Mengenal Jenis Kopi Robusta

gambar-kopi-robusta.jpg

Beberapa sifat penting kopi robusta :

  • Resisten terhadap penyakit HV
  • Tumbuh pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi masih toleran pada ketinggian kurang dari 400 m dpl, dengan temperatur 21-24� C
  • Daerah yang bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut, dengan 3-4 kali hujan kiriman
  • Produksi lebih tinggi daripada kopi arabika dan liberika (rata-rata � 9 – 13 ku kopi beras/ha/th). Dan bila dikelola secara intensif bisa berproduksi 20 ku/ha/th.
  • Kualitas buah lebih rendah daripada kopi arabika, tetapi lebih tinggi daripada kopi liberica.
  • Rendemen � 22 %

Beberapa varietas yang termasuk kopi robusta antara lain Quillou, Uganda, dan Chanephora dengan sifat-sifat seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Beberapa Jenis Kopi Robusta dan Sifat-sifatnya

Varietas

Sifat

Quillou

Uganda

Canephora

  • Pohon tegap, cabang primer panjang dengan arah pertumbuhan mendatar dan ujung agak melengkung ke bawah
  • Daun agak sempit dan panjang dengan permukaan berombak
  • Buah matang berwarna merah jernih dan bergaris
  • Produksi tinggi pada tahun-tahun pertama, tetapi setelah itu menurun cepat
  • Contoh klon yang baik : Quill 121
  • Cabang primer lemah, dengan bagian ujung agak melengkung ke atas seperti membentuk huruf S, bisa tahan lama
  • Daun kecil an sempit, helaiannya agak menutup, permukaan berombak
  • Buah mudah rontok dan mudah terserang hama bubuk
  • Sesuai untuk dataran tinggi (> 500 m dpl)
  • Contoh klon yang baik : Ugn 1, Ugn 2, Ugn 3-02, Ugn 2-08
  • Pohon banyak mengeluarkan cabang reproduksi
  • Daun sempit dengan permukaan berombak. Daun muda berwarna coklat-kemerahan
  • Buah muda berwarna coklat-kemerahan
  • Mudah terserang HV
  • Bersifat self steril, sehingga harus dicampur dengan klon lain
  • Contoh klon yang baik : BP 39, BP 42, SA 13, SA 34, SA 56, BGN 30

ARTIKEL PENGOLAHAN KOPI


PENGOLAHAN KOPI

Biji kopi yang sudah siap diperdagangkan adalah berupa biji kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk dan kulit arinya, butiran biji kopi yang emikian ini disebut kopi beras (coffca beans) atau market koffie. Kopi beras berasal dari buah kopi basah yang telah mengalami beberapa tingkat proses pengolahan. Secara garis besar dan berdasarkan cara kerjanya, maka terdapat dua cara pengolahan buah kopi basah men.iadi kopi beras, yaitu yang disebut pengolahan buah kopi cara basah dan cara kering. Pengolahan buah kopi sccara basah biasa disebut W.I..B. (West lndische Bereiding), sedangkan pengolahan cara kering biasa disebut O.I.B (Ost Indische Bereiding). Perbedaan pokok dari kedua cara tersebut diatas adalah pada cara kering pengupasan daging buah, kulit tanduk dan kulit ari dilakukan setelah kering (kopi gelondong), sedangkan cara basah pengupasan daging buah dilakukan sewaktu masih basah.

Metode Pengolahan Kering

Metode ini sangat sederhana dan sering digunakan untuk kopi robusta dan juga 90 % kopi arabika di Brazil, buah kopi yang telah dipanen segera dikeringkan terutama buah yang telah matang. Pegeringan buah kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Pengeringan Alami

Pengeringan alami yaitu pengeringan dengan menggunakan sinar matahari, caranya sangat sederhana tidak memerlukan peralatan dan biaya yang besar tetapi memerlukan tempat pengeringan yang luas dan waktu pengeringan yang lama karena buah kopi mengandung gula dan pektin. Pengeringan biasanya dilakukan di daerah yang bersih, kering dan permukaan lantai yang rata, dapat berupa lantai plester semen atau tanah telanjang yang telah diratakan dan dibersihkan. Ketebalan pengeringan 30-40 mm, terutama pada awal kegiatan pengeringan untuk menghindari terjadinya proses fermentasi, Panas yang timbul pada proses ini akan mengakibatkan perubahan warna dan buah menjadi masak.

Pada awal pengeringan buah kopi yang masih basah harus sering dibalik dengan Blat penggaruk. Jenis mikroorganisme yang dapat berkembang biak pada kulit buah (exocarp) terutama jamur (fusarium sp, colletotrichum coffeanum) pada permukaan buah kopi yang terlalu kering (Aspergilus niger, penicillium sp, Rhizopus, sp) beberapa jenis ragi dan bakteri juga dapat berkembang. Lamanya proses pengeringan tergantung pada cuaca, ukuran buah kopi, tingkat kematangan dan kadar air dala,m buah kopi, biasanya proses pengeringan memakan waktu sekitar 3 sampai 4 minggu. Setelah proses pengeringan Kadar air akan menjadi sekitar 12 %.

b. Pengeringan Buatan (Artificial Drying)

Keuntungan pengeringan buatan,dapat menghemat biaya dan juga tenaga kerja hal yang perlu diperhatikanadalah pengaturan suhunya. Menurut Roelofsen, pengeringan sebaiknya padasuhu rendah yaitu 55°C akan menghasilkan buah kopi yang bewarna merah dantidak terlalu keras. Untuk buah kopi kering dengan KA rendah dikeringkan dengansuhu tidak terlalu tinggi sehingga tidak akan terjadi perubahan rasa. Peralatan pengeringan yang biasa digunakan : mesin pengering statik dengan alat penggaruk mekanik, mesin pengering dari drum yang berputar, mesin pengering vertikal.

Metode Pengolahan Basah

Proses Metode Pengolahan basah meliputi ; penerimaan, pulping, Klasifikasi,
fermentasi, pencucian, pengeringan, Pengawetan dan penyimpanan

a. Penerimaan
Hasil panen harus secepat mungkin dipindahkan ke tempat pemerosesan untuk menghindari pemanasan langsung yang dapat menyebabkan kerusakan (seperti : perubahan warna buah, buah kopi menjadi busuk).
Hasil panen dimasukkan kedalam tangki penerima yang dilengkapi dengan air untuk memindahkan buah kopi yang mengambang (buah kopi kering di pohon dan terkena penyakit (Antestatia, stephanoderes) dan biasanya diproses dengan pengolahan kering. Sedangkan buah kopi yang tidak mengambang (non floating) dipindahkan menuju bagian peniecah (pulper).

b. Pulping
Pulping bertujuan untuk memisahkan kopi dari kulit terluar dan mesocarp (bagian daging), hasilnya pulp. Prinsip kerjanya adalah melepaskan exocarp dan mesocarp buah kopi dimana prosesnya dilakukan dilakukan didalam air mengalir. Proses ini menghasilkan kopi hijau kering dengan jenis yang berbeda-beda. Macammacam alat pulper yang sering digunakan : Disc Pulper (cakram pemecah), Drum pulper, Raung Pulper, Roller pulper dan Vis pulper. Untuk di Indonesia yang sering digunakan adalah Vis Pulper dan Raung Pulper. Perbedaan pokok kedua alat ini adalah kalai Vis pulper hanya berfungsi sebagai pengupas kulit saja, sehingga hasilnya harus difermentasi dan dicuci lagi. Sedangkan raung pulper berfungsi sebagai pencuci sehingga kopi yang keluar dari mesin ini tidak perlu difermentasi dan dicuci lagi tetapi masuk ke tahap pengeringan.

c. Fermentasi
Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir (mucilage) yang masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah terlepas (terpisah) sehingga mempermudah proses pengeringan. Hidrolisis pektin disebabkan, oleh pektihase yang terdapat didalam buah atau reaksinya bias dipercepat dengan bantuan jasad renik. Proses fermentasi ini dapat terjadi, dengan bantuan jasad renik (Saccharomyces) yang disebut dengan proses peragian dan pemeraman. Biji kopi yang keluar dari mesin pulper dialirkan lewat saluran sebelum masuk bak fementasi.

Selama dalam pengaliran lewat saluran ini dapat dinamakan proses pencucian pendahuluan. Di dalam pencucian pendahuluan ini biji kopi yang berat (bernas) dapat dipisahkan dari sisa-sisa daging buah yang terbawa, lapisan lendir, biji-biji yang hampa karena bagian ini terapung di atas aliran air sehingga mudah dipisahkan.

Pengolahan kopi secara basah ini terbagi 3 cara proses fermentasinya :

1.Pengolahan cara basah tanpa fermentasi Biji kopi yang setelah melalui pencucian pendahuluan dapat langsung dikeringkan.

2.Pengolahan cara basah dengan fermentasi kering Biji kopi setelah pencucian pendahuluan lalu digundukan dalam bentuk gunungan kecil (kerucut) yang ditutup karung goni. Didalam gundukan itu segera terjadi proses fermentasi alami. Agar supaya proses fermentasi berlangsung secara merata, maka perlu dilakukan pengadukan dan pengundukan kembali sampai proses fermentasi dianggap selesai yaitu bila lapisan lendir mudah terlepas.

3.Pengolahan cara basah dengan fermentasi basah Setelah biji tersebut melewati proses pencucian pendahuluan segera ditimbun dan direndam dalam bak fermentasi. Bak fermentasi ini terbuat dari bak plester semen dengan alas miring. Ditengah-tengah dasar dibuat saluran dan ditutup dengan plat yang beriubang-lubang. Proses fermentasi di dalam bak-bak fermentasi terrsebut dilakukan bertingkat tingkat serta diselingi oleh pergantian air rendaman. Pada tingkat petama perendaman dilakukan selama 10 jam, Selama proses fermentasi ini dengan bantuan kegiatan jasad renik, terjadi pemecahan komponen lapisan lendir tersebut, maka akan terlepas dari permukaan kulit tanduk biji kopi.

Proses fermentasi akan berlangsung selama lebih kurang dari 1,5 sampai 4,5 hari tergantung pada keadaan iklim dan daerahnya. Proses fermentasi yang terlalu lama akan menghasilkan kopi beras yang berbau apek disebabkan oleh terjadinya pemecahan komponen isi putih lembaga.

Perubahan yang Terjadi selama Proses Fermentasi

1. Pemecahan Komponen mucilage
Bagian yang tepenting dari lapisan berlendir (getah) ini adalah komponen protopektin yaitu suatu “insoluble complex” tempat terjadinya meta cellular lactice dari daging buah. Material inilah yang terpecah dalam proses fementasi. Ada yang berpendapat bahwa tejadinya pemecahan getah itu adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang terdapat dalam buah kopi. Enzim ini termasuk sejenis katalase yang akan memecah protopektin didalam buah kopi.

Kondisi fermentasi dengan pH 5.5-6.0, pemecahan getah akan berjalan cukup cepat. Apabila pH diturunkan menjadi ,4.0 maka kecepatan pemecahan akan menjadi 3 kali lebih cepat dan apabila pH 3.65 pemecahan akan menjadi dua kali lebih cepat. Dengan penambahan larutan penyangga fosfat sitrat maka kondisi pH akan dapat stabilbagi aktivitas protopektinase.

Dalam proses ferrmentasi dapat ditambahkan 0.025 persen enzim pektinase yang dihasilkan dari isolasi sejenis kacang. Dengan penambahan 0..025 persen enzim pektinase maka fementasi dapat berlangsung selama 5 sampai 10 jam dengan menaikkan suhu sedikit. Sedangkan bagi proses fermentasi yang alami diperlukanwaktu sekitar 36 jam. Pada waktu buah kopi tersebut mengalami pulping sebagian besar enzym tersebut terpisahkan dari kulit dan daging buah, akan tetapi sebagian kecil masih tertinggal dalam .bagian sari buah kopi.

2. Pemecahan Gula
Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal dengan adanya rasa manis.

Gula adalah senyawaan yang larut dalam air, oleh karena itu dengan adanya
proses pencucian lebih dari 15 menit akan banyak menyebabkan terjadinya
banyak kehilangan konsentrasinya. Proses difusi gula dari biji melalui parchment ke daging buah yang berjalan sangat lambat. Proses ini terjadi sewaktu perendaman dalam bak pengumpul dan pemisahan buah. Oleh karena itu kadar gula dalam daging biji akan mempengaruhi konsentrasi gula di dalam getah beberapa jam setelah fermentasi.

Sebagai hasil proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetatn dengan kadar asam laktat yang lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari proses fert)entasi ini adalah etanol, asam butirat dan propionat. Asam lain akan memberikan onion flavor.

3. Perubahan Warna Kulit
Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan bewarna coklat. Juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang tadinya bewarna abu-abu ata.u abu-abu kebiruan. Proses “browning” ini terjadi akibat oksidasi polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini dapat dicegah dalam proses fermentasi melalui pemakaian air pencucian yang bersifat alkalis.

d. Pencucian
Pencucian secara manual dilakukan pada biji kopi dari bak fementasi dialirkan dengan air melalui saluran dalam bak pencucian yang segera diaduk dengan tangan atau di injak-injak dengan kaki. Selama proses ini, air di dalam bak dibiarkan terus mengalir keluar dengan membawa bagian-bagian yang terapung beupa sisa-sisa lapisan lendir yang terlepas.

Pencucian biji dengan mesin pencucidilakukan dengan memasukkan biji kopi
tersebut kedalam suatu mesin pengaduk yang berputar pada sumbu horizontal dan mendorong biji kopi dengan air mengalir. Pengaduk mekanik ini akan memisahkan lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan lapisan lendir yang masih melekat pada biji dan lapisan lendir yang telah terpisah ini akan terbuang lewat aliran air yang seterusnya dibuang.

e. Pengeringan
Pengeringan pendahuluan kopi parchment basah, kadar air berkurang dari 60 menjadi 53%. Sebagai alternatif kopi dapat dikeringkan dengan sinar matahari 2 atau 3 hari dan sering diaduk, Kadar air dapat mencapai 45 %. Pengeringan kopi Parchment dilanjutkan, dilakukan pada sinar matahari hingga kadar air mencapai 11 % yang pada akhirnya dapat menjaga stabilitas penyimpanan. Pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan baki dengan penutupnya yang dapat digunakan sepanjang hari. Rata-rata pengeringan antara 10-15 hari. Pengeringan buatan (suhu tidak lebih dari 55°C) juga banyak digunakansejak pengeringan kopi alami menjadi lebih sulit dilakukan pada perkebunan yang lebih luas.

f. Curing
Proses selanjutnya baik kopi yang diproses secara kering maupun basah ialah curing yang bertujuan untuk menjaga penampilan sehingga baik untuk diekspor maupun diolah kembali. Tahapan proses curing ini meliputi :

– Pengeringan ulang
Kopi dari hasil pengolahan basah maupun kering harus dipastikan Kadar Airnya 11 %. Apabila tidak tercapai harus segera dilakukan pengeringan ulang, hal ini sangat penting dalam proses penyimpanan.

– Pembersihan (cleaning)
Buah kopi parchment kering yang dikeringkan secara alami banyak mengandung kotoran seperti kerikil, potongan besi, dan benda asing lainnya. Kotoran tersebut harus dihilangkan. Pembersihan dapat dilakukan dengan mengeluarkan kotoran dengan saringan untuk memindahkan kotoran yang berukuran besar, pemisah magnetik untuk memindahkan potongan baja, pemindahan debu dengan bantuanhembusan angin.

– Hulling.
Didalam mesin huller, maka biji kopi itu dihimpit dan diremas, dengan demikian kulit tanduk dan kulit arinya akan terlepas. Pecahan kulit tanduk dan kulit ari setelah keluar dari mesin huller tertiup dan terpisah dari biji kopi beras yang akan berjatuhan kebawah dan masuk ke dalam wadah.

g. Penyimpanan
Buah kopi dapat disimpan dalam bentuk buah kopi kering atau buah kopi parchment kering yang membutuhkan kondisi penyimpanan yang sama. Biji kopi KA air 11 % dan RH udara tidak lebih dari 74 %. Pada kondisi tersebut pertumbuhan jamur (Aspergilus niger, A. oucharaceous dan Rhizopus sp) akan minimal. Di Indonesia kopi yang sudah di klasifikasi mutunya disimpan didalam karung goni dan dijahit zigzag mulutnya dengan tali goni selanjutnya disimpan didalam gudang penyimpanan.

Syarat gudang penyimpanan kopi :
1. gudang mempunyai ventilasi yang cukup.
2. Suhu gudang optimum 20°C-25°C.
3. Gudang harus bersih, bebas dari hama penyakit serta bau asing.
4. Karung ditumpuk di lantai yang diben alas kayu setinggi 10 cm.

h. Standar Mutu Kopi

1. Pegolahan kering
– Kadar Air maksimum 13 % (bobot/bobot)
– Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-benda asing lainnya maksimum 0-5 % (bobot/bobot).
– Bebas dari serangga hidup.
– Bebas dari biji yang berrbau busuk, berbau kapang dan bulukan.
– Biji tidak lolos ayakan ukuran 3 mm x 3mm (8 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot).
– Untuk bisa disebut biji ukuran beger, harus memenuhi persyaratan tidak lolos ukuran (3,6 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot).

2. Pengolahan Basah
– Kadar air maksimum 12% (bobot/bobot)
– Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah, dan berupa kotoran lainnya frlaksimum 0.5 % (bobot/bobot).
– Bebas dari serangga hidup
– Bebas dari biji yang berbau busuk, berbau kapang dan bulukan.
– Untuk robusta, dibedakan ukuran besar (L), sedang (M) dan kecil (S).
– Untuk jenis bukan robusta ukuran biji tidak dipersyaratkan.
(Ridwansyah/THP FP USU)

Cara bercocok tanam kopi

Dalam memilih penanaman bibit kopi ada tiga kriteria yang perlu diperhatikan antara lain;
Produktivitas
Kualitas (aroma dan rasa amat berpengaruh terutama pada jenis Arabika)
Ketahanan terhadap gangguan hama/penyakit

Mengenai budidaya kopi Arabika dan Robusta dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
*Kopi Arabika
Untuk keperluan budidaya kopi Arabika biasanya dilakukan dengan cara membuat bibit generatif (bibit semai), dan kopi Arabika tidak memerlukan cara vegetatif, kecuali untuk kebutuhan penelitian.
*Kopi Robusta
Sedangkan kopi robusta budidayanya biasa dilakukan secara dengan cara mengembangkan bibit vegetatif yaitu bibit cangkokan, sambungan, okulasi dan stek. Bibit yang diperoleh dari pihak lain, sebaiknya tidak langsung ditanam agar bibit tersebut dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
*Kopi Luwak
nyari luwak nya dulu

-Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada umumnya harus mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Ketiga jenis tersebut di pasaran dijual sebagai pupuk Urea atau Za (Sumber N), Triple Super Phospat (TSP) dan KCl. Selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk majemuk. Pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket di dalamnya, selain mengandung unsur NPK, juga unsur-unsur mikro. Selain pupuk an organik tersebut, tanaman kopi sebaiknya juga dipupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang atau kompos.

Pemberian pupuk buatan dilakukan 2 kali per tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan, dengan meletakkan pupuk tersebut di dalam tanah (sekitar 10 – 20 cm dari permukaan tanah) dan disebarkan di sekeliling tanaman. Adapun pemberian pupuk kandang hanya dilakukan Tahun 0 (penanaman pertama)

BUDIDAYA ASPARAGUS

Asparagus merupakan salah satu jenis sayuran yang dikonsumsi bagian batang muda atau tunasnya. Asparagus yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia terdiri dari dua jenis, yaitu Asparagus putih dan Asparagus hijau. Asparagus putih dibudidayakan di dataran tinggi dan tidak banyak dijumpai di Indonesia.

Sayuran ini termasuk jenis sayuran mahal yang biasanya hanya tersedia di restoran dan hotel. Oleh karena itu, sayuran ini kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Namun demikian, prospek pengembangan Asparagus ini cukup baik karena sayuran ini banyak diminati oleh masyarakat luar negeri sehingga ekspor komoditas asparagus dapat meningkatkan devisa negara serta memberikan keuntungan bagi petani.

Langkah budidaya tersebuat antara lain : persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, dan panen.

Persiapan Bibit

Pembibitan Asparagus dapat dilakukan secara vegetatif dengan kultur jaringan, anakan yang berasal dari tunas maupun setek, serta secara generatif dari biji. Dari ke tiga asal bibit tersebut, bibit yang berasal dari biji lebih baik. Awalnya, bibit didatangkan dari Taiwan, tetapi mulai tahun 2007 ini petani mulai mengembangkan usaha pembibitan asparagus secara mandiri. Harga bibit Asparagus hijau mencapai 2,5 juta rupiah untuk setiap 2 pound atau 800 gram-nya. Dalam luasan 1 ha lahan memerlukan 600 gr bibit asparagus.

Asparagus merupakan tanaman yang ditanam secara tidak langsung (Indirect seedling) melalui persemaian. Dalam pembibitan dengan biji terdapat 6 tahap, yaitu :

1. Persemaian

Dalam persemaian, perlu diperhatikan pemilihan lahan persemaian yaitu lahan yang berdrainase baik, bukan bekas lahan tanaman asparagus, tanahnya gembur, subur dan berpasir. Bedengan tempat persemaian dilakukan pengolahan tanah, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G untuk menghindari hama. Bedengan dibuat dengan lebar 120 cm, tinggi 20 – 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm.

2. Perendaman benih

Benih yang akan disemaikan sebelumnya direndam dalam air dingin pada suhu 27ºC selama 24-48 jam. Selama perendaman, air diganti 2 – 3 kali. Biji ynag mengambang pada saat perendaman dibuang.

3. Semai benih

Benih disemai pada tanah dengan jarak tanam 15×10 cm, dengan kedalaman 2,5 cm, setiap 1 lubang ditanam 1 biji. Di atas permukaan tanah ditutup jerami atau sekam kemudian disiram secukupnya.

4. Perawatan persemaian

Meliputi pencegahan hama dan penyakit dilakukan seawal mungkin.

5. Pemupukan

Sewaktu masih dipersemaian setiap 20 – 30 hari dilakukan pemupukan susulan urea.

6. Seleksi dan Pencabutan benih

Transplanting atau pemindahan bibit dilakukan setelah 5 – 6 bulan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam transplanting diantaranya bibit yang akan dipindahkan adalah bibit yang sehat; bibit yang dicabut harus segera ditanam; dan sebelum penanaman akar dipotong, disisakan 20 cm, dan pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman hanya ± 20 cm.

Pengolahan Tanah

Sebelum penanaman, lahan yang akan ditanami asparagus dibajak dalam dan merata. Dibuat parit dengan kedalaman 15 – 20 cm. Untuk tempat tanam, jarak antar tanaman 40 – 50 cm dan jarak antar baris 1,25 – 1,5 m. Pada awal tanam tidak digunakan pupuk kimia, tetapi menggunakan pupuk kandang.

Penanaman

Bibit yang ditanam adalah bibit yang sudah berumur 5 – 6 bulan. Penanaman dilakukan pada pagi hari sekitar jam 9 atau pada sore hari sekitar jam 4.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman Asparagus meliputi :

1. Pembumbunan

Apabila tunas sudah mulai tumbuh, dapat dilakukan pembumbunan. Pada musim hujan, parit diperdalam. Hal ini karena Asparagus tidak menyukai genangan.

2. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan setelah induk tanaman membentuk 8 – 10 batang, selebihnya dipangkas. Setelah mendekati masa panen batang yang dipelihara cukup 3 – 5 batang. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang dan batang yang terserang hama atau penyakit.

3. Pengairan dan drainase

Dilakukan dengan cara menggenangi parit (di-Lêb) setinggi setengah dari tinggi parit, ditunggu hingga air meresap sampai atas, kemudian sisa air dibuang.irigasi pada musim kemarau dilakukan tiap 1 minggu sekali.

4. Pemupukan susulan

Selain pupuk susulan biasa, setiap tahun juga dilakukan pemupukan berkala, yaitu pemupukan berat seperti saat pertama kali tanam. Pada saat tersebut tidak dilakukan panen selama 3 – 4 minggu (fase istirahat) dan dilakukan seleksi induk. Pupuk susulan dilakukan dengan cara membuat parit sepanjang barisan berjarak 20 cm dari tanaman, dalamnya parit 15 cm kemudian pupuk dicampur dan ditutup dengan tanah. Pupuk susulan kimia diberikan setiap bulan, sedangkan pupuk kandang diberikan setiap 3 bulan sekali. Pupuk susulan ke empat kembali lagi seperti pupuk I, dan seterusnya.

Pemupukan untuk 1000 m2 :

Jenis pupuk

Pupuk Dasar (kg)

Susulan I (kg)

Susulan II (kg)

Susulan III (kg)

Kandang

2000 – 3000

2000 – 3000

Urea

30

30

30

TSP

30

30

KCL

20

20

20

Sumber : Misi Teknik Prtanian Taiwan

5. Pengelolaan hama dan penyakit

Tanaman induk yang mati karena terkena hama atau penyakit dipotong dan diganti dengan cara membesarkan batang yang tumbuh normal. Hama yang sering dijumpai adalah ulat grayak dan ulat tanah yang menyerang selama periode transisi musim kemarau ke musim hujan, sedangkan penyakit yang menyerang dari golongan jamur. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara mekanik selama serangan belum terlalu berat. Aplikasi pestisida dilakukan jika serangan sudah cukup berat. Pestisida yang digunakan adalah pestisida organik (Daun Tembakau).

Panen

1. Kriteria panen

Asparagus dapat dipanen rebungnya pada umur 4-5 bulan setelahtransplanting. Asparagus hijau yang dipanen adalah setelah muncul diatas tanah dengan kondisi pucuk yang masih kuncup.

2. Cara panen, interval, frekuensi

Panen dilakukan dengan dua cara, yaitu mencabut dan memangkas atau memotong batang muda. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara yang lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Jika panen pertama dilakukan pada umur 4 bulan setelah transplanting, maka penen kedua pada umur 5 bulan dengan interval panen 2 hari sekali, bulan keenam dan seterusnya dapat dipanen setiap hari.

MEMBUDIDAYAKAN JAMUR KUPING

jamur kuping

Jamur kuping atau biasa di sebut “lember” oleh masyarakat sunda adalah jenis jamur yang tumbuh di sisa tumbuhan atau kayu yang lembab. Perkembangan budidaya jamur kuping di Indonesia semakin pesat, sehingga saat ini budidaya jamur kuping sangat merebak di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan jamur kuping merupakan jamur kosmopolitan atau dapat hidup dimana saja, mulai dari kawasan hutan pantai samapi dengan pegunungan tinggi dengan persyaratan tempatnya cukup lembab.
Disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping), dan dikenal juga ada empat jenis yaitu:

a. Auricularia auricula – Judae (tubuh buah lebar dan tebal)
b. Auricularia polytricha (tubuh buah kecil dan tebal)
c. Auricularia cornea (seperti Auricularia auricula)
d. Auricularia fuscosuccinea (seperti Auricularia polytricha)

Beberapa nama setempat/lokal jamur kuping yang sering didengar:
a. Indonesia : jamur kuping, supa lember (sunda), kuping lowo (Jawa), kuping tikus, dan lain-lain.
b. Cina/Taiwan/Vietnam: mouleh, Yung-ngo, Muk-ngo, Mu-er , Mo -er
c. Jepang: Kikurage, Mokurage, Senji, Arage.
d. Hongkong/Singapura: Mouleh, Jew’s ear-fungi
e. Amerika Serikat: Tree-ear, Jew’s ear-fungi, Gelatinous fungi.

Warna tubuh buah pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil.

Siklus hidup jamur kuping seperti halnya jamur tiram maupun shiitake meliputi; tubuh buah sudah tua menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan dan berjumlah banyak. Selanjutnya spora tersebut jatuh pada tempat yang sesuai dengan persyaratan hisupnya seperti kayu mati atau bahan berselulosa dan dalam kondisi lembab, maka spora tersebut akan berkecambah membentuk miselia dengan tingkatan:
a. Miselai primer yang tumbuh terus membanyak dan meluas.
b. Miselai sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselia pada bagian permukaan miselia sekunder dengan diameter 0,1 cm).
c. Dari primordial akan tumbuh dan berbentuk kuncup tubuh buahpada tingkat awal yang semakin lama semakin membesar (3-5 hari)
d. Dari primordia tersebut akan tumbuh tubuh buah jamur berbentuk melebar, serta pada saat tua akan dipanen.

Jamur kuping merupakan salah satu konsumsi jamur yang memiliki sifat saat dikeringkan lama, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya. Jamur kuping telah dijadikan sebagai bahan berbagai masakan seperti Sayur kimlo, nasi goreng jamur, tauco jamur, sukiyaki, dan bakmi jamur dengan rasa yang lezat dan tekstur lunak yang terasa segar dan kering.

Agrobisnis jamur memiliki prospek cerah untuk dikembangkan ke skala agroindustri dikarenakan agroindustri ini tidak menggunakan lahan yang tidak terlalu luas, bahan baku untuk penanaman jamur dalam bentuk limbah seperti serbuk gergaji, bekatul, serpihan kayu, waktu tanam dari bibit hingga pemanenean sangat singkat, harga jual jamur tinggi, dan aspek nilia gizi tinggi untuk kesehatan dan pengobatan. Selain aman dikonsumsi, bersifat non kolesterol, dan berkhasiat sebagai obat dan penawar racun yang dihasilkan dari lendir jamur kuping.
Budidaya Jamur Kuping

Budi daya jamur meliputi tahap proses pembuatan bibit dan proses produksi jamur. Budi daya jamur kuping dapat dilakukan dibatang-batang kayu dengan perlakuan tertentu agar tumbuh dengan baik. Perkembangan teknik budi daya jamur kuping dengan menggunakan serbuk kayu atau serbuk gergajian. Cara ini menguntungkan karena petani dapat menambahkan nutrisi kedalam media tanam sehingga pertumbuhan jamur menujadi optimal
Setelah menuyeleksi jamur yang akan dibudidayakan, langkah budi daya dimulai dengan pembuatan bibit jamur pada media tanam. Tahap berikutnya adalah pemeliharaan jamur selama proses budi daya, panen jamur, penanganan paspapanen dan pemasaran. Agar hasilnya maksimal, setiap tahapan harus dilakukan dengan bnaik termasuk penyiapan media tanam . Untuk media tanam bisa digunakan batangatau serbuk kayu.
Manfaat & Kandungan Jamur Kuping

Dari segi gastronomik ataupun organoleptik ( rasa, aroma dan penampilan), jamur kuping kurang menarik bila dihidangkan sebagai bahan makanan. Namun jamur kuping sudah dikenal dekat sebatai ahan makanan yang memiliki khasiat sebagai obat dan penawar racun.
Lendir yang dihasilkan jamur kuping selama dimasak dapat menjadi pengental. Lendir jamur kuping dapat menonaktifkan atau menetralkan kolesterol. Jamur kuping dapat dibedakan berdasarkan bentuk, ketebalan, dan warnanya. Jamur kuping ang mempunyai bentuk tubuh buah kecil (sering disebut jamur kuping tikus) digemari oleh konsumen karena waranya lebih muda, dan rasanya sesuai dengan selera. Jamur kuping yang tubuh buahnya melebar (jamur kuping gajah) rasanya sedikit kenyal atau alot sehingga kurang disenangi karena harus diiris kecil-kecil bila akan dimasak. Jamur kuping selain untuk ramuan makanan juga unuk pengobatan. Untuk mengurangi panas dalam, mengurangi rasa sakit pada kulit akibat luka bakar.
Kandungan nutrisi jamur kuping terdiri kadar air 89,1, protein 4,2, lemak 8,3, karbohidrat total 82,8, serat 19,8, abu 4,7 dan nilai energi 351. Jamur kuping dipanaskan, maka lendir yang dihasilkan oleh masyarakat dan tabib pengobatan memiliki khasiat:
• Penangkar / penon-aktif racun baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, bakhan sampai ke racun berbentuk logam berat. Hampir semua ramuan masakan Cina, jamur kuping selalu ditambahkan untuk tujuan menonaktifkan racun yang terbawa dalam makanan.
• Kandungan senyawa dalam lendir jamur kuping, efektif untuk menghambat pertumbuhan carcinoma dan sarcoma (kanker) sampai 80 – 90%. Berfungsi juga untuk antikoagulan bahkan menghambat penggumpalan darah.
• Lendir jamur kuping dapat meghambat dan mencegah penggumpalan darah.

Manfaat jamur kuping untuk pengobatan penyakit antara lain:
• Darah tinggi/pembuluh darah mengeras akibat penggumpalan darah: 3 gram jamur kuping kering, rendam semalam dan buang airnya hingga tinggal jamur basah, tempatkan dalam rantang, tambahkan air bersih dikusus hingga lunak, tambahkan gula batu secukupnya dimakan secukupnya sehari sekali.
• Kurang darah dengan memasak jamur kuping 30 gram, ditambah 30 gram buah kurma, ditambah air bersih 5 gelas diminum dimasak sampai airnya tersisa 1 gelas. Hal diatas juga dapat diterapkan untk mengobati sakit wasir/ ambeian.
• Datang bulan tidak lancar dan memperlancar buang air besar. Jamur kuping dimasak bersama bahan-bahan lain seperti sayuran.

Masa Panen Jamur Kuping

Budidaya dengan log tanam asal serbuk gergajian kayu memerlukahnn waktu sekitar 3 bulan hingga panen, sementara dengan log tanam asal batang kau dapat lebih dari 5 bulan, tetapi hasil dari log kau cenderung digemari dengan harga lebih mahal. Masa panen untuk log tanam berbentuk ‘kantung lplastik’ dapat mencapai 1 – 2 bulan terus menerus dengan intergval waktu 1 – 2 minggu hingga semua bagian dari log tanam ditumbuhi jamur. Sementara masa panen untuk log kayu umumnya lebih dari 4 bulan baru akan nampak, serta pertumbuhan ini akan terus menerus berlangsung sampai 3-4 bulan jika lingkungan log tanam dan tempatnya dipelihara diatur secara baik.

Aspek Pemasaran Jamur Kuping

Baik dalam keadaan segar (umumnya hasil panen dari alam) atau dalam keadaan kering (hasil budidaya) harga jamur kuping lebih mahal kalau dibandingkan dengan harga jamur lain seperti tiram maupun merang. Jenis jamur kuping yang paling banyak dijual dilingkungan toko boat cina atau shinshe yang memiliki bentuk kecil atau bertubuh buah tipis dalam keadaan kering, umumnya berasal dari Taiwan atau daratan Cina yang disebut Mouleh.
Secara umum, pangsa pasar di dunia, jamur kuping menduduki tempat paling bawah disamping jamur kancing, jamur shiitake, jamur merang dan sebagainya. Di Pangsa pasar Asia, terutama di kawasan Cina, Hongkong, Singapura, Malaysia dan sebagainya dimana penduduk etnis Cina banyak berdiam, pangsa pasar jamur kuping sangat tinggi terutama dalam bentuk kering.
Bahkan di Indonesia, dengan penduduk asal Cina cukup banyak, kebutuhan jamur kuping masih harus didatangkan dari RRC, Thailand , Vietnam dan sebagainya dalam bentuk kering. Serta yang masih segar, pada umumnya masih merupakan hasil alam pada permulaan musim hujan atau menjelang musim kemarau, karena pada musim tersebut, jamur kuping banyak didapatkan tumbuh pada batang kayu kering di hutan.

CARA MENANAM JAGUNG MANIS

jagung manis

MENANAM jagung manis relatif gampang. Setelah lahan dicangkul sampai halus, barulah ditajuk dengan kedalaman tiga sentimeter untuk menaruh bibit yang akan ditanam.


Kemudian, bibit ditimbun sekadarnya. Tekstur tanahnya harus gembur. Tidak boleh diinjak karena dapat menyebabkan tanah menjadi padat. Setiap lubang diisi sebutir benih dengan jarak 20–70 sentimeter.

Pada umur empat hari setelah bibit tumbuh, pupuklah dengan pupuk berimbang (Urea, TS, dan KCL).

Kemudian, pada umur 35 hari pemupukan kedua dengan jenis pupuk sama. Usai pemupukan, jagung tidak dirawat lagi walaupun ditumbuhi rerumputan untuk menjaga agat tidak mengganggu proses perbungaan sampai siap dipanen.

Dalam satu batang, jagung manis memiliki satu–tiga tongkol, tapi untuk menjaga agar buah maksimal satu batang ditinggalkan satu tongkol. Sedangkan soleng (buah muda) bisa dipanen dan dijual untuk konsumsi sayur pada umur 50 hari. Dengan menjual soleng tersebut, biasanya mampu mengembalikan modal petani untuk pengadaan pupuk dan bibit, sehingga petani mendapatkan keuntungan utuh saat panen.

Selain soleng, daun jagung juga bisa dijual untuk pakan ternak.

Dalam satu hektare menghabiskan 200 kg Urea, 100 kg TS, dan 100 kg KCl, untuk dua kali pemupukan. Tetapi, lebih memuaskan dibantu dengan pupuk kandang untuk mengurangi pupuk kimia. Pada kondisi sekarang, jagung muda dapat dipanen pada umur 70 hari. Waktu panen singkat itu ditambah lagi dengan pengolahan yang tidak sulit.

Jika ada gejala serangan hama atau penyakit, segera konsultasikan dengan penyuluh pertanian yang ada atau semprotkan pestisida yang disarankan Dinas Pertanian. Penggunakan pestisida digunakan secara bijaksana. Artinya, jika serangan hama/penyakit di atas ambang batas serangan, baru disemprot.

Tanaman jagung membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan memberikan hasil produksi yang baik. Air diperlukan saat penanaman, pembungaan (45–55 hari) dan pengisian biji (60–80 hari). Perlu diperhatikan drainase yang baik dan hindari tanaman tergenang air.

Panen dan Pemasaran Hasil

Tanaman jagung manis dapat dipanen jika berumur 70 hari.

Ciri jagung dapat dipanen: Kelobot (bungkus janggel jagung) berwarna cokelat muda dan kering serta bijinya mengilat.

Setelah dipanen, jagung dipipil dan dikeringkan hingga kadar air 15%, sebaiknya dipanen saat jagung sudah benar-benar kering. Jagung pun siap dijual dengan hasil yang layak.

TEKNIK BUDIDAYA CABAI HIBRIDA SISTEM MULSA PLASTIK

Dewasa ini bertani cabai hibrida sistem mulsa plastik hitam perak (MPHP) banyak dipraktekkan pada cabai Hot Beauty, Hero, Long Chili, Ever-Flavor dan cabai Paprika. Dimungkinkan pula pada usahatani cabai keriting hibrida maupun cabai kecil (rawit, cengek) hibrida. Alasan utama sistem MPHP digunakan pada cabai-cabai hibrida adalah untuk mengimbangi biaya pengadaan MPHP dari peningkatan hasil cabai yang lebih tinggi daripada cabai biasa, sehingga secara ekonomis menguntungkan. Budidaya cabai hibrida dengan sistem MPHP merupakan perbaikan kultur teknik ke arah yang intensif. Pada umumnya sistem budidaya cabai di sentra-sentra produksi cabai masih menggunakan benih lokal dan populasi tanaman per hektarnya tinggi. Populasi yang sangat rapat ini dapat mengakibatkan penangkapan sinar matahari setiap tanaman berkurang dan kelembaban udara di sekitar kebun menjadi tinggi. Kelembaban yang tinggi seringkali dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit. Perbaikan kultur teknik budidaya cabai secara intensif untuk meningkatkan produksi maupun kualitas hasil, diantaranya adalah penggunaan benih unggul dari varietas hibrida yang bermutu tinggi, penerapan MPHP, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit, serta cara-cara lain yang khas seperti pemasangan turus dan perempelan tunas ataupun daun. Kegiatan pokok teknik budidaya cabai hibrida sistem MPHP meliputi :

Penyiapan Lahan

Dalam budidaya cabai hibrida sistem MPHP, penyiapan lahan harus didahulukan, kemudian disusul dengan penyiapan benih atau pembibitan. Maksudnya agar tanah sebagai media tanam benar-benar telah matang dan layak ditanami. Sebaliknya, bila pembibitan didahulukan, maka penyiapan lahan akan terburu-buru, sehingga tanahnya belum matang benar dan bibit sudat terlanjur tua. Bibit cabai hibrida umumnya siap dipindahtanamkan dari persemaian ke lapangan (kebun) pada umur 17 – 23 hari (berdaun 2 – 4 helai). Bila bibit terlambat dipindahtanamkan (terlanjur tua), pertumbuhan kurang optimal dan produksinya menurun (rendah).

Persyaratan lahan untuk kebun cabai hibrida sistem MPHP adalah :

  • Tempatnya terbuka agar mendapat sinar matahari secara penuh.
  • Lahan bukan bekas pertanaman yang sefamili, seperti kentang, tomat, terung taupun tembakau ; guna menghindari risiko serangan penyakit.
  • Lahan yang paling baik adalah berupa tanah sawah bekas tanaman padi, agar tidak perlu membajak cukup berat.
  • Lahan tegalan (tanah kering) dapat digunakan, asal cukup tersedia air.

IKLIM DAN TANAH

Syarat Iklim

Pada umumnya cabai dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi) + 2.000 meter dpl yang membutuhkan iklim tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Temperatur yang baik untuk tanaman cabai adalah 240 – 270C, dan untuk pembentukan buah pada kisaran 160 – 230 C. Setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.Cabai hibrida Hot Beauty dan Hero dapat berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi + 1200 m dpl. Sedangkan cabai hibrida Long Chililebih cocok ditanam pada ketinggian antara 800 – 1500 m dpl. Khusus untuk cabai Paprika umumnya hanya cocok ditanam di dataran tinggi. Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman paprika antara 210 – 250C, sedangkan untuk pembentuk-an buah memerlukan temperatur 18,30. Cabai paprika tidak tahan terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi karena dapat menyebabkan buah seperti terbakar (sunburn) dan juga hasil akhir bobot buah akan sangat rendah. Pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, tanaman paprika akan mengalami gugur tunas, gugur bunga dan buah muda, serta ukuran buah sangat kecil. Meskipun cabai paprika umumnya cocok ditanam di dataran tinggi, tetapi dapat pula dikembangkan di dataran menengah mulai ketinggian 600 m dpl; yakni dengan cara memanipulasi lingkungan. Alih teknologi budidaya paprika di dataran menengah antara lain menggunakan sungkup beratapkan plastik bening (transparan).

Syarat Tanah

Hampir semua jenis tanah yang cocok untuk budidaya tanaman pertanian, cocok pula bagi tanaman cabai. Untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi, cabai menghendaki tanah yang subur, gembur, kaya akan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit tular tanah. Kisaran pH tanah yang ideal adalah antara 5.5 – 6.8, karena pada pH di bawah 5.5 atau di atas 6.8 hanya akan menghasilkan produksi yang sedikit (rendah). Pada tanah-tanah yang becek seringkali menyebabkan gugur daun dan juga tanaman cabai mudah terserang penyakit layu. Khusus untuk tanah yang pH-nya di bawah 5.5 (asam) dapat diperbaiki keadaan kimianya dengan cara pengapuran, sehingga pH-nya naik mendekati pH normal.

Beberapa angka pH tanah (reaksi tanah), terdiri atas :

  • Paling masam (< 4.0)
  • Sangat asam (4.0 – 4.5)
  • Asam (4.5 – 5.5)
  • Agak asam (5.5 – 6.5)
  • Netral (6.5 – 7.5)
  • Agak basa (7.5 – 8.5)
  • Basa (8.5 – 9.0)
  • Sangat basa (9.0).

Pada pH tanah asam, ketersediaan unsur-unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum menurun dengan cepat. Pada pH tanah basa akan menyebabkan unsur-unsur Nitrogen, Besi, Mangan, Borium, Tembaga dan Seng ketersediaannya relatif menjadi sedikit. Cabai yang ditanam pada tanah asam pada umumnya keracunan unsur Alumunium (Al), Besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada pH basa, jumlah unsur bikarbonat cukup banyak untuk merintangi penyerapan ion lain, sehingga dapat menghalangi pertumbuhan tanaman secara optimum.

PERSIAPAN LAHAN DAN TANAM

Tahapan pengolahan tanah dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :

  • Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman atau perakaran dari pertanaman sebelumnya.
  • Tanah dibajak atau dicangkul sedalam 30 – 40 cm, kemudian dikeringkan selama 7 – 14 hari.
  • Tanah yang sudah agak kering segera dibentuk bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm, tinggi 40 – 50 cm, lebar parit 60 – 70 cm, sedangkan panjang bedengan sebaiknya lebih dari 12 meter. Khusus pada tanah yang banyak mengandung air (mudah becek), sebaiknya parit dibuat sedalam 60 – 70 cm.
  • Di sekeliling lahan kebun cabai dibuat parit keliling selebar dan sedalam 70 centimeter.
  • Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk, bedengan dipupuk dengan pupuk kandang (kotoran ayam, domba, kambing, sapi ataupun kompos) yang telah matang sebanyak 1,0 – 1,5 kg/tanaman.
  • Pada tanah yang pH-nya masam, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang dilakukan pengapuran sebanyak 100 – 125 gram/tanaman.
  • Pupuk kandang dan kapur pertanian dicampur dengan tanah bedengan secara merata sambil dibalikkan, kemudian dibiarkan diangin – anginkan selama kurang lebih 2 minggu.

Catatan :

Jika populasi cabai hibrida per hektar antara 18.000 – 20.000 tanaman pada jarak tanam 60 x 70 cm, maka diperlukan pupuk kandang 18 – 30 ton, dan kapur pertanian 1,8 – 2,0 ton.

Penyiapan Benih dan Pembibitan

Bersamaan dengan terbentuknya bedengan kasar, dilakukan penyiapan benih dan pembibitan di pesemaian. Untuk lahan (kebun) seluas 1 hektar diperlukan benih +180 gr atau 18 bungkus kemasan masing-masing berisi 10 gram. Benih dapat disemai langsung satu dalam bumbung (koker) yang terbuat dari daun pisang ataupun polybag kecil ukuran 8 x 10 cm, tetapi dapat pula dikecambahkan terlebih dahulu. Sebelum dikecambahkan, benih cabai sebaiknya direndam dulu dalam air dingin ataupun air hangat 550 – 600 selama 15 – 30 menit untuk mempercepat proses perkecambah-an dan mencucihamakan benih tersebut. Bila benih cabai akan disemai langsung dalam polybag, maka sebelumnya polybag harus diisi dengan media campuran tanah halus, pupuk kandang matang halus, ditambah pupuk NPK dihaluskan serta Furadan atau Curater. Sebagai pedoman untuk campuran adalah : tanah halus 2 bagian (2 ember volume 10 liter) + 1 bagian pupuk kandang matang halus (1 ember volume 10 liter) + 80 gr pupuk NPK dihaluskan (digerus) + 75 gr Furadan. Bahan media semai tersebut dicampur merata, lalu dimasukkan ke dalam polybag hingga 90% penuh. Benih cabai hibrida yang telah direndam, disemaikan satu per satu sedalam 1,0 – 1,5 cm, lalu ditutup dengan tanah tipis. Berikutnya semua polybag yang telah diisi benih cabai disimpan di bedengan secara teratur dan segera ditutup dengan karung goni basah selama + 3 hari agar cepat berkecambah. Bila benih dikecambahkan terlebih dahulu, maka sehabis direndam harus segera dimasukkan ke dalam lipatan kain basah (lembab) selama + 3 hari. Setelah benih keluar bakal akar sepanjang 2-3 mm, dapat segera disemaikan ke dalam polybag. Cara ini untuk meyakinkan daya kecambah benih yang siap disemai dalam polybag. Tata cara penyemaian benih ke dalam polybag prinsipnya sama seperti cara di atas hanya perlu alat bantu pinset agar kecambah benih cabai tidak rusak. Penyimpanan polybag berisi semaian cabai dapat ditata dalam rak-rak kayu atau bambu, namun dapat pula diatur rapi di atas bedengan-bedengan selebar 110 – 120 cm. Setelah semaian cabai tersebut diatur rapi, maka harus segera dilindungi dengan sungkup dari bilah bambu beratapkan plastik bening (transparan) ataupun jaring net kassa. Selama bibit di pesemaian, kegiatan rutin pemeliharaan adalah penyiraman 1-2 kali/hari atau tergantung cuaca, dan penyemprotan pupuk daun pada dosis rendah 0,5 gr/liter air saat tanaman muda berumur 10 – 15 hari, serta penyemprotan pestisida pada konsentrasi setengah dari yang dianjurkan untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit.

Pemasangan MPHP

Sebelum MPHP dipasang untuk menutupi permukaan bedengan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan pupuk buatan secara total sekaligus. Jenis dan dosis pupuk yang biasa digunakan untuk cabai hibrida adalah sebagai berikut :

Untuk praktisnya dapat menghitung pupuk per bedengan. Misalnya panjang bedengan 12 meter, jarak tanam 60 x 70 cm akan berisi 40 tanaman. Jadi, pupuk yang diperlukan sejumlah + 4 kg, yang terdiri atas perbandingan 3 ZA : 1 Urea : 2 TSP : 1,5 Kcl, dengan catatan tiap 100 kg pupuk campuran tadi ditambahkan 1 kg Borate dan 1,5 kg Furadan. Campuran pupuk buatan ini disebar merata sambil diaduk dan dibalikkan dengan tanah bedengan. Kemudian bedengan diratakan kembali sambil dirapihkan, dan setelah itu disiram air secukupnya agar pupuk dapat larut ke lapisan tanah. Pemasangan MPHP sebaiknya memperhatikan cuaca, yakni pada saat terik matahari antara pukul 14.00 – 16.00 agar plastik tersebut memanjang (memuai) dan menutup tanah serapat mungkin. Pemasangan MPHP minimal dilakukan oleh 2 orang. Caranya adalah : tariklah kedua ujung MPHP ke masing-masing ujung bedengan arah memanjang. Kemudian dikuatkan dengan pasak bilah bambu berbentuk “U” yang ditancapkan di setiap sisi bedengan. Berikutnya tarik pula lembar MPHP ke bagian sisi kiri kanan (lebar) bedengan hingga nampak rata menutup permukaan bedengan. Kuatkan dengan pasak bilah bambu pada setiap jarak 40 – 50 cm. Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan dulu selama + 5 hari agar pupuk buatan larut dalam tanah dan tidak membahayakan (toksis) bibit cabai yang ditanam.

Penanaman

Waktu tanam yang paling baik adalah pagi atau sore hari, dan bibit cabai telah berumur 17 – 23 hari atau berdaun 2 – 4 helai. Sehari sebelum tanam, bedengan yang telah ditutup MPHP harus dibuatkan lubang tanam dulu. Jarak tanam untuk cabai merah hibrida adalah 60 x 70 cm atau 70 x 70 cm, sedangkan cabai paprika 50 x 70 cm atau 60 x 70 cm. Pembuatan lubang tanam dapat menggunakan alat bantu khusus yang terbuat dari potongan pipa besi diisi arang. Penggunaan alat ini dengan cara menempelkan ujung bawahnya pada MPHP sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Dengan cara demikian MPHP akan berlubang berupa bulatan-bulatan kecil berdiameter + 6 – 8 cm. Selain itu, dapat juga menggunakan alat bantu bekas kaleng susu yang salah satu permukaannya telah dipotong. Cara penggunaan kaleng bekas susu ini adalah : tutupkan pada calon lubang tanam yang telah ditetapkan, kemudian putarlah sambil ditekan alakadarnya, maka akan langsung terbentuk lubang kecil. Cara lain adalah menggunakan pisau silet atau pisau cutter dengan cara dikeratkan langsung pada MPHP berbentuk bulatan kecil. Bibit cabai hibrida yang siap dipindahtanamkan segera disiram dengan air bersih secukupnya. Kemudian bersama dengan polybagnya direndam dalam larutan fungisida sistemik atau bakterisida pada dosis 0,5 – 1,0 gram/liter air selama 15 – 30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit. Setelah media semainya cukup kering, bibit cabai hibrida dikeluarkan dari polybag secara hati-hati. Caranya : ambil polybag berisi bibit sambil dibalikkan dan pangkal batang bibit cabai dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah. Bagian dasar polybag ditepuk-tepuk secara pelan dan hati-hati, maka bibit cabai akan keluar bersama akar dan medianya. Bibit cabai hibrida siap langsung ditanam pada lubang tanam yang tersedia.

Cara penanaman bibit cabai adalah : mula-mula sebagian tanah pada lubang tanam diangkat kira-kira seukuran media polybag; kemudian bibit dimasukkan sambil diurug tanah hingga dekat pangkal batangnya cukup padat. Bibit cabai hibrida yang disemai dalam polybag ini, begitu dipindahtanamkan langsung tumbuh (segar) tanpa mengalami kelayuan (stagnasi). Selesai tanam, segera disiram sampai tanahnya cukup basah.

PEMELIHARAAN TANAMAN

Kegiatan pokok pemeliharaan tanaman meliputi : pemasangan ajir (turus), penyiraman (pengairan), perempelan tunas dan bunga pertama, pemupukan tambahan (susulan), perempelan daun bawah di bawah cabang, pengendalian hama dan penyakit. Khusus untuk cabai paprika yang sifatnya peka terhadap sinar matahari yang terik diperlukan naungan beratap plastik bening (transparan). Pemasangan kerangka naungan ini bisa tunggal per bedengan, atau 2 bedengan bahkan tiap 4 bedengan; tergantung dari kepraktisan maupun ketersediaan bahan.

Tata cara pemasangan sungkup (naungan) untuk cabai paprika (atau cabai hibrida di musim hujan), pada prinsipnya adalah sebagai berikut :

  • Pasang tiang-tiang dari bambu gelondongan setinggi 50 – 80 cm di bagian pinggir bedengan; arahnya memanjang pada jarak tiap 3-4 meter.
  • Pasang bilah bambu yang bentuknya dilengkungkan setengah lingkaran setinggi 160 – 200 cm dari permukaan tanah. Caranya adalah dengan memasukkan ujung bilah bambu ke dalam lubang bambu gelondongan yang letaknya berpasangan.
  • Hubungkan antara kerangka sungkup yang satu dengan yang lainnya dengan bilah bambu yang dipasang memanjang, kemudian ikat dengan tali kawat, hingga akhirnya sungkup (kerangka) naungan siap dipasang atap plastik bening.
  • Pasang atap plastik bening, dan kuatkan dengan tali pengikat agar tidak mudah lepas oleh terpaan angin.

Kegiatan pemeliharaan tanaman untuk semua jenis atau varietas cabai hibrida umumnya meliputi :

Pemasangan ajir (turus)

Cabai hibirida umumnya berbuah lebat, sehingga untuk menopang pertumbuhan tanaman agar kuat dan kokoh serta tidak rebah perlu dipasang ajir (turus) dari bilah bambu setinggi 125 cm, lebar + 4 cm dan tebalnya + 2 cm. Ajir dipasang (ditancapkan) tegak tiap 3 tanaman cabai 1 ajir secara berjajar mengikuti arah panjang bedengan. Antara ajir dengan ajir lainnya dihubungkan dengan bilah bambu memanjang (gelagar) tepat pada ketinggian 80 cm dari permukaan tanah. Pemasangan ajir harus sedini mungkin, yakni pada saat tanaman belum berumur 1 bulan setelah pindah tanam. Hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan akar tanaman cabai sewaktu memasang (menancapkan) ajir. Khusus untuk cabai paprika, pemasangan ajir setiap tanaman 1 ajir.

Pengairan (Penyiraman)

Pada fase awal pertumbuhan atau saat tanaman cabai masih menyesuaikan diri terhadap lingkungan kebun (adaptasi), maka penyiraman perlu dilakukan secara rutin tiap hari, terutama di musim kemarau. Setelah tanaman tumbuh kuat dan perakarannya dalam, pengairan berikutnya dilakukan dengan cara dileb setiap 3 – 4 hari sekali. Pengeleban ini airnya cukup sampai batas antara tanah bagian bawah dengan ujung MPHP. Setelah tanah bedengan basah, airnya segera dibuang kembali melalui saluran pembuangan. Tanah yang becek atau menggenang akan memudahkan tanaman terserang penyakit layu. Di lahan tertentu yang tidak mungkin melakukan pengairan dengan cara dileb, dapat menggunakan teknik kocoran melalui selang yang dialirkan di antara 4 tanaman. Ujung selang dimasukkan ke dalam lubang MPHP di tengah-tengah bedengan. Tanaman cabai hibrida di bawah 40 hari, memerlukan pengairan yang intensif dan rutin. Sedangkan tanaman yang sudah produktif (berbuah) tidak mutlak memerlukan air banyak. Tetapi yang terpenting adalah menjaga agar tanah tidak kekeringan.

Perempelan

Cabai hibrida umumnya bertunas banyak yang tumbuh dari ketiak-ketiak daun. Tunas ini tidak produktif dan akan mengganggu pertumbuhan secara optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perempelan (pembuangan) tunas samping.

Perempelan tunas samping dilakukan pada tanaman cabai hibrida yang berumur antara 7 – 20 hari. Semua tunas samping dibuang agar tanaman tumbuh kuat dan kokoh. Saat terbentuk cabang, maka perempelan tunas dihentikan. Biasanya perempelan tunas ini dilakukan 2 – 3 kali. Tanpa perempelan tunas samping, pertumbuhan tanaman cabai akan lambat.

Ketika tanaman cabai mengeluarkan bunga pertama dari sela-sela percabangan pertama, maka bunga ini pun harus dirempel. Tujuan perempelan bunga perdana ini adalah untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan percabangan di atasnya yang lebih banyak dan produktif menghasilkan buah yang lebat. Kelak tanaman cabai hibrida yang sudah berumur 75 – 80 hari biasanya sudah membentuk percabangan yang optimal. Daun-daun tua yang ada di bawah cabang dapat dirempel, terutama daun yang terserang hama dan penyakit. Daun tua tersebut sudah tidak produktif lagi, bahkan seringkali menjadi sumber penularan hama dan penyakit. Perempelan daun-daun tua ini jangan terlalu awal, sebab pertumbuhan cabang daun belum optimal. Kesalahan perempelan daun tua, justru berakibat fatal, yakni menyebabkan tanaman cabai tumbuh merana dan produksinya menurun.

Pemupukan Tambahan (susulan)

Sekalipun tanaman cabai hibrida sudah dipupuk total pada saat akan memasang MPHP, namun untuk menyuburkan pertumbuhan yang prima dapat diberi pupuk tambahan (susulan). Jenis pupuk yang digunakan pada fase pertumbuhan vegetatif aktif (daun dan tunas) adalah pupuk daun yang kandungan Nitrogennya tinggi, misalnya Multimicro dan Complesal cair. Interval penyemprotan pupuk daun antara 10 – 14 hari sekali, dengan dosis atau konsentrasi yang tertera pada labelnya (kemasan) pupuk daun tersebut. Pada fase pertumbuhan bunga dan buah (generatif), masih perlu pemberian pupuk daun yang mengandung unsur Phospor dan Kaliumnya tinggi, misalnya Complesal merah, Kemira merah ataupun Growmore Kalsium. Untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah, tanaman cabai yang berumur 50 hari dapat dipupuk susulan berupa NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, Kcl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak + 4 sendok makan. Cara pemberiannya adalah dengan melubangi MPHP diantara 4 tanaman. Kemudian pupuk dimasukkan melalui lubang tersebut sambil diaduk-aduk dengan tanah dan langsung disiram air bersih agar cepat larut dan meresap ke dalam tanah. Pemupukan susulan berikutnya masih diperlukan, terutama bila kondisi pertumbuhan tanaman cabai kurang memuaskan atau karena terserang hama dan penyakit. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan adalah NPK sebanyak 4-5 kg yang dilarutkan dalam 200 liter air (1 drum). Pemberiannya adalah dengan cara dikocorkan pada setiap tanaman sebanyak 300 – 500 cc atau tergantung kebutuhan. Cara pengocoran dapat dilakukandengan alat bantu corong atau selang sepanjang 0,5 – 1,0 m dimasukkan ke dalam lubang MPHP dekat pangkal batang tanaman cabai. Pengocoran pupuk larutan ini dapat dilakukan setiap dua minggu sekali. Varietas cabai hibrida umumnya bisa berbuah cukup lama, sehingga dapat dipanen beberapa kali (12 – 14 kali), terutama pada hibrida Hot Beauty dan Hero. Setiap kali selesai panen perlu dipupuk susulan untuk mempertahankan produktivitas buah. Jenis dan dosis pupuknya adalah berupa NPK atau campuran ZA, Urea, TSP, KCl, (1 : 1 : 1 : 1) sebanyak 2 sendok per tanaman yang diberikan di antara 2 tanaman cabai bagian kiri dan kanan. Pada kondisi pertumbuhan tanaman cabai cukup bagus, pemberian pupuk susulan ini cukup sebulan sekali. Pemupukan Nitrogen pada cabai hibrida dianjurkan 2 macam sumber N, yaitu ZA san Urea. Pupuk ZA selain mengandung unsur Nitrogen, juga kaya akan unsur Belerang (S) yang diperlukan untuk pertumbuhan cabai hibrida secara optimal.

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PLASTIK HITAM-PERAK

Mulsa plastik yang dianggap baik di daerah subtropis adalah yang berwarna hitam dengan ketebalan 50 mikron. Mulsa Plastik Hitam (MPH) sudah membudaya pada tanaman mentimun, tomat, strawberri dan kubis bunga. Adaptasi atau pengembangan teknologi sistem Mulsa Plastik dirintis oleh Jepang dan Taiwan yang memperkenalkan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP). MPHP ini memiliki dua muka dan dua warna, yaitu muka pertama berwarna hitam dan muka kedua berwarna perak. Warna hitam untuk menutup permukaan tanah, warna perak sebagai permukaan atas tempat menanam suatu tanaman budidaya.

Keuntungan bertani sistem MPHP antara lain :

  1. Pemberian pupuk dapat dilakukan sekaligus total sebelum tanam.
  2. Warna hitam dari mulsa menimbul-kan kesan gelap sehingga dapat menekan rumput-rumput liar atau gulma.
  3. Warna perak dari mulsa dapat memantulkan sinar matahari ; sehingga dapat mengurangi hama aphis, trips dan tungau, serta secara tidak langsung menekan serangan penyakit virus.
  4. Menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif tetap (stabil).
  5. Mencegah tercucinya pupuk oleh air hujan, dan penguapan unsur hara oleh sinar matahari.
  6. Buah cabai yang berada di atas permukaan tanah terhindar dari percikan air tanah sehingga dapat mengurangi resiko berjangkitnya penyakit busuk buah.
  7. Kesuburan tanah karena pemupukan dapat merata, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman budidaya relatif seragam (homogen).
  8. Praktis untuk melakukan sterilisasi tanah dengan menggunakan gas fumigan seperti Basamid-G, karena fungsi MPHP mempercepat proses pembentukan gas zat fumigan tanpa harus membeli plastik khusus.
  9. Secara ekonomis penggunaan MPHP dapat mengurangi pekerjaan penyiangan dan penggemburan tanah, sehingga biaya pengadaan MPHP dapat dialokasikan dari biaya pemeliharaan tanaman tersebut.
  10. Pada musim kering (kemarau), MPHP dapat menekan penguapan air dari dalam tanah, sehingga tidak terlalu sering untuk melakukan penyiraman (pengairan).

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

Salah satu faktor penghambat peningkat-an produksi cabai adalah adanya serangan hama dan penyakit yang fatal. Kehilangan hasil produksi cabai karena serangan penyakit busuk buah (Colletotrichum spp), bercak daun (Cercospora sp) dan cendawan tepung (Oidium sp.) berkisar antara 5% – 30%. Strategi pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai diajurkan penerapan pengendalian secara terpadu. Komponen Pengendalian Hama dan Penyakit secara Terpadu (PHPT) ini mencakup pengen-dalian kultur teknik, hayati (biologi), varietas yang tahan (resisten), fisik dan mekanik, peraturan-peraturan, dan cara kimiawi.

HAMA CABAI

Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Serangga dewasa dari hama ini adalah kupu-kupu, berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depan. Meletakkan telur secara berkelompok di atas daun atau tanaman dan ditutp dengan bulu-bulu. Jumlah telur tiap betina antara 25-500 butir. Telur akan menetas menjadi ulat (larva), mula-mula hidup ber-kelompok dan kemudian menyebar. Ciri khas dari larva (ulat) grayak ini adalah terdapat bintik-bintik segitiga berwarna hitam dan bergaris-garis kekuningan pada sisinya. Larva akan menjadi pupa (kepompong) yang dibentuk di bawah permukaan tanah. Daur hidup dari telur menjadi kupu-kupu berkisar antara 30 – 61 hari. Stadium yang membahayakan dari hama Spodoptera litura adalah larva (ulat). Menyerang bersama-sama dalam jumlah yang sangat besar. Ulat ini memangsa segala jenis tanaman (polifag), termasuk menyerang tanaman cabai. Serangan ulat grayak terjadi di malam hari, karena kupu-kupu maupun larvanya aktif di malam hari. Pada siang hari bersembunyi di tempat yang teduh atau di permukaan daun bagian bawah. Hama ulat grayak merusak di musim kemarau dengan cara memakan daun mulai dari bagian tepi hingga bagian atas maupun bawah daun cabai. Serangan hama ini menyebabkan daun-daun berlubang secara tidak beraturan; sehingga menghambat proses fotosintesis dan akibatnya produksi buah cabai menurun. Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

  1. Mekanis, yaitu mengumpulkan telur dan ulat-ulatnya dan langsung dibunuh.
  2. Kultur teknis, yaitu menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama, serta melakukan rotasi tanaman.
  3. Hayati (biologis) kimiawi, yaitu disemprot dengan insektisida berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperti Dipel, Florbac, Bactospeine, dan Thuricide.
  4. Sex pheromone, yaitu perangkap ngengat (kupu-kupu) jantan. Sex pheromone merupakan aroma yang dikeluarkan serangga betina dewasa yang dapat menimbulkan rangsangan sexual (birahi) pada serangga jantan dewasa untuk menghampiri dan melakukan perkawinan sehingga membuahkan keturunan. Sex pheromone dari Taiwan yang di Indonesia diberi nama “Ugratas” atau Ulat Grayak Berantas Tuntas berwarna “merah” sangat efektif untuk dijadikan perangkap kupu-kupu dewasa dari ulat grayak (S. litura). Cara pemasangan Ugratas merah ini adalah dimasukkan ke dalan botol bekas aqua volume 500 cc yang diberi lubang kecil untuk tempat masuknya kupu-kupu jantan. Untuk 1 hektar kebun cabai cukup dipasang 5-10 buah Ugratas merah, dengan cara digantungkan sedikit lebih tinggi di atas tanaman cabai. Daya tahan (efektivitas) Ugratas ini + 3 minggu, dan tiap malam bekerja efektif sebagai perangkap ngengat jantan. Keuntungan penggunaan Ugratas ini antara lain : aman bagi manusia dan ternak, tidak berdampak negatif terhadap lingkungan, dapat menekan penggunaan insektisida, tidak menimbulkan kekebalan hama, dan dapat memperlambat perkem-bangan hama tersebut.
  5. Kimiawi, yaitu disemprot insektisida seperti Hostathion 40 EC 2 cc/lt atau Orthene 75 SP 1 gr/lt.

Kutu Daun (Myzus persicae Sulz.)

Kutu daun atau sering disebut Aphid tersebar di seluruh dunia. Hama ini memakan segala jenis tanaman (polifag), lebih dari 100 jenis tanaman inang, termasuk tanaman cabai. Kutu daun berkembang biak dengan 2 cara, yaitu dengan perkawinan biasa dan tanpa perkawinan atau telur-telurnya dapat berkembang menjadi anak tanpa pembuahan (partenogenesis). Daur hidup hama ini berkisar antara 7 – 10 hari. Hama ini menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan daun, pucuk, tangkai bunga ataupun bagian tanaman lainnya. Serangan berat menyebabkan daun-daun melengkung, keriting, belang-belang kekuningan (klorosis) dan akhirnya rontok sehingga produksi cabai menurun.

Kehadiran kutu daun di kebun cabai, tidak hanya menjadi hama tetapi juga berfungsi sebagai penular (penyebar) berbagai penyakit virus. Di samping itu, kutu daun mengeluarkan cairan manis (madu) yang dapat menutupi permukaan daun. Cairan manis ini akan ditumbuhi cendawan jelaga berwarna hitam sehingga menghambat proses fotosintesis. Serangan kutu daun menghebat pada musim kemarau.

Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

  1. Kultur teknik, yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) di sekeliling kebun cabai, misalnya jagung.
  2. Kimiawi, yaitu dengan semprotan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC pada konsentrasi 0,1 – 0,2 cc/liter, Decis 2,5 EC 0,04%, Hostathion 40EC 0,1% atau Orthene 75 SP 0,1%.

Lalat Buah (Dacus ferrugineus)

Serangga dewasa panjangnya + 0.5 cm, berwarna coklat-tua, dan meletakkan telurnya di dalam buah cabai. Telur tersebut akan menetas, kemudian merusak buah cabai. Buah-buah yang diserang akan menjadi bercak-bercak bulat, kemudian membusuk dan berlubang kecil. Buah cabai yang terserang akan dihuni larva yang pandai meloncat-loncat. Akibatnya semua bagian buah cabai rusak, busuk, dan berguguran (rontok). Daur hidup hama ini lamanya sekitar 4 minggu, dan pembentukan stadium pupa terjadi di atas permukaan tanah.

Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

  1. Kultur teknik, yaitu dengan pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang lalat buah.
  2. Mekanis, yaitu dengan mengumpul-kan buah cabai yang terserang, kemudian dimusnahkan.
  3. Kimiawi, yaitu dengan pemasangan perangkap beracun “metil eugenol” atau protein hydrolisat yang efektif terhadap serangga jantan maupun betina. Dapat pula disemprot langsung dengan insektisida seperti Buldok, Lannate ataupun Tamaron.

Thrips (Thrips sp.)

Spesies Thrips yang sering ditemukan adalah T. tabaci yang hidupnya bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga Thrips sangat kecil, panjang + 1 mm, berkembang biak tanpa pembuahan sel telur (partenogenesis) dan siklus hidupnya berlangsung selama 7 – 12 hari. Hama Thrips menyerang hebat pada musim kemarau dengan memperlihatkan gejala serangan strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan matinya daun (kering). Thrips ini kadang-kadang berperan sebagai penular (vektor) penyakit virus.

Pengendalian secara terpadu terhadap hama ini dapat dilakukan dengan cara :

  1. Kultur teknis, yaitu dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap dengan selisih waktu cukup lama karena tanaman muda akan terserang parah.
  2. Kimiawi, yaitu dengan disemprot insektisida Deltamethrin 25 EC 0,1-0,7 cc/lt, Triazophos 40 EC 0,5-2,0 cc/lt, Endosulfan 25 EC 0,5-2,0 cc/lt, atau juga Decis 2,5 EC (0,04%), Hostathion 20 EC (0,2%) maupun Mesurol 50 WP (0,1-0,2%).

Tungau (Tarsonemus translucens)

Tungau berukuran sangat kecil, tetapi bersifat pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Serangga dewasa panjangnya + 1 mm, bentuk mirip laba-laba, dan aktif di siang hari. Siklus hidup tungau berkisar selama 14-15 hari. Tungau menyerang tanaman cabai dengan cara mengisap cairan sel daun atau pucuk tanaman. Akibat serangannya dapat menimbulkan bintik-bintik kuning atau keputihan. Serangan yang berat, terutama di musim kemarau, akan menyebabkan cabai tumbuh tidak normal dan daun-daunnya keriting. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara disemprot insektisida akarisasi seperti Omite EC (0,2%) atau Mitac 200 EC (0,2%).

PENYAKIT CABAI

Layu Bakteri (Pseudomonas solana-cearum E.F. Smith)

Bakteri layu mempunyai banyak tanaman inang, diantaranya adalah tomat, kentang, kacang tanah dan cabai. Penyebaran penyakit layu bakteri dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit, residu tanaman, irigasi (air), serangga, nematoda dan alat-alat pertanian. Bakteri layu biasanya menghebat pada tanaman cabai di dataran rendah. Gejala kelayuan tanaman cabai terjadi mendadak, dan akhirnya menyebabkan kematian tanaman dalam beberapa hari kemudian. Bakteri layu menyerang sistem perakaran tanaman cabai. Bila pangkal batang cabai yang diserang, dipotong atau dibelah, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening, maka setelah beberapa menit digoyang-goyangkan akan keluar cairan berwarna coklat susu atau berkas pembuluh batangnya berwarna coklat berlendir (slime bakteri). Gejala yang dapat diamati secara visual pada tanaman cabai adalah kelayuan tanaman mulai dari bagian pucuk, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman. Daun menguning dan akhirnya mengering serta rontok. Penyakit bakteri layu dapat menyerang tanaman cabai pada semua tingkatan umur, tetapi paling peka adalah tanaman muda atau menjelang fase berbunga maupun berbuah.

Pengendalian penyakit bakteri layu harus dilakukan secara terpadu, yaitu :

  1. Perlakuan benih atau bibit sebelum tanam dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin atau Agrept 0,5 gr/lt selama 5-15 menit.
  2. Perbaikan drainase tanah di sekitar kebun agar tidak becek atau menggenang.
  3. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menular ke tanaman yang sehat.
  4. Penggunaan bakterisida Agrimycin atau Agrept dengan cara disemprotkan atau dikocor di sekitar batang tanaman cabai tersebut yang diperkirakan terserang bakteri P. solanacearum.
  5. Pengelolaan (manajemen) lahan, misalnya dengan pengapuran tanah ataupun pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae

Layu Fusarium (Fusarium oxysporum Sulz.)

Layu Fusarium disebabkan oleh organisme cendawan bersifat tular tanah. Biasanya penyakit ini muncul pada tanah-tanah yang ber pH rendah (masam). Gejala serangan yang dapat diamati adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun; sehingga akibat lebih lanjut seluruh tanaman layu dan mati. Gejala kelayuan tanaman seringkali sulit dibedakan dengan serangan bakteri layu (P. solanacearum). Untuk membuktikan penyebab layu tersebut dapat dilakukan dengan cara memotong pangkal batang tanaman yang sakit, kemudian direndam dalam gelas berisi air bening (jernih). Biarkan rendaman batang tadi sekitar 5-15 menit, kemudian digoyang-goyangkan secara hati-hati. Bila dari pangkal batang keluar cairan putih dan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluhnya, hal itu menandakan adanya serangan Fusarium.

Pengendalian penyakit layu Fusarium dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

  1. Perlakuan benih atau bibit dengan cara direndam dalam larutan fungisida sistemik, misalnya Benlate ataupun Derosal 0,5-1,0 gr/lt air selama 10-15 menit.
  2. Pengapuran tanah sebelum tanam dengan Dolomit atau Captan (Calcit) sesuai dengan angka pH tanah agar mendekati netral.
  3. Pencabutan tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman yang sehat.
  4. Pengaturan pembuangan air (drainase), dengan cara pembuatan bedengan yang tinggi, terutama pada musim hujan.
  5. Penyiraman larutan fungisida sistemik seperti Derosal, Anvil, Previcur N dan Topsin di sekitar batang tanaman cabai yang diduga sumber atau terkena cendawan.

Bercak Daun dan Buah (Collectro-tichum capsici (Syd). Butl. et. Bisby).

Bercak daun dan buah cabai sering disebut penyakit Antraknose atau “patek”. Penyakit ini menjadi masalah utama di musim hujan. Disebabkan oleh cendawan Gloesporium piperatum Ell. et. Ev dan Colletotrichum capsici. Cendawan G. piperatum umumnya menyerang buah muda dan menyebabkan mati ujung. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan terbentuknya bintik-bintik kecil kehitaman dan berlekuk, serta tepi bintik berwarna kuning. Di bagian lekukan akan terus membesar dan memanjang yang bagian tengahnya berwarna gelap. Cendawan C. capsici lebih sering menyebabkan buah cabai membusuk. Gejala awal serangan ditandai dengan terbentuknya bercak coklat-kehitaman pada buah, kemudian meluas menjadi busuk-lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat titik-titik hitam yang merupakan kumpulan dari konidium cendawan. Serangan yang berat menyebabkan buah cabai mengkerut dan mengering menyerupai “mummi” dengan warna buah seperti jerami.

Pengandalian dapat dilakukan dengan cara :

  1. Perlakuan benih, yaitu direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Benomyl atau Thiram, misalnya Benlate pada dosis 0,5/lt, ataupun berbahan aktif Captan (Orthocide) dengan dosis 1 gr/lt. Lamanya perendaman benih antara 4-8 jam.
  2. Pengaturan jarak tanam yang sesuai sehingga kondisi kebum tidak terlalu lembab. Pada musim kemarau dapat menggunakan jarak tanam 50 x 70 cm, sedangkan di musim hujan 60 x 70 cm ataupun 65 x 70 cm, baik sistem segi empat atau segi tiga zig-zag.
  3. Pembersihan (sanitasi) lingkungan yaitu dengan cara menyiang gulma atau sisa-sisa tanaman yang ada di sekitar kebun agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit.
  4. Buah cabai yang sudah terserang penyakit dikumpulkan, kemudian dimusnahkan (dibakar).
  5. Penyemprotan dengan fungisida seperti Kasumin 2 cc/lt, Difolatan 4 cc/lt, Phycozan, Dithane M-45, Daconil, Topsin, Antracol dan Delsen. Fungisida-fungisida tersebut efektif menekan Antraknosa.
  6. Rotasi tanaman, yakni pergiliran tanaman yang bukan famili Solanaceae (tomat, kentang, terung, tambakau). Tujuan rotasi tanaman ini adalah untuk memotong siklus hidup cendawan penyebab penyakit Antraknosa.

Bercak Daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)

Penyebab penyakit bercak daun adalah cendawan Cercospora capsici. Gejala serangan penyakit ditandai dengan bercak-bercak bulat kecil kebasah-basahan. Berikutnya bercak akan meluas dengan garis tengah +0,5 cm. Di pusat bercak nampak berwarna pucat sampai putih dengan tepinya berwarna lebih tua. Serangan yang berat (parah) dapat menyebabkan daun menguning dan gugur, ataupun langsung berguguran tanpa didahului menguningnya daun. Pengen-dalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Topsin, Velimek, dan Benlate secara berselang-seling.

Bercak Alternaria (Alternaria solani Ell & Marf)

Penyebab penyakit bercak Alternaria adalah cendawan. Gejala serangan penyakit ini adalah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak coklat-tua sampai kehitaman dengan lingkaran-lingkaran konsentris. Bercak-bercak ini akan membesar dan bergabung menjadi satu. Serangan penyakit bercak Alternaria dimulai dari daun yang paling bawah, dan kadang-kadang juga menyerang pada bagian batang. Pengendalian penyakit bercak Alternaria antara lain dengan cara menjaga kebersihan kebun, dan disemprot fungisida seperti Cupravit, Dithane M-45 dan Score, secara berselang-seling.

Busuk Daun dan Buah (Phytophthora spp)

Penyakit busuk daun dapat pula menyebabkan busuk buah cabai. Gejala serangan nampak pada daun yaitu bercak-bercak kecil di bagian tepinya, kemudian menyerang seluruh batang. Batang tanaman cabai juga dapat diserang oleh penyakit ini, ditandai dengan gejala perubahan warna menjadi kehitaman. Buah-buah cabai yang terserang menunjukkan gejala awal bercak-bercak kebasahan, kemudian meluas ke arah sumbu panjang, dan akhirnya buah akan terlepas dari kelopaknya karena membusuk. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan jarak tanam yang baik, yaitu di musim hujan idealnya 70 x 70 cm, mengumpulkan buah cabai yang busuk untuk dimusnahkan, dan disemprot fungisida seperti Sandovan MZ, Kocide atau Polyram secara berselang-seling.

Virus

Penyakit virus pada tanaman cabai di pulau Jawa dan Lampung ditemukan adanya Cucumber Mosaic Virus (CMV), Potato Virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tobacco Mosaic Virus (TMV), Tobacco Rattle Virus(TRV), dan juga Tomato Ringspot Virus (TRSV).

Gejala penyakit virus yang umum ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik yang diduga oleh TMV, CMV dan TEV. Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu daun dan Thrips. Tanaman cabai yang terserang virus seringkali mampu bertahan hidup, tetapi tidak menghasilkan buah.

Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan cara :

  1. Pemberantasan serangga vektor (penular) seperti Aphids dan Thrips dengan semprotan insektisida yang efektif.
  2. Tanaman cabai yang menunjukkan gejala sakit dan mencurigakan terserang virus dicabut dan dimusnahkan.
  3. Melakukan pergiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae.

Penyakit Fisiologis

Merupakan keadaan suatu tanaman menderita sakit atau kelainan, tetapi penyebabnya bukan oleh mikroorganisme. Beberapa contoh penyakit fisiologis pada tanaman cabai yang paling sering ditemukan adalah kekurangan unsur hara Kalsium (Ca), dan terbakarnya buah cabai akibat sengatan sinar matahari, terutama pada cabai Paprika. Tanaman cabai yang kekurangan unsur Ca akan menunjukkan gejala pada buahnya terdapat bercak hijau-gelap, kemudian menjadi lekukan bacah coklat kehitam-hitaman. Jaringan di tempat bercak menjadi rusak sampai ke bagian dalam buah. Bentuk buah cabai menjadi pipih dan berubah warna lebih awal (sebelum waktunya). Biasanya kekurangan Ca pada stadium buah rusak akan diikuti tumbuhnya cendawan. Usaha pencegahan kekurangan Ca dapat dilakukan dengan cara pengapuran sewaktu mengolah tanah, diikuti pemupukan berimbang, dan pengairan kebun secara merata. Bila tanaman cabai atau paprika sedang produktif berbuah tetapi baru diketahui kekurangan Ca, maka dapat disemprot dengan pupuk daun yang banyak mengandung unsur Ca, seperti Growmore Kalsium. Cabai paprika tidak tahan terhadap sinar matahari, sehingga bila mengenai permukaan buah akan menyebabkan terbakarnya kulit dan bagian dalam buah. Gejala yang nampak di bagian luar adalah warna kulit buah berubah menjadi keputih-putihan hingga kecoklatan dan mengkerut. Meskipun tidak menjadi busuk basah, tetapi warna buah menjadi jelek dan kualitasnya menurun (rendah). Pengendalian terhadap sengatan sinar matahari adalah melindungi tanaman dengan sungkup beratapkan plastik transparan (bening). Menurut penelitian, fungsi naungan plastik bening selain dapat mengurangi (mereduksi) intensitas cahaya matahari, juga dapat mengurangi tingginya temperatur tanah dan defisit air; sehingga dapat meningkatkan kelembaban relatif tanah di sekitar pertanaman paprika. Di samping itu, pengaruh naungan plastik bening dapat meningkatkan hasil (bobot) buah total.

PANEN & PASCA PANEN

PANEN CABAI HIBRIDA

Panen cabai hibrida sangat dipengaruhi oleh faktor jenis atau varietasnya, dan lingkungan tempat tanam. Di dataran rendah, umumnya cabai mulai dipanen pada umur 75-80 hari setelah tanam. Panen berikutnya dilakukan selang 2-3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi (pegunungan), panen perdana dapat dimulai pada umur 90-100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang 6-10 hari sekali. Khusus untuk sasaran ekspor, panen cabai dipilih pada tingkat kemasakan 85% – 90% saat warna buah merah-kehitaman. Di dataran rendah, panen cabai untuk tujuan ekspor dapat diatur 2 hari sekali ; sedangkan di dataran tinggi antara 4-6 hari sekali. Pada cabai paprika, persyaratan layak panen adalah bila buahnya telah mencapai ukuran maksimal, hampir matang tetapi warnanya masih hijau. Buah cabai paprika yang dipanen terlalu muda bobotnya akan menurun secara drastis dan kurang tahan angkut (cepat rusak). Sebaliknya, buah cabai paprika yang dipanen terlalu matang atau warnanya sudah merah, maka kualitasnya kurang disukai pasar (konsumen). Kecuali beberapa varietas cabai paprika memang khusus untuk dipanen buah merah ataupun buah kuning.

Cara panen cabai hibrida adalah memetik buah bersama tangkainya secara hati-hati di saat cuaca terang. Hasil panen dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dikumpulkan di tempat penampungan. Pada pertanaman yang baik, dapat menghasilkan produksi antara 20-40 ton/ha. Khusus cabai paprika minimal dapat menghasilkan 5-10 ton/hektar, harga jualnya lebih mahal dibanding dengan jenis-jenis cabai lainnya.

PASCA PANEN CABAI HIBRIDA

Cabai Segar

  • Pemilihan buah (seleksi dan sortasi)
  • Di tempat penampungan, buah-buah cabai dipilih berdasarkan warna merah, masih kehitaman; dan juga dipisahkan antara buah sehat dengan buah sakit atau rusak (busuk).
  • Pengkelasan (klasifikasi)
  • Khusus untuk diekspor dilakukan pengkelasan, yaitu dipilih buah-buah cabai yang panjangnya minimal 11 cm, bentuk buah lurus, dan tidak terlalu matang.
  • Pewadahan (pengemasan)
  • Untuk sasaran pasar lokal, pewadahan cabai dapat dilakukan dalam karung plastik yang tembus udara ataupun keranjang bambu.
  • Untuk sasaran pasar ekspor, buah-buah cabai ditata rapi dalam kardus-kardus ukuran 30 x 40 x 50 cm berisi + 20 kg, dan berventilasi atau dibuatkan lubang-lubang kecil.
  • Penyimpanan
  • Penyimpanan sementara sebelum dipasarkan, sebaiknya di tempat (ruang) yang teduh dan cukup lembab, serta sirkulasi udara baik.
  • Bila fasilitas penyimpanan memungkinkan, dapat dilakukan dalam ruang dingin (cold storage) yang suhunya rendah antara 2-15 derajat Celcius dan kelembabannya tinggi sekitar 90%-95% agar tetap segar selama + 20 hari.

Cabai Kering

Pemasaran cabai kering memiliki beberapa keuntungan, diantaranya memudahkan pengangkutan, produk-nya dapat dikemas secara ringkas dan tahan lama.

  • Pembersihan
  • Buah-buah cabai dipilih yang sudah matang (berwarna merah), kemudian dicuci bersih dan tangkainya dibuang.

  • Pembelahan
  • Setelah buah cabai ditiriskan, segera dibelah dan dibuang biji-bijinya.
  • Perendaman sesaat dalam air hangat (blanching)
  • Buah-buah cabai segar segera dicelupkan ke dalam air mendidih yang telah dicampur Kalium Metabisulfit 0,2%. Lama perendaman+ 6 menit, kemudian disusul pencelupan ke dalam air dingin. Tujuan blanching adalah untuk menambah ketahanan warna buah sehingga tidak cepat berubah terjadi coklat (browning).
  • Pengeringan
  • Pengeringan cabai dapat dilakukan secara alami (sinar matahari) selama 7-10 hari, ataupun dengan alat mekanis yang bersuhu 600 C sehingga dapat kering selama 12-20 jam. Pengeringan dengan alat mekanis memiliki beberapa keuntungan, antara lain waktunya relatif singkat, bersih, dan kadar air dapat seminim mungkin + 10%.
  • Penyimpanan

Cabai kering dapat dikemas dalam kantong ataupun karung plastik tertutup rapat. Tempat penyimpanannya yang baik adalah ruangan kering dengan kelembaban 70%.

9 Tanaman hias terpopuler yang bisa membuat kaya

BBM boleh naik, tapi tak membuat pecinta tanaman hias di tanah air berhenti berburu koleksi. Mereka tetap memburu tanaman hias yang tengah tren. Keunikan satu tanaman membuat pecintanya rela mengeluarkan uang banyak. Mau tahu tanaman hias yang kini populer? ketahui ada 9 tanaman hias yang kini paling populer.

1. Anthurium

http://hermawayne.blogspot.com

Dari 9 tanaman hias yang paling populer, hanya Anthurium yang masa trendnya paling lama, 2 tahun. Bahkan pedagang dan kolektor masih menunggu respon masyarakat pada pameran terbesar di Lapangan Banteng, Jakarta. Anthurium termasuk keluarga Araceae. Tanaman yang memiliki kelebihan pada daunnya yang unik, indah dan bervariasi ini, masih satu keluarga dengan beberapa tanaman hias lain yang juga populer, Aglonema, dan Alokasia. Dengan tulang daun yang besar dan menonjol membuat tanaman ini tampak kekar. Anthurium ada 1000 jenis, tapi yang populer hanya beberapa. Di antaranya Anthurium Jenmanii, Wave of Love, Hookeri, Jenmanii Sawi, Anthurium Variegata, dll. Paling mahal dari jenis Jenmanii, bisa menembus puluhan juta, bahkan ratusan juta rupiah. Di Oasis Nursery Anthurium termahal yang pernah dijual seharga 70 juta rupiah.

2. Aglaonema

http://hermawayne.blogspot.com

Meski 2 tahun ini tren dikuasai Anthurium, Aglaonema masih bisa mencuri perhatian pecinta tanaman hias. Apalagi setelah para petani berhasil menyilangkan tanaman ini dengan jenis lain, sehingga melahirkan varian baru dengan warna dan corak daun yang beragam. Tanaman yang akrab disapa sri rejeki ini terdiri dari beragam spesies. Chocin, Miss Thailand, Red Silver, Param Ruay, dan Pink Panther adalah spesies yang harganya masih mahal. Spesies yang harganya sudah murah Pride of Sumatera, Lady Valentine, dan Donna Carmen.

3. Philodendron

http://hermawayne.blogspot.com

Banyak yang memprediksi kehadiran Philodendron akan menggeser dominasi Anthurium dan Aglaonema. Philodendron yang berdaun lebar termasuk dalam keluarga Aracea. Keindahan Philla yang dalam bahasa Yunani berarti cinta tidak hanya pada daun, bunga dan batangnya yang unik juga membuat kagum. Jenis Philodendron termasuk banyak, tapi cardinal black yang paling banyak digemari. Dengan harga relatif murah dibanding Aglaonema dan Anthurium, Philodendron jadi alternatif bagi pecinta tanaman yang tak sanggup membeli Anthurium dan Aglaonema yang mahal.

4. Sansevieria

http://hermawayne.blogspot.com

Popularitas Sansevieria membumbung tinggi sejak awal tahun ini. Lekukan Sansevieria yang seksi tengah hangat dibicarakan, baik pecinta tanaman hias maupun pedagang. Jenis yang tengah diburu yang bentuknya unik, langka alias variegata. Semakin unik dan langka, berarti semakin eksklusif dan juga semakin mahal. Paling mahal jenis Kirkii Silver Blue yang menembus angka 10 juta per daunnya.

5. Puring

http://hermawayne.blogspot.com

Kuda hitam, itulah ungkapan yang pas untuk menggambarkan tanaman Puring yang kini tengah tren. Bagaimana tidak? Puring yang dulu banyak tumbuh di kuburan dan tidak ada harganya kini naik kelas. Harga Puring melambung tinggi, bahkan kini sudah berdiri sejajar dengan tanaman hias mahal lainnya. Jangan heran tanaman yang memiliki nama lain Croton ini menghias rumah-rumah mewah. Puring yang kini jadi incaran hobiis jenis Logam, Oscar, Kura, Red Aple, dll. Kekuatan Puring terletak pada warna dan bentuk daun yang warna-warni. Semakin unik, semakin mahal.

6. Nepenthes

http://hermawayne.blogspot.com

Nepenthes atau akrab dengan nama Kantong Semar termasuk keluarga monotypic. Tanaman yang dulu tumbuh di gunung ini telah berurbanisasi, menghiasi perumahan mewah. Fungsinya juga ganda, selain sebagai hiasan juga pembasmi serangga. Kian besar kantong dan warnanya bercorak, berarti kian mahal. Nilai nominal yang menjadi alasan perburuan Kantong Semar di hutan di Kalimantan kini kian marak. Sebelum membeli, kenali dulu jenis Nepenthes, karena ada beberapa jenis yang hanya bisa tumbuh di dataran rendah atau sebaliknya.

7. Adenium

http://hermawayne.blogspot.com

Stock Adenium kini memang tengah banjir di pasar tanaman hias. Coba bandingkan dengan 2 atau 3 tahun lalu, harganya masih cukup mahal. Tapi kini dengan uang 10 ribu, kita sudah dapat Adenium dengan corak warna yang bagus. Dengan uang 20 ribu, kita telah dapat Adenium jenis Harry Potter atau Peterpan. Untuk mendapat Adenium berwarna kuning cukup mengeluarkan kocek 50 ribu. Padahal setahun atau 2 tahun lalu jenis ini masih mahal. Meski begitu, masih banyak Adenium yang nilainya jutaan, bahkan puluhan juta. Dengan bonggol yang unik, harga tanaman ini bisa terkatrol tinggi.

8. Kadaka

http://hermawayne.blogspot.com

Tren Anthurium membetot popularitas Kadaka, tanaman khas Indonesia yang berdaun tebal dan besar dan banyak tumbuh di hutan. Kadaka yang dulu dicuekin kini diburu. Kadaka yang laris manis di pasaran Kadaka Osaka, Kadaka Ular, Kadaka keriting. Keunikan Kadaka terletak pada bentuk dan ukuran daun. Semakin besar dan unik bentuknya, semakin mahal pula.

9. Euphorbia

http://hermawayne.blogspot.com

Corak bunganya yang indah dan eksotis membuat para pecinta tanaman melupakan duri yang menempel di batang Euphorbia. Jenis Euphorbia sangat banyak, mulai yang lokal hingga impor, atau hasil silangan. Lantaran mudah ditanam, membuat harga tanaman ini cukup murah. Perawatan yang mudah juga menjadi salah satu alasan tanaman asli Madagaskar ini digemari.


Sumber: kaskus.us

Sejarah Kopi

kopi.jpg

Kopi memiliki istilah yang berbeda-beda. Pada masyarakat Indonesia lebih akrab dengan sebutan kopi, di Inggris dikenal coffee, Prancis menyebutnya cafe, Jerman menjulukinyakaffee, dalam bahasa Arab dinamakan quahwa.

Sejarah kopi diawali dari cerita seorang penggembala kambing Abessynia yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala, hingga menjadi minuman bergengsi para aristokrat di Eropa. Bahkan oleh Bethoven menghitung sebanyak 60 biji kopi untuk setiap cangkir kopi yang mau dinikmatinya.Sejak penemuan tumbuhan kopi tersebut kemudian seorang sufi Ali Bin Omar dari Yaman menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Sehingga pada waktu itu kopi mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat negeri itu. Dari khasiat kopi tersebut akhirnya membawa kemakmuran bagi pemilik-pemilik kebun kopi, pengusaha kedai kopi, pedagang kopi, eksportir kopi, dan pemerintah di berbagai belahan dunia tanaman minuman beraroma khas itu ditanam.

Banyaknya khasiat yang didapat dari kopi, sehingga penyebarannya cukup pesat terutama di benua Eropa. Di Salerno, Italia, kopi telah dikenal pada abad kesepuluh. Setelah itu berlanjut dengan pembukaan kedai kopi bernama Botega Delcafe pada tahun 1645 yang kemudian menjadi pusat pertemuan cerdik pandai di negara pizza tersebut.

Di Kota London, coffee house pertama dibuka di George Yard di Lombat Sreet dan di Paris, kedai kopi dibuka pada tahun 1671 di Saint Germain Fair. Sedangkan di Amerika, kopi dijadikan sebagai minuman nasional di Amerika Serikat dan menjadi menu utama di meja-meja makan pagi. Meskipun perkembangan kopi begitu pesat pada abad-abad itu tetapi orang-orang Arab telah lebih dulu memonopolinya sebagai tanaman, dan mereka hanya mengekspor kopi yang sudah digoreng atau digonseng.

Sedangkan penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 sekitar tahun 1646 yang mendapatkan biji arabika mocca dari Arabia ke Jakarta. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah partikelir Kesawung yang kini lebih dikenal Pondok Kopi.

Kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten, dan Priangan, melalui sistem tanam paksa. Setelah menyebar ke Pulau Jawa, tanaman kopi kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Timor. “Bahkan kopi arabika yang semula ditanam di Brasil (negara produsen kopi terbesar di dunia) konon bibitnnya berasal dari Pulau Jawa,” ungkap Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Timur Mudrig Yahmadi.

Dalam sejarahnya, Indonesia bahkan pernah menjadi produsen kopi arabika terbesar di dunia, walaupun tidak lama akibat munculnya serangan hama karat daun. Serangan hama yang disebabkan cendawan hemileia vastatrix tersebut menyerang tanaman kopi di Indonesia sekitar abad ke-19.

Meskipun demikian, sisa tanaman kopi arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di Indonesia, antara lain dataran tinggi Ijen (Jatim), tanah tinggi Toraja (Sulsel), serta lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti Mandailing, Lintong dan Sidikalang (Sumut) serta dataran tinggi Gayo (DI Aceh).

Perjalanan kopi bukan begitu saja menjadi salah satu minuman dunia yang disenangi. Di Italia, pendeta-pendeta melarang umatnya minum kopi dan menyatakan bahwa minuman kopi itu dimasukkan sultan-sultan muslim untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang tetapi juga menghukum orang-orang yang minum kopi.

Bahkan, tahun 1656, Wazir dan Kofri, Kerajaan Usmaniyah, mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, tetapi menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama. Tetapi bertahun-tahun kemudian, pelarangan minum kopi di Timur Tengah lambat-laun terkikis, sehingga jika seorang suami melarang istrinya minum kopi, si istri tersebut bisa memakai alasan ini untuk minta cerai.

Di Swedia, konon Raja Gustaff ke II pernah menjatuhkan hukuman terhadap dua orang saudara kembar. Yang satu hanya dizinkan meminum kopi dan yang satu lagi diizinkan hanya teh. Siapa yang terlebih dahulu mati, maka dialah yang bersalah dalam satu tindak pidana yang dituduhkan terhadap mereka. Ternyata yang mati duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun.

Sejak itu orang-orang Swedia berbalik menjadi peminum kopi paling fanatik yang ada di dunia, sehingga sampai sekarang negara-negara Skandinavia kini peminum kopi tertinggi per kapita di dunia. Setiap orang bisa menghabiskan 12 kg lebih per tahun dibanding dengan di Indonesia yang hanya 0,6 kg per tahun.

Begitu bergengsinya minuman kopi ini, hingga Raja Frederick Agung dari Rusia pada tahun 1777 hanya memperbolehkan kalangan atas atau kelas bangsawan saja untuk menunjukkan kearistokratan kopi.

PROSPEK DAN POTENSI UBI JALAR


PROSPEK DAN POTENSI UBI JALAR
Ubi jalar memiliki peranan yang besar dalam pembangunan pertanian sehingga prospeknya sangat cerah apabila dikelola dan dikembangkan dengan pola agribisnis. Dinegara-negara yang sudah maju ubi jalar dipergunakan sebagai bahan baku dalam kegiatan aneka industri seperti industri fermentasi, industri tekstil, industri lem, industri kosmetika, industri farmasi, industri makanan dan pembuatan sirup.

Ubi jalar banyak diminta oleh negara-negara tetangga, namun hingga saat ini belum dapat dipenuhi dikarenakan produktivitas yang masih rendah. Sementara itu kebutuhan ubi jalar sebagai bahan baku industri seperti disebutkan diatas sudah tidak dapat ditawar lagi ketersediaannya untuk kelancaran proses produksi. Negara pengimport ubi jalar Indonesia adalah Singapura, Belanda, Amerika Serikat, Jepang dan Malaysia.


Ubi jalar permitaan dalam negripun tidak kalah besarnya dan semakin meningkat. Didalam negri ubi jalar sudah sangat dikenal oleh masyarakat bahkan dibeberapa tempat ubi jalar masih dipergunakan sebagai makanan pokok . Dalam kapasitas sebagai bahan pangan, ubi jalar nerupakan sumber energi yang cukup besar dibandingkan dengan padi dan jagung.


Ubi jalar yang ditanam dalam luasan 1 hektar bisa menghasilkan sekitar 20 s/d 30 ton ubi. Dengan potensi yang sedemikian besar maka ubi jalar dapat dikembangkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan.



MANFAAT DAN KEGUNAAN UBI JALAR

Ubi jalar memiliki berbagai manfaat, sebagai bahan pangan ubi jalar bisa dimasak dengan cara digoreng atau direbus. Di-Jepang ubi jalar bahkan dijadikan sebagai makanan tradisional yang setaraf dengan pizza atau hamburger. Aneka olahan makanan berbahan baku ubi jalar banyak dijumpai ditoko-toko sampai resoran-restoran bertaraf international. Di Amerika serikat ubi jalar dijadikan sebagai bahan pengganti kentang.


Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara seperti dibuat tepung, permen, kripik, chips, snack, dan gula fruktosa. Ubi jalar dapat pula dipergunakan sebagai bahan baku makanan olahan seperti mie dan roti. Ubi jalar juga dapat dikemas dalam bentuk pasta yang dipergunakan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman.


Ubi jalar diberbagai negara maju dipergunakan sebagai bahan baku dalam kegiatan bermacam industri seperti industri tekstil, industri farmasi, industri fermentasi, industri lem, kosmetika, dan pembuatan sirup. Di Amerika Serikat ubi jalar diolah menjadi gula fruktosa yang digunakan sebagai bahan baku industri minuman coca cola. Didalam negri ubi jalar digunakan sebagai bahan baku dalam industri pembuatan saus


Ubi jalar memiliki limbah yang berupa batang dan daun dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Limbah daun ubi jalar juga dapat dipergunakan sebagai makanan kelinci. Pucuk-pucuk daun ubi muda yang masih segar dapat juga dimanfaatkan untuk keperluan sayur.


Ubi jalar segar mentah memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu 562 g kalium, 107 mg kalsium, 2,8 protein, kalori 53,00 kal, 5,565 SI vitamin A dan 32 mg vitamin C dalam tiap 100 gram. Seusai dimasak kandungan gizi berkurang yaitu menjadi 2,6 mg kalsium, 94 mg kalium, 3.345 SI vitamin A dan 5 mg vitamin C dalam tiap 100 gram.



SEKILAS BUDIDAYA UBIJALAR

Ubi jalar termasuk tanaman semusim. Tanaman ini cocok ditanam didaerah dengan ketinggian 500 s/d 1.000 dpl dan suhu 21 s/d 27 derajat Celcius serta mendapat sinar matahari 10 jam per-hari. Kelembapan udara ( RH ) 50% – 60% dengan curah hujan 750 mm- 1.500 mm pertahun. Ubi jalar ideal ditanam ditanah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik dengan PH 5,5 – 7.


Tanaman ubi jalar sudah membentuk ubi saat berumur 3 minggu sejak tanam. Varietas ubi jalar cukup banyak diantaranya mendut, kalasan, lampeneng, sawo, cilembu, Rambo, gedang, tumpuk, klenang, Georgia, borobudur, dan lain-lain. Varitas dikatakan unggul apabila berdaya hasil minimal 30 ton / hektar dan berumur pendek 3 s/d 4 bulan.


Ubi jalar dapat diperbanyak secara vegetatif dengan menggunakan setek batang atau pucuk daun. Bahan setek daun yang digunakan harus memenuhi persyaratan bahan tanaman minimal berumur 2 bulan atau lebih, pertumbuhan tanaman yang akan diambil seteknya haus dalam keadaan sehat normal dan tidak terlalu subur, mengalami masa penyimpanan ditempat yang teduh selama 1- 7 hari.


Ubi jalar yang akan ditanam perlu disiapkan lahan yang memadai. Penyiapan lahan dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket atau keras. Penyiapan lahan dilakukan dengan cara pengolahan tanah hingga gembur sekaligus dibuat guludan-guludan yang kemudian dibiarkan selama 1minggu. Guludan bisa diberikan mulsa.


Ubi jalar yang ditanam dilahan kering, waktu penanman yang paling baik adalah saat awal musim hujan atau awal kemarau apabila cuaca dalam keadaan normal. Bila ditanam dilahan persawahan waktu tanam yang tepat adalah pada saat awal musim kemarau. Sistem penanaman ubi jalar dapat dilakukan secara monokulture atau tumpangsari.


Ubi jalar walaupun tahan kering tetapi pada fase awal pertumbuhan memerlukan air yang memadai. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 3 minggu dan pemupukan dilakukan pada saat penanaman dan setelah tanaman berumur 45 hari. Penyiangan dan pembubunan dilaksanakan ketika tanaman mencapai umur 1 bulan setelah tanam yang diulang saat tanaman berumur 2 bulan.


Ubi jalar yang dipanen pada waktu yang tepat akan menghasilkan ubi yang berkualitas dan hasil produksi tinggi .Panen yang terlalu lambat ataupun terlalu cepat akan berakibat buruk terhadap mutu yang dihasilkan. Pemanenan yang terlambat disamping menurunkan kadar gula juga menyebabkan resiko terkena serangan hama boleng


Ubi jalar masa panennya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim, tingkat ` kesuburan tanah, varitas dan lokasi penanaman. Apabila ditanam didataran tinggi maka masa panen akan lebih lama antara 5 s/d 6 bulan sementara apabila ditanam didataran rendah bisa dipanen saat berumur 3 s/d 4 bulan


Ubi jalar hasil panen sangat bervariasi tergantung lokasi penanaman. Penanaman didataran rendah bisa dipanen ubi jalar sebanyak 15 – 20 ton / hektar. Untuk dataran sedang bisa dipanen ubi sebanyak 20 – 25 ton / hektar dan didataran tinggi bisa dipanen 25 – 30 ton / hektar.


Ubi jalar dapat disimpan hingga 5 s/d 6 bulan bahkan lebih tergantung dari cara penyimpanan. Ubi jalar yang telah disimpan rasanya lebih manis dibandingkan dengan ubi jalar yang baru saja dipanen. Cara yang paling praktis agar tahan lama disimpan adalah dibenamkan kedalam pasir.



KRITERIA PASOKAN UBI JALAR

Ubi jalar permintaan pasar lokal tidak diperlukan tuntutan grading yang ketat. Ubi jalar disortasi hanya untuk mengelompokkan jenis, besar kecil dan warna. Ubi jalar warna merah dijadikan satu dengan ubi jalar berwarna merah, ubi yang berwarna kuning dipacking menjadi satu dengan ubi kuning lainnya. Demikian pula dengan jenis dan besar kecilnya ubi , dikelompokkan sendiri-sendiri.


Ubi jalar permintaan pasar lokal dipacking dengan menggunakan keranjang yang terbuat dari bambu atau karung net dan bisa juga dengan menggunakan karung goni. Sedangkan untuk jumlah yang banyak ubi jalar diangkut dengan cara curah / langsung ditempatkan dibak pengangkut


Ubi jalar yang dijual dengan cara curah sebaiknya disusun rapi dan tertata di bak kendaraan pengangkutan agar .kerusakan karena tertindih dapat dihindari. Disamping menghindari kerusakan, jumlah ubi yang dapat diangkut menjadi lebih banyak sehingga mengefisienkan biaya transportasi.