasa mempunyai bulu berwarna abu-abu, perut berwarna coklat kemerahan, kaki merah muda dan lingkaran merah di sekitar matanya. Burung jantan dan betina serupa. Burung muda berwarna coklat.

Burung ini endemik dari Indonesia dan di alam ditemukan di hutan padang rumput, sawah dan lahan budidaya di Pulau Jawa dan Pulau Bali. Sekarang, spesies ini dikenali di banyak negara di seluruh dunia sebagai burung hias.


Perilakunya senang berkelompok dan cepat berpindah-pindah. Pakan utama burung ini adalah bulir padi atau beras, juga biji-bijian lain, buah, dan serangga. Burung betina menetaskan antara empat sampai enam telur berwarna putih, yang dierami oleh kedua tetuanya.
Spesies ini merupakan salah satu burung yang paling diminati oleh para pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta terbatasnya ruang hidup burung ini menyebabkan populasi gelatik Jawa menyusut pesat dan terancam punah di habitat aslinya dalam waktu singkat. Sekarang telah sulit untuk menemukan gelatik di persawahan atau ladang.

Seputar burung Ciblek

Terdapat dua jenis burung ciblek yang kita kenal di Indonesia yaitu; Prinia familiaris familiaris dan Prinia familiaris olivaces.
Untuk jenis Prinia familiaris familiaris warna bulu lebih gelap, garis putih di sayap lebih lebar, badan lebih lebar, dan dada tampak bidang, jantannya bersuara keras, tajam dan tebal membentuk vokal ciikrak…ciikrak.. yang dikombinasi suara cicitan, penyebarannya di daerah Jawa Timur, Bali dan Jawa Barat.
 

Sementara pada jenis Prinia familiaris olivaces warna bulu tampak lebih terang atau lebih muda, garis putih di sayap lebih pendek dan agak kecil, tubuh tampak ramping, serta dada tidak terlalu bidang, bulu dada jantannya hitam yang tampak tipis atau samar, kicauannya lebih menonjolkan jeritan panjang satu nada dan tidak membentuk vokal seperti ciikrak..ciikrak..cet..cet.. oleh karena vokal suaranya tidak terbentuk maka suara kicauannya terdengar tipis dan kurang keras. Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera.





 

Habitat:

Daerah sawah, kebun, ladang, pinggiran hutan dan di sekitar rumah penduduk, dari dataran rendah hingga pada ketinggian 1000 m dpl sangat mungkin dijumpai burung ciblek. Musim berkembangbiaknya tidak pasti, akan tetapi pada umumnya mereka berkembangbiak pada saat menjelang musim hujan dengan jumlah telur  yang dihasilkan antara 2 sampai dengan 3 butir. Makanan alami yang paling disukai ciblek adalah serangga, seperti ulat daun, rayap, telur kupu-kupu, telur semut dan jenis serangga lainnya.


Membedakan Ciblek Jantan dengan Ciblek Betina

 
Ciri-ciri ciblek jantan antara lain: badan lebih besar dan ekornya lebih panjang dari yang betina, bulu dada atas dan samping kanan kiri berwarna hitam, bulu dada ke bagian perut kuning keputih-putihan, atap kepala hingga ke sayap abu-abu gelap, untuk ciblek dewasa paruh bawah berwarna hitam,bunyi suara ciikrak…ciikrak..!! Sedangkan untuk ciri-ciri ciblek betina adalah: badan lebih kecil serta ekor lebih pendek dari yang jantan, bulu dada kuning keputihan, bulu atap kepala hingga ke sayap abu-abu pucat, untuk burung dewasa paruh bawah berwarna putih, mempunyai alis berwarna putih di atas mata, serta bunyi suara cineniin…cineniin…


Daya Tarik burung Ciblek

 
Daya tarik burung ciblek umumnya pada suara kicauannya, meskipun senada kicauannya menarik dinikmati ketika berulang-ulang dan terus-menerus terlebih lagi apabila kicauannya pada tempo yang tinggi dalam waktu lama.


Ciri-ciri ciblek yang baik

 
Umumnya ciblek dikatakan baik apabila telah rajin  berkicau, namun hal ini belum menjadi ukuran kalau ingin membawanya ke arena lomba, suara kicauannya dikatakan baik kalau volumenya besar, keras, tajam, cepat dan tebal, hal ini sangat tidak mungkin dperoleh pada ciblek bakalan atau baru ditangkap. Biasanya suara burung berkicau yang baik dapat ditandai dengan meliha paruhnya, paruh yang agak panjang dan tidak begitu tebal menandakan burng memiliki suara yang baik dan rajin berkicau, sementara paruh yang pendek dan tipis biasanya kicauannya jarang dan ngambang.


Perawatan ciblek dari bakalan muda hutan yang belum makan voer


Menjinakkan bakalan ciblek muda hutan dari hasil tangkapan atau membeli di pasar burung yang belum makan voer sangat mudah, beberapa langkah perawatannya adalah sebagai berikut:


  1. Untuk mengkondisikan ciblek tersebut pada sangkar barunya sebaiknya ciblek di masukkan sangkar yang ketiga sisinya (samping kiri kanan dan belakang) ditutup dengan koran ataupun kain, kemudian ditaruh di tempat yang sepi, selama kurang lebih 3 (tiga) hari ciblek dikasih kroto segar setiap pagi dan sore.minuman bisa dicampur dengan multivitamin/antistress untuk burung.
  2. Hari selanjutnya adalah meracik campuran kroto dengan voer lembut ditambah air sedikit. 2-3 hari pertama komposisi kroto dengan voer adalah 75%:25%; 2-3 hari kemudian 50%:50%; 2-3 hari kemudian 25%:75%. Pemberian campuran kroto dengan voer ini diberikan pada pagi dan sore hari, bisa ditambah dengan 2 (dua) ekor jangkrik kecil. Kira-kira 6 – 9 hari ciblek sudah mau makan voer, dengan melihat kotorannya yang sudah berwarna seperti warna voer. Campuran kroto bisa diganti dengan ulat hongkong.
  3. Setelah warna kotorannya sudah menyerupai warna voer langkah selanjutnya adalah memberikan voer kering 100% selama 1 minggu yang diselingi dengan pemberian extra fooding berupa kroto segar/ jangkrik/ ulat hongkong dengan jumlah terbatas setiap pagi dan sore, sekaligus membuka ketiga sisi sangkar yang tertutup. Hal ini dilakukan untuk membiasakan secara perlahan-lahan terhadap dunia barunya. Pada tahap ini ciblek sudah dapat makan voer secara total, namun karena burung ciblek adalah burung pemakan serangga alangkah baiknya jika ciblek diberikan selingan jangkrik/ kroto/ ulat hongkong walaupun 1 (satu) hari sekali dengan jumlah 2-3 ekor jangkrik kecil atau 3-4 ekor ulat hongkong atau ½ sendok teh kroto.
  4. Untuk menjinakkan ciblek, trik selanjutnya adalah menaruh burung ciblek pada keramaian dengan menggantungkannya pada posisi yang agak tinggi kemudian setiap pekan berangsur-angsur semakin rendah, sambil dilatih pemberian extra fooding dengan tangan.
  5. Setelah 3 – 4 bulan burung ciblek anda akan berkicau dengan riang.

Pemberian kroto setiap hari akan merangsang burung ciblek cepat berkicau.

Perawatan burung ciblek supaya rajin berkicau
 
Untuk menjadikan burung ciblek anda rajin berkicau berikut tips perawatannya:
1. Pagi jam 05.00 WIB buka krodong, kemudian digantang di luar rumah, para kicaumania sering menyebut diembun-embunkan, namun sebenarnya untuk semua jenis burung senang akan suasana pagi hari menjelang matahari terbit.
2. Jam 07.00 WIB ciblek diberikan extra fooding berupa jangkrik kecil 2-3 ekor, kroto ¼ – ½ sendok teh, ulat hongkong 2 – 4 ekor (pemberian extra fooding bisa disesuaikan dengan settingan), kemudian disemprot dengan setelan semprotan lembut.
3. Penjemuran bisa dilakukan pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB.
4. Setelah itu di gantang ditempat yang teduh.
5. Sore hari jam 16.00 WIB pemberian extrafooding dengan jumlah yang sama dengan pemberian extra fooding pagi harinya.
6. Sore jam 17.00 WIB burung dikrodong.